Mohon tunggu...
Gede Semadi Putra
Gede Semadi Putra Mohon Tunggu... -

Gede Semadi Putra. Married. Two Children. Born in Denpasar 30th December 1985. Graduated from Monash University, Bachelor of Business Systems, Clayton Campus, in 2006. Currently President Director of OPIMA CAPITAL, Holding Company. Our main business is in Meat Suppliers, Printing, Property Development, Architect Consultant, Hotel Owner and Management, General Contractors, Interior Design & Furniture, Steel Fabrication, Advertising, Financial Institutions, Building Materials Suppliers, Heavy Equipment Rental And Retail Industry. Active in Business Associations such as REI Bali, REI Bali Golf Club, KADIN Bali, HIPMI Bali, PPGI Bali.

Selanjutnya

Tutup

Money

Monyet atau Kambing yang Makan Kacang

21 April 2016   20:28 Diperbarui: 21 April 2016   20:48 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Monyet Makan Kacang photo by indosingleparent.blogspot.co.id"][/caption]

Beberapa waktu yang lalu saya melakukan kunjungan ke Pulau Batam untuk menghadiri acara HUT REI ke 44 yang dilangsungkan di Movie World Batam. Dalam kegiatan tersebut ratusan pengusaha yang bergerak di bidang pengembangan properti berkumpul untuk melepaskan penat, akibat propertinya yang sudah sampe ngobral juga belum laku-laku, belum lagi ditambah beban berat bayar bunga bank yang selalu ngejar di akhir bulan, biaya operasional yang tidak bisa ditunda dan yang selalu menjadi keluhan para pengembang adalah pajak.

Beberapa hari kami melakukan kunjungan sekaligus kebetulan juga saya belum pernah ke Batam sehingga menyempatkan diri berkeliling batam, hingga ke pulau Galang. Benar-benar terlihat sekali para pengusaha properti / pengembang perumahan terlihat jenuh akan keadaan yang ternyata tidak hanya terjadi di Bali tapi seluruh Indonesia mengalami kelesuan yang merata. Untungnya saja pengembang di Bali masih merasakan sedikit denyut penjualan karena Bali konsumennya tidak hanya dari Bali tapi juga dari luar daerah bahkan luar negeri. Sehingga keadaan yang merosot secara penjualan tidak sebanyak di daerah lainnya. Hal ini juga mungkin terjadi di daerah yang plural dan sudah dikenal investor lokal maupun asing seperti Bandung dan Jakarta.

Keadaan ekonomi seperti sekarang ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pelemahan ekonomi ini hampir terjadi di seluruh dunia bahkan ada beberapa negara yang pertumbuhan ekonominya minus tajam seperti Rusia, Brasil, Ukraina dan banyak lagi. Melihat kondisi seperti ini memang rasanya kita tidak sendirian, tapi akankah kita biarkan negara kita tercinta ini ikut serta ke dalam lubang yang bermasalah seperti itu? tentu tidak bukan?

Tahun 2016 terlihat banyak bank mulai mengendurkan aturan sehingga kelihatannya kredit akan diperlonggar lagi. Desas-desus perbankan akan menurunkan suku bunganya menjadi single digit menjadi santer terdengar di segala media. Walaupun sebenarnya Suku Bunga Bank Indonesia sudah turun pada awal Q1 tahun 2016. Namun perbankan nasional belum juga menurunkan suku bunganya. Memang berbeda jauh ketika terjadi kenaikan BI Rate perbankan berlomba-lomba untuk segera meningkatkan suku bunga. Tetapi perlahan perbankan mulai terlihat untuk mulai masuk lagi ke pasar yang sebelumnya menjadi blacklisted business seperti pengusaha pengembangan perumahan salah satunya.

Pekerjaan Infrastruktur nasional mulai terlihat hasilnya, walau dengan susah payah tahun lalu pemerintah terus berupaya agar hasilnya bisa diakui tahun 2016. Patut diacungi jempol memang di masa tahun 2015 yang mana hampir seluruh belahan dunia mengalami kelesuan. Belum lagi dampak melemahnya ekonomi China yang mana merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang sudah pasti naik turun ekonomi negara tersebut memberikan dampak besar bagi negara berkembang. Apalagi China merupakan salah satu Importir komoditas dari negara kita yang beberapa tahun terakhir selalu menjadi topangan ekonomi nasional, contohnya batu bara.

Kondisi tahun 2015 kita rasakan memang sangat berat sekali, namun pemerintah tetap yakin melaksanakan pekerjaan infrastrukturnya. Terbukti awal tahun 2016 beberapa jembatan, ruas jalan tol, airport, pelabuhan, pekerjaan awal tol atau infrastruktur lainnya sudah mulai bisa di pergunakan oleh masyarakat luas. Sehingga ketika infrastruktur ini terbangun secara otomatis akan membuat sebuah pergerakan ekonomi baru. Misal dengan jalan tol Cipali, akses dari Jawa Barat / Jakarta menuju Jawa Timur menjadi lebih cepat, sehingga barang bisa di kirim lebih cepat lebih banyak lebih murah.

Harapannya adalah rakyat di seluruh Indonesia mendapatkan barang dengan harga yang sama dengan daerah lainnya. Namun hal ini tidak akan terjadi tanpa Infrastruktur yang baik. Selain itu banyak pula kawasan wisata baru yang belum terjamah yang bahkan mungkin lebih baik dari Bali namun karena infrastrukturnya belum baik membuat daerah tersebut tertinggal dan tidak populer.

Disisi lain dari tekanan pemerintah untuk menggenjot kegiatan infrastruktur tentu harapan penerimaan  negara adalah dari pajak. Pemerintahan yang baru memang mengejar APBN yang lebih menitik beratkan pada pendapatan dari sektor perpajakan dan bukan dari komoditas seperti pemerintahan sebelumnya. Walaupun memang penjualan menjadi sebuah beban berat bagi para pengusaha saat ini, tidak hanya pengusaha properti atau pengembang properti tetapi juga hampir semua jenis usaha mengalami kelesuan yang sama.

Dampak terhadap lesunya penjualan di semua lini tentu akan menyebabkan penurunan penerimaan negara. Namun excsuse ini tidak terjadi di Indonesia. Karena peraturan perpajakan di Indonesia menganut sistem yang selalu menganggap segala jenis usaha pasti mengalami peningkatan setiap tahunnya. Apabila mengalami penurunan makan perusahaan tersebut harus diperiksa dulu.

Beratkah untuk pengusaha? jawabannya Pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun