Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Akankah Gideon/Kevin Mencatat Rekor Sempurna di Turnamen Penutup Musim di Dubai?

12 Desember 2017   14:17 Diperbarui: 13 Desember 2017   21:38 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://bwfworldsuperseries.com/news-single/2017/12/12/gideon-sukamuljo-win-top-honour/

Dunia tepok bulu segera mengakhiri musim kompetisi 2017 dengan turnamen penutup yaitu Dubai World Super Series Finals (DWSSF), yang perhelatannya dijadwalkan 13-17 Desember. DWSSF merupakan turnamen sangat bergengsi sebab peserta terseleksi dari 'hanya' yang menempati rangking delapan besar dunia.

Berdasarkan pe-rangking-an BWF per 30 November 2017 Indonesia berhak mengirim tiga wakil, yaitu ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo  (Gideon/Kevin) yang berada pada rangking pertama dunia, dan dua pasngan  ganda campuran yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir  (Rangk. empat) dan Praveen Jordan/Debby Susanto (Rangk.  enam).

Undian penentuan grup telah dilakukan Senin 11 Desember, dimana Gedeon/Kevin berada di Grup A bersama Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok/Rangk. tiga), Takeshi  Kamura / Keigo Sonoda (Jepang/Rangk. lima) dan Mads Conrad-Petersen/ Mads Pieler Kolding (Denmark/Rangk. enam). Sementara, musuh bebuyutan Gideon/Kevin yaitu Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark/Rangk. dua) berada di Grup B bersama Liu Cheng/Zhang Nan (Tiongkok/Rangk. empat), Lee Jhe-Huei/Lee Yang (Taiwan/Rangk.tujuh) dan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang/Rangk.delapan).

Akankah turnamen penutup ini menjadi hadiah Natal dan Tahun baru bagi  pasangan peraih enam gelar supper series sejak All England Februari lalu, atau kenangan pahit sepahit biji mahoni? Yang pasti kompetisi ini diprediksi berlangsung sangat ketat dan tidak mudah menebak pemenangnya. Meski demikian sejumlah kondisi dapat dijadikan dasar untuk menaksir peluang penerima award sebagai pemain putra terbaik dunia 2017 versi BWF, yang juga dijuluki 'duo atau the minions' ini.

Ketika menyerang Gideon/Kevin memasang formasi berlapis. Dengan formasi ini mereka kerap sukses mengunci ruang gerak lawan dan mendikte permainan. Posisi Kevin sering di depan mengatur serangan dan dengan cerdik menempatkan bola pada posisi-posisi yang sulit sehingga mau tidak mau pengembalian lawan akan melambung. Lalu, dengan kegesitannya ia menerkam bola yang melayang di depan jaring, dengan kombinasi smash maupun backhand.  Ketika pengembalian lawan sedikit saja di belakang, Kevin yakin Gideon sedang menunggu tepat di belakangnya dan segera memberi serangan dadakan. Formasi berlapis dengan mengandalkan kecepatan dan kombinasi pukulan (kadang smash cepat dan garang, kadang drop shot lembut dan lamban) ini kerap menciptakan serangan bertubi sehingga membuat lawan kewalahan. 

Kelemahan dari formasi berlapis ini adalah terbuka ruang kosong yang menganga di sisi lain lapangan. Misalnya, bila menyerang di tengah biasanya sudut kiri dan kanan nampak tak terjaga. Atau, bila serangan dibangun dari sisi kiri lapangan, sisi tengah dan kanan terbuka. Akibatnya, bila lawan dapat memanfaatkannya dengan efektif maka pasti akan merepotkan Gideon/Kevin. Ketika melawan pasangan Jepang Inoue/Koneko di Japan Open terlihat beberapa kali pengembalian lawan menyasar ruang terbuka itu dan mereka berhasil mencetak poin. Benar juga, bahwa dalam keadaan prima Gideon/Kevin dapat membaca arah bola sehingga bisa mengantisipasinya dengan dukungan kecepatan yang menjadi andalan.  Namun, ini membutuhkan stamina yang benar-benar prima karena cukup menguras energi yang seharusnya bisa dihemat bila terkawal secara berimbang. 

Seperti  flick service andalan Kevin yang awalnya memakan banyak korban, lama kelamaan dapat diantisipasi juga oleh lawan. Kini sudah jarang yang terkecoh oleh service 'angker' itu. Demikian pula, serangan dengan formasi berlapis  sejauh ini nampak masih efektif. Namun bila lawan telah mempelajarinya dengan baik sehingga tetap tenang dan fokus mengantisipasi serangan, lalu mengembalikan bola secara terarah dan cepat ke ruang kosong maka benar-benar akan menjadi serangan balik yang membahayakan pertahanan Gideon/Kevin .

Gideon/Kevin masih punya andalan lain, yaitu perubahan formasi yang cepat. Ketika Kevin sedang menyerang di depan, secara tiba-tiba Gideon muncul menyerobot, atau sebaliknya.  Strategi ini membuat lawan yang sudah menikmati ritme serangan mengalami kepanikan oleh perubahan ritme yang sekonyong-konyong.  Kevin lebih kerap berada di depan, tetapi menganggap Kevin 'spesialis' pemain depan untuk mengatur dan mengelola 'gaya' permainan serta mengendalikan ritme, itu akan keliru. Sebab, ada saat dimana Gieon tiba-tiba muncul membantu serangan lalu kembali mundur, atau bergantian posisi dengan Kevin.  

Backhand Kevin mungkin masih cukup menakutkan. Kerap kali menciptakan pengembalian yang tak diduga lawan, baik pukulan maupun arahnya. Beberapa kali menyambar bola service, pukulan backhand-nya sukses mengecoh. Dan itu senjata simpanan lain yang patut diandalkan.  Tetapi ternyata bukan hanya Kevin, Gideon pun beberapa kali melakukan backhand  sejenis.  Artinya, baik Kevin maupun Gideon memiliki senjata andalan backhand  yang efektif karena digunakan pada kondisi sulit yang tak mudah diprediksi. Meski demikian, harus diingat bahwa pada awalnya pengembalian backhand Kevin bagaikan senjata misterius yang selalu sukses menambah perolehan angka. Tetapi, terakhir menghadapi Conrad/Kolding di partai final Hong Kong Open terlihat beberapa kali sudah dapat diantisipasi dan dikembalikan dengan baik.  Saya hanya mau mengingatkan supaya Kevin/Gideon jangan terlena dan menganggap 'jurus' itu masih sangat ampuh seperti awalnya.  Bahwa masih efektif, ya! Tetapi tidak semenakutkan seperti  sediakala.

Keunggulan teknis lainnya adalah kemampuan defensif  yang luar biasa.  Gideon/Kevin bukan hanya lihai dalam menyerang, bertahan pun pasangan ini sangat kokoh.  Smash bertubi-tubi dari lawan bisa dikembalikan dengan baik dan terarah, bahkan kerap mengarah  ke sisi yang menyulitkan. Bola tanggung  dan mematikan sekalipun bisa dikembalikan secara tak terduga. Contoh paling nyata adalah ketika melawan pasangan Tiongkok Li Junhui/Liu Yuchen di partai final All England bulan Maret lalu.  Bola tanggung di depan disambar cepat oleh Li dan mengira segera menuai poin, tak dinyana berhasil dikembalikan oleh Kevin menyebabkan sambaran Liu yang muncul dari belakang terlambat mengantisipasi bola akhirnya kandas menabrak jaring.  

Tidak sekadar terampil dalam bertahan, Gideon/Kevin  pun  mampu 'survive' dalam kepanikan dan tekanan. Ketika menghadaapi pasangan Denmark lainnya, Boe/Mog  di China Open, terlihat bagaimana secara atraktif  Gideon/Kevin mempertotonkan skill alami (natural) dan insting tajam ketika menghadapi serangan dan tekanan. Beberapa kali posisi Kevin atau Gideon dikunci di depan jaring dengan serangan bertubi-tubi mengarah tubuh, namun dengan lincah dan cerdik mereka keluar dari jebakan.  Tidak hanya sukses menghindari jebakan, pada saat bersamaan mereka dapat memberikan serangan balik yang menekan. Seringkali dalam posisi sulit itu justru keduanya mengkreasi pukulan pengembalian yang aneh dan tak terduga arah sehingga mematikan langkah lawan. Atraksi yang tak jarang menuai pujian dan memancing tepuk sorak penonton maupun para komentator. Dalam tinju profesional saya teringat petinju tahun 1980-an  asal Maluku, Elias Pical, yang biasanya mengeluarkan pukulan mematikan dan meng-KO-kan lawan justru ketika ia tertekan dan seakan-akan sudah tak berdaya. Kemampuan natural macam ini sering sulit terbaca dan merepotkan lawan. Gideon/Kevin beruntung dianugerahi skill  alamiah macam itu. 

Terkait dengan formasi berlapis yang sering meninggalkan ruang menganga, sejauh ini terlihat secara umum masih bisa teratasi oleh kemampun skill alamiah Gideon/Kevin.  Dalam kondisi ini, ruang kosong terlihat sebagai jebakan yang sengaja, sehingga ketika lawan berhasil membacanya dan mengarahkan bola ke sana, tanpa diduga Kevin atau Gideon menerkam dengan smash cepat atau drop shot terukur ke sisi kosong yang tidak diduga lawan.  Keuntungannya, lawan umumnya ketika mendapat kesempatan itu mengira dapat segera mematikan langkah Gideon/Kevin. Mereka merasa sekali tepok bulu ke ruang kosong langsung mendengar pertambahan angka dari wasit. Akibatnya kurang siaga terhadap pengembalian Gideon/Kevin. Ketika memberikan bola sulit, misalnya bola tipis di bibir net, lawan  mengira Gideon/Kevin kerepotan sehingga akan mengembalikan bola tanggung. Kenyataannya, pengembalian Gideon/Kevin  dapat diluar perkiraan sama sekali.  Bahkan, sewaktu menyelesaikan bola tanggung dari Gideon/Kevin, lawan mengira segera mencetak poin. Atau, terlihat puas begitu ada kesempatan  memberikan smash tajam di depat jaring. Akhirnya kurang siaga pada bola yang ternyata memantul kembali. 

Pada akhirnya, saya ingin tekankan juga soal keunggulan non teknis yang dimiliki Gideon/Kevin, yaitu stamina. Gaya bermain dengan mengandalkan   permainan cepat mengandaikan stamina yang selalu prima.  Ini keuntungan, tetapi juga kelemahan. Keuntungan, yaitu bila keduanya benar-benar dalam penampilan dan kondisi prima. Kelemahannya, bila kondisi salah satunya terganggu, atau cidera maka keadaan dapat menjadi tidak tekendali. Atau, misalanya menghadapi lawan yang tidak mau melayani gaya bermain Gideon/Kevin sehingga berhasil mendikte permainan maka sangat berpotensi membuat Gideon/Kevin frustrasi. Sejauh ini lawan-lawan yang dikalahkan, menurut pengamatan saya, selalu terperangkap dalam gaya bermain Gideon/Kevin. Situasi dimana Gideon/Kevin nampak mendominasi. Bagaimana kalau menghadapi lawan yang tidak terintimidasi 'gaya ngotot' Gideon/Kevin?

Artinya, Gideon/Kevin harus belajar bersabar bila menghadapi gaya bermain lambat.  Menghadapi pola permainan lamban akan mudah menguras tenaga dan mengaduk emosi. Karenanya Gideon/Kevin  harus siap mengelola ritme dengan tenang untuk keluar dari 'gaya permainan' lawan, atau bahkan perlu juga belajar bermain dengan 'gaya lamban.' Sebab, bagaimana pun untuk jangka panjang, karena faktor usia (terutama untuk Gideon yang sudah memasuki usia 26) secara alamiah 'kecepatan' juga akan melamban. Belum lagi akan menghadapi pemain-pemain muda pendatang baru yang memiliki stamina lebih prima dan kecepatan (speed) lebih tinggi.

Namun, menurut saya untuk 1-2 tahun ke depan gaya permainan Gideon/Kevin masih menjadi teror dalam dunia perbultangkisan. Artinya,  peluang Gideon/Kevin dalam turnamen Dubai World Super Series Finals  cukup besar. 

Semoga mereka mengakhiri musim kompetisi 2017 dengan sempurna, untuk menahbiskan the minions sebagai pemecah rekor peraih gelar supper series terbanyak dalam musim kompetisi.  Sebelumnya rekor ini dipegang pasangan ganda putra Korea Selatan Lee Yong Dae / Yoo Yeon-seong,  yaitu enam gelar pada musim kompetisi 2015.  Rekor itu telah disamai oleh Gideon/Kevin setelah memuncaki turnamen Hong Kong Open  pada 26 November 2017. Tinggal selangkah lagi rekor terpecahkan.  

Doa dan dukungan moril dari pemerintah dan masyarakat Indonesia kiranya memberi semangat untuk capaian itu. Selamat berjuang Gideon/Kevin, harumkan nama NKRI  tercinta.  Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Sang Saka Merah Putih kiranya berkibar di langit Hamdan Sports Center, Dubai, Uni Emirat Arab pada  17 Desember 2017.  Semoga!

Berikut cuplikan penampilan Gideon/Kevin, semoga dapat dinikmati!


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun