Mungkin banyak yang tidak tahu, kalau target penyelenggara pemilu, khususnya KPU untuk partisipasi peserta pemilu serentak 2019 ini 77,5%. Ini target yang tidak mudah. Pada pilpres 2014 ditargetkan 75% tetapi terealisasi hanya 69.58%. Negara-negara yang sudah lebih tua usia demokrasinya, misalnya Amerika Serikat, partisipasi masyarakat dalam pilpres 2016 hanya 57,6%.
KPU lalu membentuk Relawan Demokrasi (RELASI) di semua kabupaten/kota, dengan status sebagai mitra dalam menginformasikan dan mensosialisasikan kegiatan kepemiluan, dalam hal ini adalah Pemilu Serentak Tahun 2019.Â
Dengan demikian, yang memenuhi syarat dan terseleksi sudah pasti berasal dari ragam latar, baik secara preferensi politik, latar sosial, etnis, agama, komunitas, gender, hobi dan sebagainya. Jadi, kalau ada yang membangun opini, misalnya "disetir dan diarahkan untuk mendukung partai atau paslon tertentu," sudah pasti itu hoaks alias kebohongan besar.
Para relawan lalu disebar dalam 10 kelompok basis untuk melakukan tugas sosialisasi. Kesepuluh basis dimaksud yaitu Basis Keluarga, Basis Pemilih Pemula, Basis Pemilih Muda, Basis Pemilih Perempuan, Basis Pemilih Penyandang Disabilitas, Basis Pemilih Berkebutuhan Khusus, Basis Pemilih Marginal, Basis Komunitas, Basis Keagamaan, dan Basis Warga Internet (Netizen).
Lewat 10 basis ini, boleh dikatakan hampir semua kalangan di masyarakat disasar untuk mensosialisasikan tentang pemilu serentak 2019, mulai dari edukasi seperti pentingnya menggunakan hak politik berdemokrasi dalam memilih pimpinan negara, pemilu demokratis sebagai satu-satunya cara pergantian pemimpin, undang-undang kepemiluan, menjunjung tinggi sikap untuk menciptakan pemilu beintegritas, hingga hal-hal teknis pencoblosan.
Karenanya, tidak akan mungkin dalam sosialisasi terjadi pelanggaran etis, misalnya penggalangan dukungan atau kampanye untuk kandidat capres atau partai politik tertentu. Disamping karena keanggotaan basis berasal dari ragam latar belakang, juga setiap sosialisasi dihadiri oleh unsur Bawaslu/panwaslu sehingga mencegah kemungkinan keberpihakan.Â
Berdasarkan pengalaman saya terlibat sebagai RELASI di kota Salatiga, KPU sejak bimtek dan bahkan dalam setiap kesempatan, selalu mengingatkan untuk bekerja dengan integritas demi memastikan penyelenggaraan pemilu serentak 2019 berlangsung sesuai prinsip-prinsip demokrasi yang bermartabat.Â
Mereka menciptakan program-program kreatif seperti KPU Goes to Campus untuk sosialisasi di kampus-kampus di Salatiga, KPU Goes to Factory (sosialisasi ke pabrik-pabrik dan industri), dan lainnya.
Dari proses yang berjalan, nampaknya target KPU Kota Salatiga tidak mustahil untuk diraih. KPU Kota sudah bekerja keras dan didukung oleh semangat para relawan yang sangat tinggi. Mereka melakukan sosialisasi sampai ke komunitas-komunitas di pasar, LGBT, difabel, pemilih pemula (siswa SLTA), santri dan mahasiswa, pasien-pasien di rumah sakit, warga perumahan, komuntas hobi, lapas, perkumpulan RT/RW, komunitas etnis, agama (jemaat gereja Protestan dan Katolik, kelompok pengajian, vihara), dan sebagainya.Â
Melihat semangat juang teman-teman relawan saja saya sudah optimis target partisipasi pemilu di kota Salatiga akan tercapai. Tapi, lebih dari itu, daya juang dan ketulusan kerja kaum Relawan bersama KPU Kota Salatiga benar-benar mengagukan. Prospek demokrasi Indonesia dapat dilihat dari potret semangat itu.
Kegiatan sosialisasi dalam berbagai variasi, termasuk yang bersifat hiburan, serta partisipatif melibatkan berbagai komponen masyarakat, menciptakan kesan kuat Pemilu benar-benar sebuah pesta rakyat yang menggembirakan. Sikap gotong royong, saling bertoleransi, kerja keras dan sabar, jujur dapat terekspresikan lewat pekerjaan besar ini. Kesatuan tekat untuk menyukseskan pemilu serentak sebagai pemilu berintegritas dengan kualitas demokrasi yang tinggi melampaui perbedaan-perbedaan pilihan politik individual. Ini contoh yang seharusnya ditiru para elit tingkat atas, dimana perbedaan pilihan politik itu nicaya dan bisa kehilangan arti dibanding kepentingan bersama mensukseskan pesta demokrasi. Â
Di setiap TPS unsur-unsur Panwaslu dan KPU ada, juga dari polisi. Karena itu, jangan ragu untuk membuat laporan, tentu dengan bukti-bukti yang mendukung.Â
Semua unsur pelaksana Pemilu (KPU, BAWASLU dan DK), juga masyarakat dan pendukung kedua kubu capres/cawapres sama-sama berkepentingan terhadap penyelenggaraan Pemilu yang jujur dan adil serta berintegritas. Jangan jadikan itu seolah-olah monopoli kepentingan pihak tertentu saja, sambil menyudutkan pihak lain, apalagi KPU dan Bawaslu di kursi prasangka.Â
Selamat mencoblos dengan hati nurani bersih, demi Indonesia yang bermartabat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H