Komunitas Gus Dur-ian (Gusdurian) Salatiga mengadakan kegiatan dalam rangka Hari Toleransi Internasional 2016 pada 19 November, bertempat di Perpustakaan Daerah Kota Salatiga. Kegiatan tersebut diikuti kaum muda dan mahasiswa di Salatiga. Antara lain nampak hadir para anggota PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Salatiga), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Salatiga), para santri Pondok Pesantren Edi Muncoro, Kita Famili (Kita-Fortum Agamawan Muda Lintas Iman) Salatiga, Persemaian Cintak Kasih (PERCIK), Komunitas Kaum Muda, dan lainnya.
Setelah memperkenalkan Komunitas Gusdurian, Moh.Akbar mempersilahkan peserta memperkenalkan diri serta daerah asal komunitas masing-masing. Lantaran kebanyakan peserta adalah mahasiswa, maka melalui perkenalan itu nampaklah pluralitas penghuni kota Salatiga dari berbagai agama maupun etnis seluruh pelosok tanah air. Mulai dari Sumatera Utara, Padang, Banten, Kediri, Manado, Kalimantan, NTT, Halmahera, Ambon, hingga Papua.
Setelah sejumlah peserta berbagi pengalaman dan pengetahuan, host memperkenalkan 9 Nilai Utama Gus Dur. Menurutnya, hadirnya komunitas Gusdurian adalah untuk membumikan nilai-nilai utama yang disarikan sebagai ajaran Gus Dur itu. Berikut saya ringkaskan apa yang saya tangkap dari yang dijelaskan host, dengan memperkayanya dari sumber ini. http://www.gusdurian.net/id/9-Nilai-Utama-Gus-Dur/
- Ketauhidan, yaitu spirit teologis atau religiusitas mencakup keimanan kepada Allah sebagai sebagai Dzat Hakiki, yang Maha Ada dan Maha Kasih. Ketauhidan menggambarkan kesadaran hakiki bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu yang melampaui apa pun. Karena itu seharusnya mewarnai semua aspek kehidupan dan menjadi roh dalam setiap perjuangan hidup.
- Kemanusiaan; hidup perlu dipelihara dan menjaga daya hidup kita. Manusia sebagai makluk Tuhan mencerminkan sifat-sifat ke-Tuhan-an. Karena itu manusia adalah makluk mulia sehingga selayaknyalah saling menghormati dan saling memuliakan. Menghina manusia lain berarti menghina Pencipta itu sendiri, sebaliknya memuliakan sesama berarti memuliakan Allah juga.
- Keadilan; martabat manusia hadir dalam keseimbangan, kelayakan dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, keadilan harus diperjuangankan, termasuk bagi kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil. Gus Dur telah menunjukkan bagaimana ia mengambil tanggungjawab menghadirkan rasa keadilan di tengah-tengah masyarakat.
- Kesetaraan; yaitu kesadaran bahwa setiap orang setara di hadapan Sang Khalik. Identitas sosial seperti agama, status, ras dan sejenisnya tidak menjadi alasan seseorang lebih tinggi dari orang lain lalu merendahkannya.
- Pembebasan; manusia bertanggungjawab untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang tidak saja mampu membebaskan dirinya tetapi juga membebaskan orang lain.
- Kesederhanaan; Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan.
- Persaudaraan; Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Gus Dur selalu memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.
- Kesatriaan; bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih. Proses perjuangan dilakukan dengan mencerminkan integritas pribadi, yaitu penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus dijalani dan konsekuensi yang dihadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah. Keksatriaan yang dimiliki Gus Dur mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun, serta dalam menyikapi hasil yang dicapainya.
- Kearifan Lokal; menjaga nilai-nilai dan kearifan lokal sebagai panduan hidup. Kearifan lokal bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.
Demikian yang bisa saya bagi (share) dari kegiatan Gusdurian Salatiga. Nilai-nilai utama yang disarikan sebagai ajaran Abdurrahman Wahid atau yang populer dikenal sebagai Gus Dur begitu relevan untuk kebutuhan bangsa saat ini, ketika kebhinekaan seakan-akan hendak dihancurkan, pemaksaan kehendak dengan cara-cara pengerahan massa dan tindakan anarki mengemuka. Ketokohan Gus Dur sangat dirindukan bangsa Indonesia. Semoga nilai-nilai yang diajarkannya itu menjadi warisan berharga yang bisa kita hayati dan lakukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H