Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Universitas Pattimura Membentuk Pusat Kajian Wallacea

29 Oktober 2021   16:38 Diperbarui: 29 Oktober 2021   16:55 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wallace line

Semuel Leunufna*) dan Melianus Salakory**)

*) Sekretaris Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura, Ambon. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon, Center for the Conservation of Maluku's Biodiversity. Proyek Blended Learning-Value Chain (BLVC): Kerjasama Indonesia-Belanda .

**) Ketua Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura, Ambo, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura, Ambon. 

Pendahuluan

Nama Alfred Russel Wallacea, naturalis (Ahli Ilmu Alam) berkebangsaan Inggris yang karya karya besarnya muncul dalam kurun waktu 1854-1862, telah diabadikan pada sejumlah institusi, termasuk didalamnya Wallacea Research Group yang melibatkan 22 lembaga di asia, Australia, Eropa dan Amerika Utara (www.wallacea.info), Opwall (Operation Wallacea), Penelitian Konservasi Melalui Kerjasama Akademis  (Opwall.com), yang berlokasi di sejumlah besar Negara di Dunia, serta sejumlah lembaga lainnya.   

Terlepas dari perlunya lembaga- lembaga dimaksud dengan peran sangat signifikan yang telah ditunjukkan, Maluku, khususnya Universitas Pattimura sangat berkepentingan  mengkaji dan mengidentifikasi kembali serta melestarikan karya-karya besar A. R. Wallace karena lembaga ini berada tepat pada pusat kegiatan Alfred Russel Wallace ketika menyelesaikan karya-karya dimaksud. Hal diatas menjadi salah satu justifikasi Rektor dalam mengeluarkan Surat Keputusan Rektor No 733/UN13/SK/2017 tertanggal 25 July, 2017 Tentang Pengangkatan Pengelola Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura Periode 2017-2020.

Penetapan Garis pembagi Indonesia bagian Timur yang mencakupi pulau Sulawesi, kepulauan Maluku serta Sunda kecil yang kemudian menjadi wilayah Panas Biodivesitas (Hot Spot) "Wallacea", dari  Indonesia  Bagian  Barat dengan wilayah Hot spot "Sunda Land", berkaitan erat dengan kekhasan keanekaragaman dan endemisasi Fauna maupun juga Flora diantara kedua wilayah, dan merupakan salah satu karya besar A.R. Wallace.  

Terkait dengan itu, dalam pertemuan perdana Lembaga Pengelola Pusat Study Wallacea di Kantor Pusat Unpatti, kampus Poka, 06 September, 2017,  sejumlah besar hewan dan tanaman endemic dan berpotensi besar mengembangkan perekonomian  serta menjamin kedaulatan pangan daerah namun semakin langka keberadaannya, dicontohkan dan dibicarakan. 

Beragam spesies dan jenis Burung, beragam spesies dan jenis ikan serta  biota laut lainnya, wilayah mangrove, beragam spesies dan jenis tanaman rempah, tanaman pangan, hortikultura, tanaman hutan, hingga tumbuhan dan hewan yang sudah jarang sekali didengar namanya, serta yang dapat dijual dengan harga yang sangat tinggi seperti misalnya Pohon Mesoyi (Massoia aromatica), ikan Oti di pulau Aru, ikan Sapi di Saparua.

Visi

Visi Lembaga Pusat Kajian Wallacea tentu dimaksudkan untuk melengkapi serta menggenapi/menjawab visi Universitas Pattimura sebagai lembaga induknya. 

Visi Pusat Kajian Wallace dapat dirumuskan sebagai: "Lestarinya Warisan (Heritage) Alfred Russel Wallacea untuk pemanfaatan dan pengembangan bagi kemakmuran Masyarakat Maluku, kini dan masa depan".

Warisan A. R. Wallace sendiri dapat dilihat dari sejumlah sudut pandang/aspek:  

Dari Aspek Sejarah, Perjalanan penelitian A. R. Wallace di Maluku yang terrentang selama periode waktu kurang lebih 4 tahun,  menyinggahi sejumlah pulau-pulau  Ambon, Banda, Ternate, Halmahera, Buru, Seram, Bacan, Gorong,  dst., serta menghasilkan karya-karya monumental termasuk menetapkan garis imaginer Wallacea, paper ternate maupun tulisan lainnya termasuk buku malay Archipelago yang dipublikasikan untuk pertama kali ditahun 1869, serta peristiwa-peristiwa unik, menyenangkan maupun mendukakan yang menyertai perjalanan beliau, merupakan warisan yang akan diceritakan dari generasi ke generasi dan memberikan kebanggaan bagi masyarakat Maluku karena wilayahnya yang indah dan kaya menarik kehadiran para ilmuwan dari manca Negara termasuk ilmuwan sebesar A. R. Wallace. 

Warisan sejarah ini sekaligus dapat memberikan inspirasi bagi generasi penerus memahami nilai-nilai kerja keras, kedisiplinan, sikap ingin tahu (curiosity), system keteraturan kerja (pengorganisasian) yang memungkinkan A. R. Wallace mampu mencetuskan karya-karyanya yang gemilang.

Aspek Kekayaan dan Keunikan Biodiversitas wilayah Maluku: A. R. Wallace menemukan Banda (Disinggahi tahun 1857, 1859, 1861) ditutupi tanaman pala (Myristica frangrans), tumbuh dibawah naungan pohon kenari (Kanarium communie), subur tanpa perlu pemupukan dan sehat (tidak terserang penyakit sebagaimana wilayah lain yang pernah disinggahi). 

Disamping beberapa tanaman lain, Kelelawar dan Kus-kus yang mungkin asli Banda, hewan lainnya, rusa dan babi  serta beberapa jenis burung juga dtemukan di Banda (Malay Archipelago, pages 216-220). Di teluk Ambon (disinggahi tahun 1857, 1859, 1860), A.R. Wallace melaporkan 780 species ikan yang  di katalogkan oleh  seorang Ichtiolog Belanda, Dr. Bleeker, sebuah jumlah yang sama dengan jumlah species yang ada pada gabungan semua laut  dan sungai di Eropa.  

Sejumlah besar ragam kerang termasuk yang terbaik dunia juga ditemukan, yakni sekitar 1.000 jenis dengan jumlah specimen yang dikoleksi mencapai 10-ribuan. Selebihnya dilaporkan pula adanya beragam insekta, kupu-kupu, dan burung-burung yang sangat khas. 

Meskipun tidak banyak koleksi specimen yang dibuat A. R. Wallace di Ambon, disini beliau menemukan burung-burung dan insekta (Wallace mengoleksi 210 jenis Kumbang di Pulau Buru  selama 2 bulan masa tinggal, tetapi mengoleksi sejumlah lebih dari 300 species dalam 3 minggu masa tinggal di Ambon -- Malay Archipelago Page 294) paling indah yang oleh para ahli kemudian dianggap memiliki fauna yang  paling luar biasa dan terindah dimuka bumi (Malay Archipelago, pages 221-231). 

Keragaman dan keunikan Biodiversitas pada kedua pulau yang dicontohkan ini (belum dikemukakan pulau lainnya yang di disinggahi), tentu menimbulkan keingintahuan kita, seberapa banyak yang masih tersisa setelah lebih dari 150 tahun masa A. R. Wallace? 

Kemudian menyusul pertanyaan lain; seberapa cepat terjadi kehilangan biodiversitas Maluku?, apa penyebab utamanya?, bagaimana menekan laju kehilangan dimaksud?, bagaimana memanfaatkan biodiversitas tersedia untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Maluku?. 

Kehadiran Pusat Kajian Wallacea, sedikitnya mungkin dapat membuka pemahaman masyarakat dan ilmuwan Maluku terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas.

Aspek pengembangan Ilmu pengetahuan; dari study terhadap biodiversitas wilayah Maluku, Wallacea meghasilkan karya-karya yang kemudian menjadi dasar pengembangan teori-teori penting di muka bumi, termasuk didalamnya penetapan garis hipotetik Wallace yang menjelaskan pemisahan dan  kekhasan Fauna maupun flora di Indonesia antara Indonesia Barat dan Timur, memberinya julukan bapak Biogeography, serta tulisan-tulisan ilmiah termasuk 'Ternate Essay",  Essay yang ditulis di Ternate berjudul: "on the Tendency of varieties to depart indefinitely from the Original Type" Tentang Kecenderungan varietas-varietas untuk memisah secara permanen dari type asalnya" (Charles H. Smith,  1998, 2000-2016) yang menjadi pencetus lahirnya teory seleksi alam dan evolusi melalui publikasi bersama Chaler Dawin dan A. R. Wallace pada Meeting of the Linnean Society of London, 1 July, 1858 (Van Wyhe and Rookmaaker, 2012). 

Pemahaman dan penyadaran akan Kenyataan diatas tentu akan memacu ilmuwan Maluku untuk semakin intensif meneliti, mengkaji, menghasilkan karya-karya ilmiah untuk dipublikasikan baik secara nasinal maupun internasional.  

Sejalan dengan pengakuan dan pengingatan kembali terhadap karya-karya A. R. Wallace, hadirnya Pusat Study Wallacea juga memberikan rekognisi terhadap  karya-karya ilmuwan lain yang mendahului , melengkapi dan memperkaya hasil-hasil kerja A. R. Wallace. George Everhart Rumphius (1627-1702), botanis berkebangsaan Jerman dengan karya terkenalnya "Herbarium Amboinense" dan diberi julukan "Peramal buta dari Ambon" ataupun Max Carl Wilhelm Weber, penentu garis hipotetis Weber (1902) merupakan dua contoh diantaranya (Wikipedia, October, 2017). 

Aspek Sosial Budaya; Perjalanan dan kegiatan expedisi A. R. Wallace juga di warnai dengan perjumpaan dan interaksi dengan penduduk setempat di kepulauan Maluku. 

Deskripsi Wallace tentang keterlibatan, sikap dan perilaku masyarakat atau beberapa anggota masyarakat saat itu mungkin dapat menjadi bahan pemikiran bagi masyarakat Maluku saat ini berintrospeksi dan menata diri bergerak kedepan. 

Bahwa keikutsertaan dan kontribusi masyarakat indigenous dalam pencapain-pencapaian A. R. Wallace tercermin dari sejumlah tenaga pendukung local dalam perjalanan antar dan intra-pulau maupun dalam mempersiapkan spesimen-spesimen fauna yang menjadi bahan study A. R. Wallace, tentu juga disertai pengetahuan-pengetahuan local (indigenous knowledge) terkait biodiversitas yang menyebar di pulau-pulau. 

Gambaran A. R. Wallace bagaimana Raja Tua yang baik hati, Raja Kayeli, pulau Buru menemani Wallace melakukan expedisi sekitar wilayah pertuannnya serta bantuan pengamat dan pekerja local (alfuros) yang diterimanya (Malay Archipelago pages291-296), menjadi salah satu contoh kontribusi masyarakat indigenous.  Contoh lainnya dapat dibaca pada halaman 230 paragraf 4 literatur yang sama.

Terlepas dari nilai-nilai positif yang dapat dikaji dari interaksi social yang terjadi, beberapa catatan A. R. Wallace juga menunjukkan adanya budaya yang kurang membanggakan pada orang Maluku, termasuk misalnya kemalasan dan sikap menunda-nunda/"Ea-nanti" (procrastination), terlambat hadir ataupun membatalkan kontrak kerja yang telah disepakati sehingga menyebabkan tertundanya bahkan dibatalkannya beberapa perjalanan expedisi A. R. Wallace. Beberapa contoh dapat dibaca pada halaman 222, 239, 286 Malay Archipelago).

Misi  (Tupoksi) dan Beberapa Program Kerja

Misi Lembaga atau Tugas Pokok Lembaga/Institusi (TUPOKSI), dirumuskan dalam Lampiran Surat Keputusan Pembentukan Lembaga.  Enam butir tugas utama yang disampaikan kemudian nantinya dapat diterjemahkan atau dijabarkan lebih jauh kedalam tugas-tugas pendukung lainnya serta program-program teknis jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

  • Melakukan identifikasi dan kajian tentang Wallacea Line di Maluku.
  • Melakukan penelitian dasar flora dan fauna pada Wallacea Line di Maluku.
  • Mengidentifikasi flora dan fauna endemic dalam Wallacea Line di Maluku.
  • Menyelenggarakan Seminar internasional dan nasional terkait Wallacea Line di Maluku dan potensi flora dan faunanya.
  • Menerbitkan Jurnal hasil-hasil penelitian pada wilayah Wallacea Line.
  • Menyusun dan menerbitkan buku referensi tentang jenis dan sebaran flora dan fauna pada Wallacea Line.

Mengimplementasikan tugas-tugas pokok diatas jelas memerlukan sejumlah kegiatan-kegiatan lain yang menunjuang tiap tiap butir tugas yang disampaikan. Diantaranya diperlukan penelusuran pusataka yang baik dan dengan demikian diperlukan koleksi informasi/letaratur baik secara hard copy (melalui lIteratur tercetak) maupun soft copy (media elektronik) serta kerjasama antar lembaga baik local, regional, nasional maupun internasional.

Dalam pertemuan perdana pengelola Pusat Kajian Wallacea, beberapa target jangka pendek sempat mengemuka.  Sosialsasi/pengenalan lembaga ke masyarakat ilmiah maupun masyarakat umum melalui publikasi ilmiah popular, pembentukan web-site, penerbitan buku rangkuman tulisan ilmiah popular berada diantaranya.  

Sejumlah kerjasama internasional yang telah dan sementara dilaksanakan merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan implementasi tupoksi diatas. Penelitian indentifikasi organisma (khusunya biota laut) melalui pemanfaatan sequensing DNA Mitokondria, lebih dikenal dengan DNA Barcoding (Dr. Gino S. Limon, Fakultas Perikanan Unpatti -Komunikasi Personal), merupakan salah satu contoh kerja sama Internasional. 

Selebihnya kerjasama-bilateral dengan Negri Belanda, melibatkan sejumlah institusi termasuk  Wageningen University, Perusahaan AgroFair Barrendrect, Maastricht School of Management (MSM), Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor dan Universitas Pattimura (Fakultas Pertanian), serta Rotherdam University merupakan contoh lainnya. 

Terkait dengan kerjasama bilateral dimaksud adalah penelitian keanekaragaman-hayati Pisang (Musa sp.) di pulau Ambon dan Seram, Pertukaran Plasma Nuthfah (Sumberdaya genetic) pisang Tongkat langit (Musa troglodytarum L.), proyek pengembangan Rantai Nilai Pertanian (Agricultural Value Chain) yang melibatkan system pembelajaran berbasis pembauran (Blended Learning) serta kerjasama Pengelolaan Sampah dan Air (Waste and Water Management) di kota Ambon (Dr. S. Leunufna S., Fakultas Pertanian Unpatti dan Dr. Y. Apituley, International Office Unpatti -- komunikasi Personal) .

Struktur dan Personalia Lembaga

Dalam kerangka organisasi Universitas Pattimura, Lembaga Pusat Kajian Wallacea barada dibawah garis Kebijakan Rektor Universitas Pattimura melalui Wakil Rektor Bidang Akademis dan Pusat Penelitian Universitas.  Secara personal seorang Guru Besar Ilmu Pertanian, Prof. Dr. R. Oszaer, ditunjuk sebagai bagian dari penanggunjawab lembaga. Struktur dan Personalia Pusat Kajian Wallace (Wallacea Center) sesuai Lampiran SK Rektor sebagai berikut:

 Kedudukan                     Jabatan                                          Nama

Pengarah                          Rektor                                             Prof. Dr. M. J. Saptennno, SH. M. Hum.

Penanggungjawab          Wakil Rektor I                                Prof. Dr. Ir. F. Rieuwpassa, MS.

Penaggungjawab            Ketua LPPKM                                  Prof. Dr. Ir. Dominggus Malle, MSc.

Penanggungjawab          Guru Besar (F Pertanian)             Prof. Dr. Ir. R. Oszaer, MS

Ketua                                 Guru Besar (FKIP)                         Prof. Dr. M. Salakory, M. Kes

Wakil Ketua                      Guru Besar (FPIK)                         Prof. Dr. Ir. Debby A. Selanno, MSc.

Sekretaris                         Dosen (F Pertanian)                     Dr. Agr. Ir. Semuel Leunufna, MSc.

Anggota                            Dosen ( F Pertanian)                     Ir. W. Talakua, MP.

Anggota                            Dosen (F Pertanian)                     Dr. R. E. Ririhena, MSi.

Anggota                            Dosen (F Pertanian)                     Dr. Josevita Th. Latupapua, MP.

Anggota                            Dosen (F MIPA)                             Dr. Adrien J. A. Unitly, SSi., MSi.

Anggota                            Dosen (F Pertanian)                     Febian F. Tetelay, SP., MP.

Pesonal Penghubung, untuk Informasi lanjut: 

Pof. Dr. Melianus Salakory, M. Kes.  Whatsup: 082133423519

Dr. Agr. Ir. Semuel Leunufna MSc. Whatsup : 087809743539, leunufnaunpatti@yahoo.co.id

Pustaka

Alfred Russel Wallace (1861) The Malay Archipelago ISBN 978-0-7946-0563-6. 488 P.

Charles H. Smith (1998, 2000-2016). The Alfred Russel Wallace Page. people.wku.edu.  Access Oktober, 2017.

John Van Wyhe and Kees Rookmaaker (2012).  A New theory explain the receipt of Wallece's Ternate Essay by Darwin in 1858. Comment.  Biological journal of Linnean Society, 105, 249-252.

Publikasi untuk pertama kali: Harian Kabar Timur; Selasa 30 Oktobet dan Selasa 31 Oktober, 2017. Rubrik Opini, Halaman 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun