Dengan demikian dalam usia 50 tahun, sebagai seorang wanita dewasa (baca – alma mater/mother nurture/ibu asuh), yang mampu melihat diri dan lingkungannya secara menyeluruh dan terpadu, adalah penting bahwa Fakultas Pertanian Unpatti menghimpun kembali anak-anak asuhnya, termasuk  para Profesor senior yang telah memasuki masa purna bakti dan yang telah ikut memberikan masukan, ide-ide dalam rangka pengembangan konsep gugus pulau untuk kembali memberikan pandangannya dalam upaya pengembangan kedepan konsepsi gugus pulau serta pengembangan peranan alma mater sebagai menara mercu suar yang mampu menerangi wilayah sekitar dan bukan menjadi menara gading yang terisolasi dari masyarakat atau sebaliknya menara air yang bebas dimanfaatkan oleh pihak manapun.
Meresponi Tantangan Pemerintah Kota Ambon
 Pada panel kedua yang diisi wakil-wakil dari beberapa kabupaten/kota Propinsi Maluku, Bupati Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Ir. Barnabas Orno,  memulai dengan membawakan sendiri presentasi berjudul Komoditi umbi-umbian, Jagung dan Sapi di kabupaten MBD, yang disampaikan dengan penuh semangat dan antusiasme.  Presentase dari MBD kemudian disusul oleh Kotabadya Ambon yang diwakili Sekretaris Kota, Drs. A. G. Latuheru, membawakan materi berjudul Komoditi Hortikultura di Kota Ambon, dilanjutkan dengan presentasi dari Kabupaten Maluku Tengah berjudul Komuditas Sagu di Kabupaten Maluku Tengah diwakili Kepala Dinas Pertanian Maluku Tengah, Ir. K. Pattinasarany dan diakhiri dengan presentasi dari Kabupaten Maluku Tenggara yang diwakili Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara, Ir. J. Arifin, membawakan materi berjudul Komoditi Embal, Kacang Botol dan Rumput Laut di Kabupaten Maluku Tenggara.
Meskipun semua materi yang disampaikan menarik untuk didiskusikan lebih jauh dalam tulisan ini (dalam  ruang diskusi panel, bebagai tanggapan telah disampaikan dan didiskusikan), tantangan dari pemerintah Kota Ambon menarik untuk diresponi karena kesesuaian spesialisasi ilmu. Dalam penyampaian materinya wakil kota Madya Ambon, pada salah satu pointnya, dengan percaya diri menantang Fakultas Pertanian Unpatti untuk bekerja sama dengan Pemkot menghasilkan varietas yang berproduksi tinggi dan berumur genja (pendek).
Tantangan ini menarik karena, pertama, digagas oleh para birokrat yang berwewenang menentukan kebijakan sekaligus alokasi pendanaan bagi implementasi kebijakan dimaksud, berbeda dengan ilmuwan yang umumnya lebih dulu menyampaikan gagasan namun kemudian terbentur pendanaan atau perlu melakukan persuasi untuk pendanaan serta dukungan kebijakan bagi implementasi gagasannya. Kedua, tantangan ini sangat penting karena merupakan kebijakan intensifikasi atau peningkatan produksi per satuan luas per satuan waktu melalui perbaikan potensi genetik tanaman. Kebijakan peningkatan produksi melalui extensifikasi atau perluasan areal tanam, khusunya di wilayah pulau yang sempit sangat tidak bijaksana untuk dilakukan. Kebijakan pemasokan komuditas dari wilayah lain mungkin saja dilakukan namun akan menimbulkan ketergantungan dan merugikan petani lokal. Ketiga, tantangan ini menjangkau kedepan karena disampaikan dalam kondisi dimana program pengembangan varietas tanaman (program pemuliaan tanaman) di Maluku belum dikembangkan, bahkan di Indonesia belum mendapat perhatian penuh. Selanjutnya Fakultas Pertanian Unpatti yang tadinya memiliki minat Temuliaan Tanaman dibawah program studi Agronomi saat ini melebur kedalam Agroekoteknologi dan kehilangan peranan dalam pengembangan ilmu pemuliaan tanaman. Meskipun demikian, Fakultas Pertanian memiliki sedikitnya lima Doktor/PhD (S3) lulusan dalam dan luar negri yang diyakini mampu bekerja sama memulai program pemuliaan tanaman bersama Pemkot.Â
Perlu ditambahkan bahwa pengembangan varietas unggul baru melalui program pemuliaan tanaman tidak merupakan pekerjaan mudah/sederhana, memakan waktu yang panjang/lama (beberapa tahun) serta diperlukan komitmen kerja dan pendanaan yang pasti dan tetap/konsisten.
Dengan demikian secara teknis, garis besar peta jalan (road map) bagi implementasi gagasan atau tantangan pemerintah Kotamandya Ambon dapat diusulkan sebagai berikut:
- Diperlukan pertemuan antara tim dari kedua lembaga, membahas beberapa hal termasuk tujuan pemuliaan, varietas tanaman yang akan dikembangkan, cara perkembangbiakannya (berbiak vegetatif atau berbiak generatif; menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri), persetujuan pendanaan dst.
- Studi banding dalam atau luar negeri untuk mempelajari teknik-teknik baru pemuliaan tanaman yang telah dikembangkan sekaligus memperoleh masukan dan motivasi  dalam pelaksanaan pengembangan varietas baru
- Koleksi plasma nutfah tanaman yang akan dikembangkan (dimuliaakan) Â dengan keragaman pada sifat-sifat yang diinginkan. Dapat didahului dengan penyiapan ruang dan pendataan koleksi.
- Karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah termasuk waktu pembungaan dan seterusnya diikuti pemilihan tetua untuk persilangan.
- Pelaksanaan persilangan-persilangan di rumah kaca. Â Didahului penentuan metode seleksi yang akan digunakan (mengambil contoh tanaman berbiak sexual menyerbuk sendiri,)
- Menanam dan melakukan seleksi terhadap sifat yang diinginkan dari generasi ke generasi untuk mencapai homosigositas lokus dan homogenitas populasi pada kombinasi sifat-sifat yang dikembangkan
- Melakukan uji multi lokasi (dapat bekerja sama dengan para petani di berbagai tempat/pulau/wilayah iklim) membandingkan dengan varietas unggul yang sudah direkomendasi baik secara nasional maupun lokal (atau yang populer secara lokal)
- Melakukan registrasi varitas pada lembaga perlindungan variatas tanaman (PVP)
- Kegiatan selanjutnya....
Pustaka
Gillespie, R. G, Elin, M, Claridge and George K, Roderick, K (2008) Biodiversity dynamics in isolated island communities: interaction between natural and human-mediated processes. Molecular Ecology  n17: 45–57
Kastanya A. (2013) Konsep Pertanian Pulau-Pulau Kecil Berbasis Gugus Pulau Menghadapi Perubahan Iklim Global Di Propinsi Maluku. Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke- 50 Fakultas Pertanian Unpatti, Ambon, Pembangunan Pertanian Kepulauan, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. P. 17.
Loope, L. L, Giambelluca, T. W (1998) Vulnerability of island tropical montane forests to climate change, with special reference to East Maui, Hawaii. Climate Change n39: 503–517