Saya mencoba menegoisasikan kembali sampai 2 kali berputar keluar masuk bandara. Petugas mengaku mereka sudah melakukan prosedur yang saya pribadi tidak tahu prosedurnya. Karena faktanya sejak saya tiba di bandara pada Pkl. 13.00 WIB tidak ada pengumuman terdengar. Entah karena panik atau mereka mengumumkan tanpa pengeras suara, tapi perasaan saya tak mendengar pengumuman itu.Â
Ketika dipertanyakan mengapa tak maju ke depan, saya jelaskan bahwa sejak awal saya sudah menyampaikan ke petugas. Tapi pun yang di depan pelayanan memang error dan lambat.Â
"Masa kesalahan sistem dan kelambatan pelayanan di maskapai, saya yang tanggung" ketus saya.Â
Menyadari bahwa mereka juga keras kepala dan malah menuduh kronologi saya berubah, serta mempertanyakan apa benar saya sudah tiba Pkl. 13.00 WIB atau tidak. Saya akhirnya angkat kaki dan pergi mencari cara untuk bisa membeli tiket.Â
Dengan perjuangan, saya mendapatkan tiket di ruang pengaduan awal tadi. Saya ambil tiket baru, tidak di maskapai itu. Tapi di sebelahnya, yang melayani dengan baik. Jadwal sama dengan harga lebih  ramah. Meski jelas, saya mesti berpikir bagaimana mencari alokasi uang dari tiket itu yang sudah mengambil porsi uang bulanan saya.Â
Akhirnya dari rencana berangkat Pkl. 13.50 WIB dari Denpasar ke Jakarta. Berubah menjadi Pkl. 22.00 WIB. Sekitar 8 jam menunggu di Bandara sebelum berangkat.Â
Harga tiket yang mahal itu nyaris membuat jengkel berkepanjangan. Tapi saya tahu itu akan merusak niat awal saya menepi di Pulau Dewata. Akhirnya menutup kejengkelan saya iseng membuat vlog, membaca postingan konyol di Facebook dan aktivitas lainnya.Â
Syukurlah tiket baru saya dengan aturan 2,5 jam sebelum berangkat baru check in, bisa fleksibel. Menurut petugas maskapai baru saya ini, selama tidak ada barang bagasi, bisa. Demikian katanya.Â
Maka saya pun tak menunggu lama dan segera check in setelah dua jam sebelumnya berada di sekitar loket check in. Begitu memasuki area tunggu,kerumunan orang ramai berfoto dan mengantri untuk bisa menumpang Sepeda Jokowi. Saya ikut meramaikan dengan minta bantuan seseorang untuk mengambil gambar. Daripada jengkel, lebih baik mengkel (Batak:Tertawa). Menikmati waktu yang bakal panjang di bandara.Â
Terima kasih untuk maskapai Merah, karena pelayanan anda yang sangat lamban, membuat saya mesti mengelus dada turun ke dompet.