Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Angela Merkel, Duterte dan Ahok: Sebuah Teladan Kepemimpinan!

27 September 2016   18:23 Diperbarui: 27 September 2016   22:34 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
German Chancellor Angela Merkel/Reuters

Bagaimana dengan Gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok? Gubernur yang tak kalah menggentarkan perpolitikan nasional ini menghadapi semacam dilema terkait “proyek penggusuran” di DKI. Tahun 2015 saja sekitar 113 lokasi digusur, dan dalam tahun 2016 ini direncanakan 325 lokasi.  Jumlah lokasi yang digusur itu disesuaikan dengan jumlah rusunawa (rumah susun sederhana sewa) yang dibangunnya.

Apa tujuan penggusuran itu? Supaya program normalisasi sungai, penanganan banjir serta pembangunan tanggul di pesisir Jakarta dapat berjalan. Disamping itu, masyarakat yang direlokasi ke rusnuwa mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih terjamin, disamping pelayanan fasilitas publik lainnya.

Ilustrasi Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. © Kiagus Aulianshah /Beritagar
Ilustrasi Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. © Kiagus Aulianshah /Beritagar
Ini tentu keputusan yang penuh resiko. Secara politik, pilkada tinggal beberapa bulan lagi. Rasionalitas politik di Indonesia, biasanya menjelang pilkada sang kandidat, apalagi petahana terdorong menciptakan “program-program cari muka” agar diingat dan dipilih masyarakat dalam Pilkada. Justru sebaliknya, Ahok berulang kali menegaskan, kalau lantaran proyek relokasi sehingga ada anggota masyarakat yang kecewa dan tidak menyukainya silahkan jangan memilih dia dalam pilkada.

Ahok tidak takut kehilangan peluang berkuasa. Ia lebih fokus pada tujuan jangka panjang. Pada kepentingan memperbaiki ibukota dan mensejahterakan masyarakat yang sebelumnya tinggal di pemukiman kumuh bantaran sungai. Apa yang dilakukannya merupakan amanat konstitusi, yaitu antara lain menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Itulah sikap pemimpin sejati. Mereka tidak cair dan dinamis mengejar kepentingan, mengalir mengikuti mood dan dorongan nafsu kuasa dan godaan menumpuk kapital. Melainkan berdiri teguh di atas prinsip-prinsip dasar, pertimbangan-pertimbangan bijak, dan nilai-nilai agung. Mereka sepintas terlihat arogan, pongah, koppig (keras kepala), seolah mau menang sendiri dan sejenisnya. Mereka tetap tidak akan bergeser. Sebab, apa dilakukan adalah apa yang memang seharusnya dilakukan!

Maka, wahai para politisi negeri, pastikan Anda juga pemimpin! Kalau tidak, politik hanyalah posisi menipulatif untuk mengejar kuasa dan keuntungan pribadi, tanpa prinsip dan tanpa standar moral. Kalau demikian, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya politisi, baik di partai politik maupun di lembaga-lembaga legistlatif, Anda tidak pantas menempati posisi kepemimpinan di negeri ini.

Biarkan para pemimpin sejati “naik takhta” untuk bekerja melayani rakyat dan membangun negeri di atas prinsip-prinsip kuat empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila dan UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Hanya atas nama itulah, seorang pemimpin sejati di negeri ini tidak akan mundur!

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun