"Dan kau bertambah..emm tinggi."Gurau Nana, Adrian langsung tertawa mendengar ucapan Nana, lalu ia berkata "Aku tak yakin kalau yang kau ucapkan tadi adalah sebuah pujian."
Nana menghiraukan ucapan Adrian tadi, tiba-tiba saja ada perasaan aneh dalam dirinya yang timbul ketika melihat tawa Adrian tadi yang begitu lepas, sudah berapa lama ia tak melihat Adrian tertawa sampai-sampai ia merasa Adrian sangat tampan saat tertawa sepert itu.
‘Adrian’ nama yang sangat singkat dan selalu diingat oleh Nana, bukan karena namanya yang singkat itu makanya Nana selalu mengingatnya tetapi karena sosok Adrian yang selalu membuat Nana tersenyum memikirkan pria keturunan Brazil yang sudah dikenalnya selama 6 tahun itu.
Adrian selalu mengisi hari hari Nana sebelum dia memutuskan meninggalkan Paris 3 tahun yang lalu dan memilih untuk melanjutkan sekolahnya di Spanyol dan bisa dibayangkan betapa rindunya Nana pada Adrian selama dia tidak ada.
Tapi sekarang rasa rindu itu terbalas, Adrian sekarang berdiri tepat dihadapannya, pria itu sedang menatap Nana dengan mata birunya yang selalu berhasil membuat Nana merasa tenang dan nyaman.
Nana tersenyum lega karena kini ia semakin menyadari ia bisa melihat Adrian secara langsung.
Nana tersadar dari lamunannya ketika Adrian mentoel hidung Nana dengan pelan.
“Apa yang kau lamunkan?”Tanya Adrian pelan sambil tersenyum.
“Oh tidak, bukan apa-apa.”Jawab Nana sambil membalas senyuman Adrian.
“Kau belum menjawab pertanyaanku Nana.”Ujar Adrian, Nana mengangkat kedua alisnya tak mengerti.
“Memangnya tadi dia bertanya sesuatu?”Tanya Nana dalam hati.