Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Safari Politik Jokowi untuk Apa dan Siapa?

13 November 2016   00:03 Diperbarui: 13 November 2016   11:59 5236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PERIKSA PASUKAN: Presiden Joko Widodo memeriksa pasukan menggunakan tank sebelum memberikan pengarahan kepada pasukan Marinir mengunjungi Markas Korps Marinir Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Cilandak, Jakarta, Jumat (11/11). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

Dengan kelincahan dan kerja keras Presiden Jokowi nampaknya sigap dan tepat menjawab kebutuhan aktual: yaitu memperkuat negara. Tidak membiarkan keliaran terus berlangsung, sebab itu berarti pembiaran terhadap kebocoroan-kebocoran energi bangsa yang memperlemah deras arus kemajuan.Riak dan dinamika massa bukan dimatikan, melainkan dikawal dan diarahkan ke saluran-saluran yang disiapkan di ruang publik. Presiden Jokowi menyebutnya sebagai, “merawat kebhinekaan,” tetapi juga “menegakkan hukum.” Jadi, konsolidasi politik adalah dalam rangka penegakan hukum (di level negara) dan memelihara kebhinekaan (di level massa) sehingga keindahan dan keunikan partikular-privat muncul mekar bersemi menghiasi taman keragaman NKRI. 

Namun, kita telah belajar dari pengalaman sejarah. Di era Orba negara terlalu kuat dan menaklukan gerakan massa. Reformasi menghasilkan kebalikannya, yaitu massa menaklukan negara. Keduanya menggambarkan kegagalan membangun ruang publik yang politis.

Maka, kita perlu mengingatkan Presiden Jokowi agar hati-hati memanfaatkan hasil konsolidasi politik itu. Konsolidasi harus bermuara pada upaya mensinergikanseluruh kekuatan nasionaluntuk diarahkan ke muaracita-cita kemerdekaan. Soekarno, sang Proklamator menyebutnya sebagai “gotongroyong,” bila kelima sila Pancasila disarikan menjadi hanya satu.  Artinya, ruang publik NKRI diwarnai olah keutuhan dan kesatuan dari berbagai keragaman yang berkreasi dalam satu kesatuan gerak menuju pencapaian tujuan nasional.

Penekanan titik orientasi di atas penting agar pengelolaan “kekuatan nasional” tidak terjatuh ke kutub ekstrim otoritarianisme ataupun anarkisme.  Apa maksudnya? Jangan sampai kekuatan yang terkonsolidasi lalu kebablasan hingga mengamputasi kreativitas, daya kritis, dan gerakan massa. Negara memang perlu kuat untuk mengawal dinamika tinggi di level massa dan mendorong laju pembangunan, tetapi massa juga perlu kuat agar dapat berkontribusi maksimal dan partisipasi efektif dalam semua tahapan pembangunan nasional. 

Demonstrasi sebagai salah satu bentuk pasrtisipasi politik penyaluran aspirasi jangan sampai dibekukan.Tetapi juga, gerakan-gerakan massa harus mengalur jalur resmi yang diprovidensi di ruang publik berkeadaban. Gerak massa yang bertentangan atau berpotensi mengancam eksistensi bernegara, mengancam kebhinekaan dan kehidupan bersama, menggerogoti ideologi dan dasar negara memang harus ditertibkan dan diarahkan kembali ke jalurnya.

Hanya dengan cara itu, konsolidasi politik Presiden Joko Widodo menemukan makna eksistensialnya, yaitu mentransformasi ruang-ruang privat partikuler demi membangun ruang publik berkedaban. Maka, bersemilah taman sari keragaman Indonesia! 

Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun