[caption id="attachment_373555" align="aligncenter" width="480" caption="Tren bersepeda memang semakin terasa di kota-kota besar, khususnya Jakarta. Hal ini tak terlepas dari menjangkitnya fenomena bike to work (B2W) di kalangan profesional Jakarta. Selain ikut mengurangi jumlah emisi karbon, B2W juga memberikan alternatif gaya hidup yang sehat."][/caption]
Mountain bike atau mountain bicycle merupakan sepeda yang didesain untuk semua trek off-road, termasuk lompatan, perbukitan, serta 'trek ekstrem' lainnya. Namun, seiring perkembangannya, MTB tidak lagi sekadar untuk off-road. Banyak yang menggunakannya di jalan-jalan raya sebagai alternatif alat transportasi.
MTB memiliki klasifikasi disiplin kategori yang banyak sekali. Namun, beberapa yang berkembang di Indonesia, khususnya Jakarta, antara lain Cross Country (XC), All- Mountain (AM), Freeride (FR), Downhill (DH), dan 4-cross racing (4X). Yang disebut terakhir masih jarang peminatnya. Desain (peruntukan)–terutama pada bagian suspensi—menjadi pembeda pada masing-masing kategori MTB tersebut.
Nah, untuk para pemula (newbie), penting untuk memperhatikan ukuran sepeda (S, M, L, dan XL) yang akan dibeli. Agar nyaman, pilihlah sepeda sesuai ukuran fisik atau tinggi badan. Kemudian cara efektif ‘penjurusannya’ adalah dengan melakukan turing. Main dulu sejauh-jauhnya. Masuk kampung keluar kampung. Nanti kalau mereka merasa cocok, pasti akan ikutan lagi.
Untuk ride kedua, biasanya mereka akan lebih prepare dalam pemilihan spec-spec sepeda, seperti tyre, frame, fork, shock, brakes, cranks, derailleurs, shifters, dan wheels. Dari situlah akan diketahui arah klasifikasi yang tepat untuk si newbie. Hal Itu memang butuh waktu beberapa bulan. Untuk selanjutnya, mereka akan dengan sendirinya mencari komunitas yang menurut mereka sesuai karakter.
Selain turing, si pemula biasanya juga akan direkomendasikan oleh pemilik toko sepeda tempat ia membeli untuk bergabung dengan salah satu komunitas tertentu.
‘Racun’ berikutnya adalah majalah dan situs-situs MTB. Biasanya, kalau si pemula sudah mulai mencari-cari informasi dari kedua media tersebut, ia akan menemukan banyak ‘kesalahan’ pada sepedanya. Banyak produk (part) baru yang muncul di majalah maupun situs yang pasti akan membuatnya 'gatal' ingin segera ‘menempelkan’ pada sepeda barunya.
Umumnya, newbie akan main Cross Country. Rutenya bisa ke mana saja. Main sejauh mungkin untuk mengetahui batasan stamina. Untuk sepeda jenis Cross Country, entry level paling murah berada di kisaran Rp2–5 juta. Jenis sepedanya ada dua, hard tail (suspensi depan 2–4 inci) dan full suspension (suspensi depan-belakang; juga berukuran 2–4 inci). Tingkatan selanjutnya adalah Agressive Cross Country dan All-Mountain. Jenis ini memiliki suspensi berukuran rata-rata 5–7 inci. Selanjutnya, jenis Freeride yang memiliki suspensi sekitar 7–9 inci. Setelah itu, baru jenis Downhill yang suspensinya rata-rata 8 inci.
Tapi, jangan salah, Cross Country bukanlah sekadar kategori untuk jenis pemula. Jika serius, Cross Country bisa sangat painful karena biasanya mereka akan mencari tanjakan ekstrem dan berlomba dalam hal kecepatan. Tiap orang punya RPM; maksimum (detak) jantung. Kalau seseorang sudah mengenal RPM-nya, ia akan main di speed-nya sendiri. Misalnya, untuk profesional, rata-rata 30 km/jam konstan. Nah, untuk orang awam sekitar 15–20 km/jam.
Bermain Cross Country juga sering dikenal dengan ‘membuka jalan’. Biasanya mereka akan bersepeda seharian dengan membawa GPS (Global Positioning System). Mereka akan memberi tanda tiap menemukan jalan baru. Dan, hasil pengembaraannya itu akan di-share ke yang lain. Tidak melulu harus dengan GPS, mereka sering juga melakukan survey lokasi sendiri sampai kadang-kadang tersasar. Bagi mereka tersasar tidak masalah karena justru seringnya akan menemukan track baru yang mungkin lebih menarik dan menantang. Hasilnya disebarkan dari mulut ke mulut. Komunitas-komunitasnya tersebar dalam Komunitas Kelapa Gading Community (KGB), JPG Community, Puri gading Cycling Community (PGCC), Jati Asih Community, dan lain-lain.
Untuk newbie, sebaiknya memilih sepeda jenis hard tail (frame yang hanya menggunakan suspensi depan). Di samping lebih ekonomis, kemungkinan untuk menjual kembali akan lebih besar karena pasti selalu ada orang baru lain yang ingin mencoba MTB.
Hal lain yang perlu diingat oleh para pemula adalah keamanan. Tidak masalah jika harga sepeda mahal, asal keselamatan Anda terjamin. Sepeda biasa tidak apa-apa, asal perlengkapan keamanan terjamin. Safety first, baru have fun.
MTB memang bukan barang murah. Untuk sepeda jenis Cross Country, misalnya,  harganya mencapai Rp5 juta. Sementara, untuk jenis Freeride, entry level-nya bisa mencapai Rp15–50 jutaan. Untuk All-mountain, Rp10–80 juta. Dirt jump Rp2–20 juta, tergantung handmade atau full bike. Sementara, untuk Downhill, lebih gila lagi, bisa mencapai Rp20–80 juta (kategori medium ke atas).
Tingginya harga tersebut tidak terlepas dari teknologi yang dimuat masing-masing sepeda. Shifting yang cepat, Gearbox, rem dengan beberapa piston, serta bahan frame (alloy, carbon, titanium) yang ringan menjadi pertimbangan.
Untuk berburu sepeda impian maupun spare part, para penggila sepeda biasanya mengunjungi toko-toko khusus yang menyediakan kebutuhan MTB. Salah satu toko khusus MTB yang cukup lengkap (terutama untuk merek premium Specialize) adalah Build a Bike (di daerah Slipi). Toko lain yang juga bagus adalah Sinar Bangka (di daerah Roxy), Bagus Bike (premium brand), Formula Bike (daerah Ciputat), dan Rodalink di daerah Tangerang. Selain di Jakarta, di Bogor ada juga Semeru Bike, toko yang khusus menjual sepeda atau spare part untuk Cross Country. Di Bandung, ada TRB (baca: triple B), Kurnia, dan NET. Lalu, di Bali, ada Bali Mountain Bike. Nah, untuk yang terakhir, kita bisa belanja online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H