Mohon tunggu...
Selvy Safitri
Selvy Safitri Mohon Tunggu... Freelancer - A social worker, a sanguine, a cat-tail willow spirit who look for an oak :)

I've always loved the beginnings; the start of a new project, the birth of a new friendship, the first page of a love story.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjaga Adat dengan Komitmen (Baduy Identitas Asli Bangsa Indonesia)

3 April 2016   17:23 Diperbarui: 3 April 2016   22:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Mencegah Kanker dan penyakit jantung
Dua penyakit paling berbahaya dimuka bumi ini ternyata juga dapat dikurangi resikonya dengan mengkonsumsi madu. Zat yang terdapat pada madu mengandung flavonoid, antioksidan yang membantu mengurangi risiko beberapa jenis kanker dan penyakit jantung.

3. Meningkatkan daya ingat
Menurut penelitian yang dilansir dari Reuters, 102 wanita usia menopause diwajibkan untuk mengkonsumsi 20 gram madu sehari. Setelah empat bulan, mereka yang mengkonsumsi madu ternyata meningkat daya ingat jangka pendeknya.

4. Ampuh menghilangkan luka
Dalam sebuah penelitian di Norwegia, terapi madu menggunakan Medihoney (madu Selandia Baru yang mengalami proses pemurnian khusus) dan Norwegian Forest berhasil membunuh berbagai bakteri yang terdapat dalam luka. Dalam studi lain, 59 pasien yang menderita luka dan borok kaki, yang mana 80 % dari mereka telah gagal untuk sembuh dengan pengobatan konvensional, lalu diobati dengan madu yang belum diproses. Semua dari mereka (kecuali satu kasus ) menunjukkan peningkatan yang luar biasa setelah diolesi madu.

 5. Mencegah Diabetes (sebagai pengganti gula)
Meskipun madu mengandung gula, ia TIDAK sama dengan gula putih atau pemanis buatan. Kombinasi yang tepat dari fruktosa dan glukosa sebenarnya membantu tubuh mengatur kadar gula darah. Beberapa madu memiliki indeks hipoglikemik rendah, sehingga mereka tidak menyebabkan kenaikan gula darah Anda. Dan masih banyak manfaat lainnya, namun tidak akan muat jika ditulis dalam 1 halaman artikel ini.

 

Kembali lagi pada 'si bapak', saya semakin penasaran. Pembicaraan kami terus belanjut, saya banyak bertanya tentang kehidupan suku Baduy Dalam. Menurut 'si bapak' menjadi penjual madu bukanlah pekerjaan utamanya, karena madu sendiri tidak tentu produksinya. Tergantung pada lebah yang berkembang biak di pohon-pohon besar di Gunung Kendeng, kawasan tanah hak ulayat Baduy. Sehari-hari para masyarakat bertani dan berkebun ubi dan pisang, untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka sehari-hari. Saya juga sempat bertanya kenapa 'si bapak' tidak mengenakan sandal atau alas kaki lainnya, 

"Geus agama wiwitanna kitu" jawabnya tegas, artinya kira-kira "ini ialah ajaran agama nenek moyang kami",

Saya sebenarnya agak terkejut dengan jawaban 'si bapak', sebab menurut saya memakai alas kaki tentu tidak akan terlalu berbahaya bagi kehidupan apalagi melanggar ajaran agama, melainkan akan memberikan manfaat untuk melindungi kaki dari batu-batu tajam atau benda-benda lainnya di jalan, namun saya urungkan untuk memperpanjang pertanyaan saya tentang hal ini, atas dasar kesopanan dan saling menghargai sesama umat beragama. 

Saya juga bertanya apakah bapak kesini dengan berjalan kaki atau naik kendaraan, konon masyarakat Baduy Dalam sangat anti dengan teknologi termasuk naik kendaraan. Dan 'si bapak' menjawab ia memang berjalan kaki dari Baduy hingga kesini, kemudian akan kembali berjalan kaki menjajakan madu yang masih tersisa dan termasuk waktu pulang kembali ke Baduy juga akan ditempuh dengan berjalan kaki. Saya benar-benar kagum pada 'si bapak' dan warga Baduy Dalam lainnya, mereka pastilah memiki kondisi fisik yang sangat sehat dan kuat, manfaat dari aktifitas yang rutin mereka kerjakan. Bayangkan saja, berapa kilometer yang harus di tempuh dari Desa Baduy Dalam di Kabupaten Lebak, Banten menuju ke Depok hampir Bogor ini, lalu 'si bapak akan kembali pulang ke Banten.

Hal ini tentu berbeda sekali dengan masyarakat pada umumnya di zaman sekarang, saya pribadi cenderung malas dan sangat jarang berolahraga. Kemanapun tempat ingin dituju selalu ditempuh dengan alat tranportasi yang makin hari makin canggih, ingin makan atau berbelanja barang-barang yang diperlukan terbiasa dilakukan hanya dengan duduk dan menyentuh layar smartphone, semua serba dilakukan dengan teknologi dan mesin. Bahkan budaya silaturahmi saat mengundang untuk melaksanakan hajatan pun mulai ditinggalkan, tergantikan dengan "online invitation" melalui sosial media atau undangan fisik yang dikirimkan lewat jasa pengiriman. Semakin lama tubuh manusia mungkin akan semakin lemah karena kurang bergerak dalam aktifitas sehari-hari. Budaya persaudaraan, tolong-menolong dan keramah-tamahan yang menjadi identitas bangsa mungkin juga akan luntur, bersamaan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

"Bapak, ini saya beli enam botol madunya." mbak pemilik kedai menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu kepada 'si bapak', ia ternyata sudah selesai melayani pelanggannya. Saya rupanya sejak tadi sudah keasyikkan mengobrol dengan 'si bapak'. Dengan cekatan 'si bapak' mengambilkan enam botol madu dari keranjangnya dan memberikannya kepada mba pemilik kedai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun