Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menanggapi Tantangan PEMKOT: Catatan Dari Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Ke-50 Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

4 Januari 2022   16:21 Diperbarui: 4 Januari 2022   16:25 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Agr. Ir. Semuel Leunufna, MSc

Pusat Konservasi Biodiversitas Wilayah Maluku

Dosen Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

Pendahuluan

Seminar sehari dalam rangka dies natalis ke-50 Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon telah usai. Meskipun demikian pertemuan ilmiah ini meninggalkan beberapa pembahasan yang, sebagaimana lasimnya suatu seminar ilmiah,  tidak terselesaikan dalam diskusi ruang seminar karena terbatasnya waktu dan presentasi materi yang berkepanjangan serta penanya/penanggap yang karena jumlahnya berlebihan, harus dibatasi. Tidak ada salahnya, dengan demikian, diskusi dalam ruang seminar dilanjutkan dalam ruang publik agar berbagai pihak memperoleh ruang dan kesempatan menyampaikan gagasan dan pemikirannya serta publik memperoleh pemahaman tentang apa yang berlangsung secara ilmiah pada kampus kebanggaan orang Maluku, Universitas Pattimura Ambon.

Seminar bertemakan “pembangunan Pertanian Kepulauan” ini diurutkan dengan lebih dulu menampilkan materi pembahasan dan diskusi yang lebih mengedepankan konsepsi dan strategi pengembangan, menampilkan key note speaker Prof. Dr. Ir. J. L. Nanere, MSc diikuti dua panelis  Prof. Dr. Ir. P. M. Sitaniapessi MSi serta Dr. Ir. A. Kastanya MS kemudian diakhiri dengan materi yang bersifat praktis dan spesifik pada beberapa kabupaten dan kota dalam wilayah  propinsi Maluku termasuk didalamnya Kotamadya Ambon, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MBD), Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dan  Kabupaten Maluku Tengah (Malteng).

Konsepsi Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku

Dalam makalah berjudul Pembangunan Pertanian dan Jenis Pendidikan Tinggi di Wilayah Kepulauan, Prof. Nanere yang mantan Rektor Universitas Pattimura, mengemukakan visi pengembangan wilayah kepulauan 50 tahun kedepan. Beliau mengemukakan konsepsi keterpaduan antara pengembangan wilayah hulu sampai ke hilir demi suatu pembangunan yang lestari berkelanjutan (sustainable), baik dari segi geomorfologis pulau, yakni pembangunan yang terpadu antara wilayah pegunungan hingga wilayah pesisir pulau maupun pengembangan socio-ekonomi masyarakat yakni keterpaduan antara penanganan produksi pangan pada lahan usaha tani (on-farm) hingga pemasaran hasil produksi (off-farm). Dengan demikian, pelaku usaha tani atau petani tidak hanya harus memahami dengan baik semua aspek kultur teknis pertanian guna menghasilkan produksi yang tinggi, berkualitas dan seterusnya, tetapi juga memahami semua aspek pemasaran hasil termasuk penanganan pasca panen, permintaan pasar, harga dan seterusnya. Konsepsi ini kemudian diterapkan dalam program pendidikan melalui pengintegrasian kedalam kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana dilakukan pada Politeknik (ber-jiwa community college) Padamara – Tobelo yang dikembangkan bersama rekan-rekan beliau.  Dari pengalaman dan pengamatan beliau melalui pendidikan dan kunjungan ke berbagai negara termasuk ke benua Eropa dan Amerika, Prof. Nanere berkesimpulan bahwa Community College yakni suatu politeknik yang berbasis masyarakat dan berjiwa koperasi (social-enterpreneurship) merupakan bentuk pendidikan yang tepat bagi pembangunan wilayah kepulauan berkelanjutan. Politeknik sendiri dibatasi sebagai suatu lembaga Pendidikan Tinggi yang orientasi pendidikannya lebih diarahkan pada dihasilkannya lulusan yang profesional, trampil/siap pakai dan memiliki kompetensi dalam berbagai bidang yang digelutinya agar siap mengisi pembangunan nasional dan daerah, agak berbeda dari lembaga universitas dengan fakultas-fakultasnya yang banyak berorientasi pada pengembangan akademik/ilmu (Nanere, 2013).

Dalam sesi diskusi kami mintakan arahan Prof. Nanere tentang perlunya penambahan suatu kelompok spesifikasi ilmu terkait konservasi sumberdaya genetik (plasma nutfah) tanaman pada bagian paling hulu sisi on farm, keterpaduan hulu-hilir berdasarkan socio-ekonomi masyarakat, on-farm - off-farm yang beliau kemukakan. Permintaan kami disampaikan dalam konteks Fakultas Pertanian Unpatti dimana pada bagian hilir (off-farm) telah terbentuk jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan program studi Agribisnis, jurusan Budidaya Pertanian sedangkan pada bagian on-farm baru terdapat program studi Agroekoteknologi yang membawahi minat Agronomi, Ilmu Tanah dan Hama-Penyakit Tanaman.  Dalam kondisi dewasa ini dimana erosi (kehilangan yang tidak dapat balik dan tidak dapat diganti) sumberdaya genetik berlangsung dengan sangat pesat maka diperlukan suatu kelompok ilmu atau mungkin suatu program studi atau jurusan yang membawahi kelompok ilmu dimaksud yang mempelajari, meneliti dan mengembangkan upaya konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan sumberdaya genetik dimaksud.  Prof. Nanere menyatakan perlunya dilaksanakan suatu loka karya (workshop) yang membahas masalah dimaksud termasuk pengembangan kurikulum yang sesuai. Beliau juga menekankan perlunya disiplin ilmu Pemuliaan Tanaman (plant breeding) dalam kelompok  ilmu dimaksud.

Profesor Dr. Ir. P. M. Sitaniapessy MSi, Profesor senior pada Program Studi Agronomi, dalam bidang keahlian Agroklimatologi, mantan Pembantu Rektor IV Universitas Pattimura serta dosen tetap maupun tidak tetap pada beberapa universitas di Maluku dan Irian Jaya dan Dr. Ir. A. Kastanya MS, ketua program studi Managemen Hutan program pasca sarjana Unpatti, serta aktif pada politeknik Padamara menjadi panelis pada diskusi panel pertama seminar sehari dimaksud. Judul yang dibawakan kedua panelis berturut-turut adalah Pengembangan Pertanian pada Gugus Pulau di Maluku; Suatu Tinjauan dari Segi Fisik Sumberdaya dan Konsep Pertanian Pulau-pulau Kecil Berbasis Gugus Pulau Menghadapi Perubahan Iklim Global di Propinsi Maluku.

Sebagai salah satu moderator sesi ini, kami mencoba memberikan suatu pengantar sebagai justifikasi akan pentingnya atau urgensi kedua judul yang saling terkait diatas (Dr. Ir. A. Sahusilawane, MS sebagai moderator lainnya menyampaikan beberapa point kesimpulan sebagai hasil diskusi, kemudian).  Pertama, bahwa konsepsi pengembangan berbasiskan gugus pulau sebagai suatu strategi pembangunan wilayah Propinsi Maluku tidak tercetus begitu saja tanpa suatu dasar yang kuat, tetapi diangkat dari kondisi realitas Propinsi Maluku yang tersusun dari pulau-pulau kecil (beurukan kurang dari 2000 km2)  dan sedang, topografi yang berbukit/bergunung, kelerengan yang curam, luasan wilayah pertanian yang sempit dan seterusnya (lihat juga Sitaniapessy, 2013). Kedua, bahwa konsepsi pengembangan gugus pulau tidak hanya mempertimbangkan pembangunan aspek ekonomi masyarakat tetapi juga aspek sosial, budaya/adat istiadat, pertahanan/keamanan maupun politik/pemerintahan yang tentu memerlukan pembahasan lebih jauh oleh para pakar di bidang masing-masing. Khusus untuk pengembangan ekonomi dibidang pertanian beberapa kebijakan yang telah dan sementara dilaksanakan termasuk pengembangan komuditas andalan, yang secara rutin dan intensif dikelola pada gugus pulau serta komuditas unggulan yang secara komperatif mampu bersaing dengan komuditas lainnya atau komuditas yang sama pada gugus pulau lainnya, kemudian melalui kebijakan banyak pintu (multigate system) diharapkan produk berbagai komuditas pada gugus pulau dapat menjangkau pasar baik pada tingkat regional, nasional maupun internasional. Berbagai komuditas yang dikembangkan pada 12 gugus pulau di propinsi Maluku dapat dilihat dalam Sitaniapessy (2013).  Ketiga, sebagai generasi yang berada jauh dibelakang para profesor senior yang saat ini memasuki masa purna bakti, kami mengikuti diskusi dan perdebatan terkait konsepsi gugus pulau, khususnya terkait pengembangan pertanian, sekitar akhir tahun 1980-an, Prof. Dr. Ir. J. E. Louhenapessy MS, dalam sesi diskusi kemudian, mengemukakan bahwa secara resmi konsepsi gugus pulau dicanangkan sebagai strategi pengembangan propinsi Maluku sejak tahun 1992. Artinya bahwa konsepsi ini bukan merupakan suatu yang baru, tetapi telah berkembang dan mengalami perubahan-perubahan selama lebih dari 20 tahun. Diskusi panel kali ini adalah penting dan urgen karena wilayah pulau-pulau diperhadapkan pada perubahan-perubahan yang cepat dan drastis yang berpengaruh pada kondisi fisik, sumberdaya alam termasuk biodiversitas, sumbedaya genetik untuk pertanian, ketahanan pangan dan seterusnya. Termasuk dalam pemicu perubahan dimaksud adalah pembangunan dan pengembangan sarana transportasi yang menghubungkan pulau satu dan lainnya meniadakan keterisolasian pulau. Hal ini berdampak, antara lain, pada introduksi spesies baru, termasuk manusia, ke berbagai pulau yang dapat menjadi predator, pesaing terhadap spesies lokal dalam hal nutrisi, cahaya dll. yang pada akhirnya menyebabkan kepunahan biodiversitas pulau. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa inroduksi spesies exotik menjadi salah satu penyebab utama punahnya biodiversitas. Penyebab lainnya adalah perubahan iklim global (lihat Kastanya, 2013). Studi pada cloud forest (hutan tropis/sub-tropis pegunungan yang biasanya tertutup awan pada skala tertentu) pulau-pulau pasifik menunjukkan bahwa suatu perubahan iklim yang kecil akan berdampak besar pada pergeseran curah hujan, penutupan awan dan kelembaban yang berlanjut pada peningkatan ketinggian cloud forest yang berarti hilangnya habitat bagi berbagai biota dan berakhir dengan kepunahan biodiversitas  (Loope and Giambelluca, 1998; Gillespie et al., 2007).

Dengan demikian dalam usia 50 tahun, sebagai seorang wanita dewasa (baca – alma mater/mother nurture/ibu asuh), yang mampu melihat diri dan lingkungannya secara menyeluruh dan terpadu, adalah penting bahwa Fakultas Pertanian Unpatti menghimpun kembali anak-anak asuhnya, termasuk  para Profesor senior yang telah memasuki masa purna bakti dan yang telah ikut memberikan masukan, ide-ide dalam rangka pengembangan konsep gugus pulau untuk kembali memberikan pandangannya dalam upaya pengembangan kedepan konsepsi gugus pulau serta pengembangan peranan alma mater sebagai menara mercu suar yang mampu menerangi wilayah sekitar dan bukan menjadi menara gading yang terisolasi dari masyarakat atau sebaliknya menara air yang bebas dimanfaatkan oleh pihak manapun.

Meresponi Tantangan Pemerintah Kota Ambon

 Pada panel kedua yang diisi wakil-wakil dari beberapa kabupaten/kota Propinsi Maluku, Bupati Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Ir. Barnabas Orno,  memulai dengan membawakan sendiri presentasi berjudul Komoditi umbi-umbian, Jagung dan Sapi di kabupaten MBD, yang disampaikan dengan penuh semangat dan antusiasme.  Presentase dari MBD kemudian disusul oleh Kotabadya Ambon yang diwakili Sekretaris Kota, Drs. A. G. Latuheru, membawakan materi berjudul Komoditi Hortikultura di Kota Ambon, dilanjutkan dengan presentasi dari Kabupaten Maluku Tengah berjudul Komuditas Sagu di Kabupaten Maluku Tengah diwakili Kepala Dinas Pertanian Maluku Tengah, Ir. K. Pattinasarany dan diakhiri dengan presentasi dari Kabupaten Maluku Tenggara yang diwakili Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara, Ir. J. Arifin, membawakan materi berjudul Komoditi Embal, Kacang Botol dan Rumput Laut di Kabupaten Maluku Tenggara.

Meskipun semua materi yang disampaikan menarik untuk didiskusikan lebih jauh dalam tulisan ini (dalam  ruang diskusi panel, bebagai tanggapan telah disampaikan dan didiskusikan), tantangan dari pemerintah Kota Ambon menarik untuk diresponi karena kesesuaian spesialisasi ilmu. Dalam penyampaian materinya wakil kota Madya Ambon, pada salah satu pointnya, dengan percaya diri menantang Fakultas Pertanian Unpatti untuk bekerja sama dengan Pemkot menghasilkan varietas yang berproduksi tinggi dan berumur genja (pendek).

Tantangan ini menarik karena, pertama, digagas oleh para birokrat yang berwewenang menentukan kebijakan sekaligus alokasi pendanaan bagi implementasi kebijakan dimaksud, berbeda dengan ilmuwan yang umumnya lebih dulu menyampaikan gagasan namun kemudian terbentur pendanaan atau perlu melakukan persuasi untuk pendanaan serta dukungan kebijakan bagi implementasi gagasannya. Kedua, tantangan ini sangat penting karena merupakan kebijakan intensifikasi atau peningkatan produksi per satuan luas per satuan waktu melalui perbaikan potensi genetik tanaman. Kebijakan peningkatan produksi melalui extensifikasi atau perluasan areal tanam, khusunya di wilayah pulau yang sempit sangat tidak bijaksana untuk dilakukan. Kebijakan pemasokan komuditas dari wilayah lain mungkin saja dilakukan namun akan menimbulkan ketergantungan dan merugikan petani lokal. Ketiga, tantangan ini menjangkau kedepan karena disampaikan dalam kondisi dimana program pengembangan varietas tanaman (program pemuliaan tanaman) di Maluku belum dikembangkan, bahkan di Indonesia belum mendapat perhatian penuh. Selanjutnya Fakultas Pertanian Unpatti yang tadinya memiliki minat Temuliaan Tanaman dibawah program studi Agronomi saat ini melebur kedalam Agroekoteknologi dan kehilangan peranan dalam pengembangan ilmu pemuliaan tanaman. Meskipun demikian, Fakultas Pertanian memiliki sedikitnya lima Doktor/PhD (S3) lulusan dalam dan luar negri yang diyakini mampu bekerja sama memulai program pemuliaan tanaman bersama Pemkot. 

Perlu ditambahkan bahwa pengembangan varietas unggul baru melalui program pemuliaan tanaman tidak merupakan pekerjaan mudah/sederhana, memakan waktu yang panjang/lama (beberapa tahun) serta diperlukan komitmen kerja dan pendanaan yang pasti dan tetap/konsisten.

Dengan demikian secara teknis, garis besar peta jalan (road map) bagi implementasi gagasan atau tantangan pemerintah Kotamandya Ambon dapat diusulkan sebagai berikut:

  • Diperlukan pertemuan antara tim dari kedua lembaga, membahas beberapa hal termasuk tujuan pemuliaan, varietas tanaman yang akan dikembangkan, cara perkembangbiakannya (berbiak vegetatif atau berbiak generatif; menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri), persetujuan pendanaan dst.
  • Studi banding dalam atau luar negeri untuk mempelajari teknik-teknik baru pemuliaan tanaman yang telah dikembangkan sekaligus memperoleh masukan dan motivasi  dalam pelaksanaan pengembangan varietas baru
  • Koleksi plasma nutfah tanaman yang akan dikembangkan (dimuliaakan)  dengan keragaman pada sifat-sifat yang diinginkan. Dapat didahului dengan penyiapan ruang dan pendataan koleksi.
  • Karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah termasuk waktu pembungaan dan seterusnya diikuti pemilihan tetua untuk persilangan.
  • Pelaksanaan persilangan-persilangan di rumah kaca.  Didahului penentuan metode seleksi yang akan digunakan (mengambil contoh tanaman berbiak sexual menyerbuk sendiri,)
  • Menanam dan melakukan seleksi terhadap sifat yang diinginkan dari generasi ke generasi untuk mencapai homosigositas lokus dan homogenitas populasi pada kombinasi sifat-sifat yang dikembangkan
  • Melakukan uji multi lokasi (dapat bekerja sama dengan para petani di berbagai tempat/pulau/wilayah iklim) membandingkan dengan varietas unggul yang sudah direkomendasi baik secara nasional maupun lokal (atau yang populer secara lokal)
  • Melakukan registrasi varitas pada lembaga perlindungan variatas tanaman (PVP)
  • Kegiatan selanjutnya....

Pustaka

Gillespie, R. G, Elin, M, Claridge and George K, Roderick, K (2008) Biodiversity dynamics in isolated island communities: interaction between natural and human-mediated processes. Molecular Ecology  n17: 45–57

Kastanya A. (2013) Konsep Pertanian Pulau-Pulau Kecil Berbasis Gugus Pulau Menghadapi Perubahan Iklim Global Di Propinsi Maluku. Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke- 50 Fakultas Pertanian Unpatti, Ambon, Pembangunan Pertanian Kepulauan, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. P. 17.

Loope, L. L, Giambelluca, T. W (1998) Vulnerability of island tropical montane forests to climate change, with special reference to East Maui, Hawaii. Climate Change n39: 503–517

Nanere J. L. (2013) Model Pembangunan Pertanian Dan Jenis Pendidikan Tinggi Pertanian Sesuai Kondisi Wilayah Kepulauan Maluku. Makalah, disampaikan pada Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis Fakultas ke-50 Pertanian Unpatti, Ambon, Pembangunan Pertanian Kepulauan. Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. P. 18.

Sitaniapessy P. M. (2013) Pengembangan Pertanian Pada Gugus Pulau di Maluku: Suatu tinjauan dari segi fisik sumberdaya alam. Ringkasan eksekutif Makalah, disampaikan pada Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke- 50 Fakultas Pertanian Unpatti, Ambon, Pembangunan Pertanian Kepulauan. Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. P. 6.

Sekian,

Kampus Poka, Nopember 2013

Penulis

Publikasi pertama: Harian Pagi Siwalima. Kamis 28 Nopember,  2013. Opini. Hal 6-7.

Publikasi kedua: Seminyak Bali, January, 2022. 

Mengucapkan “Selemat Menyelesaikan Tugas kepada 

sempic-61d3f13306310e55115cd683.jpg
sempic-61d3f13306310e55115cd683.jpg
Drs. A. G. Latuheru, Sekretaris Kota Ambon yang lama dan Selamat Memulai Tugas untuk Sekretaris Kota Ambon yang Baru”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun