Mohon tunggu...
Adi Semar
Adi Semar Mohon Tunggu... -

Merdeka Hati, Merdeka Rasa, Merdeka Jiwa Aku memang tak semegah gajah.. Pun tak segarang harimau Aku hanya segumpal ingin yang seirama denyut nadi menggores kisah di dinding waktu Aku pernah di sini

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Matur Nuwun dan Matur Suwun (Jawa)

30 Juli 2013   14:30 Diperbarui: 27 September 2020   12:40 25536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.ling-go.net/

Dalam pergaulan sehari-hari ucapan terimakasih menjadi kebiasaan mulia yang ditanamkan ke kita sejak kecil. Dengan berbagai cara dan bahasa.

Nah kita coba akan telaah penggunaan ucapan sebagai pernyataan terimakasih versi bahasa jawa ini.

Kata yang sering kita dengar dan ucapkan adalah "Matur nuwun", tapi tak jarang pula ada yang mengucapnya "Matur suwun".

Samakah makna 2 kata itu. Dari pemahaman saya, kata terimakasih dalam bahasa jawa yang dibenarkan adalah "MATUR NUWUN". 

Jadi dalam konteks menyampaikan ungkapan terimakasih kepada orang/pihak lain dengan bahasa Jawa mestinya diucapkan dengan "MATUR NUWUN". 

Kata ini diucapkan ketika kita menerima pemberian, kebaikan/jasa, atau sebatas perhatian atas apa yang akan atau telah kita sampaikan, jadi bener-bener bermakna terimakasih baik dari sisi bahasa maupun konteks kalimat dan rasa.

Lalu bagaimana dengan 'Matur Suwun" atau ada yang mengucapkan "Matur Kesuwun"?

Menurut beberapa sumber tutur kata matur suwun atau matur kesuwun sebenarnya bukan sebagai bentuk ucapan terimakasih, dan juga bukan bermakna terima kasih. 

Secara etimologi bahasa, matur suwun bisa diartikan : ucap/lafal minta -- melafalkan sebuah ucapan permintaan atas sesuatu (seringkali abstrak) yang sebenarnya sudah diterima (sering kali konteksnya saling).

Kata ini diucapkan dalam konteks saling pengikhlasan akan suatu perkara, sehingga berujung pada kelegaan antar pihak-pihak yang berhubungan. 

Contoh: Dalam transaksi jual beli, seringkali ada ukuran, takaran, pembayaran, kembalian dsb yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, baik disengaja maupun tidak oleh kedua belah pihak. 

Nah, pada akhir transaski sebagai bentuk penghalalan/pengikhlasan perkara ini kedua belah pihak layak mengucapkan matur suwun, baru dilanjutkan dengan matur nuwun.

Tapi yang banyak kita temui memang kedua ucapan ini dianggap sama, hanya perbedaan kebiasaan pemakainya. Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam kesejatian pemakaian kedua-nya :

1. Apapun kata yang kita pakai sebagai ucapan terimakasih itu hendaknya selalu didasari keikhlasan, karena terimakasih yang tidak ikhlas akan mengarah pada pengingkaran akan nikmat Tuhan.

2. membiasakan menyebut istilah, nama, kalimat dengan lafal yang benar bisa jadi bukan suatu keharusan, tapi adakalanya dan mestinya selalu itu dianggap penting.

3. Apapun pilihan kebiasaan katanya, dalam bahasa apapun, sesering apapun penyampaian ucapan terimakasih itu, mendekatkan kita pada rejeki, karena mampu menuntun kita menjadi insan yang suka bersyukur.

Sumber artikel ini adalah tuturan turun-temurun, jadi bisa jadi memunculkan banyak opini yang kurang pas dengan kebenaran bahasa dari referensi tertulis lainnya.

Salam Boedaya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun