Mohon tunggu...
Selvi Ramah Hadi
Selvi Ramah Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi dengerin lagu di spotify

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Konsep Diri Remaja: Tantangan dan Faktor Pendukung di Masa Peralihan

20 Desember 2024   22:45 Diperbarui: 20 Desember 2024   22:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara (Sumber: Dokumen Pribadi) 

Masa remaja sering kali disebut sebagai periode peralihan yang penuh dengan tantangan, di mana banyak pengalaman baru terjadi dan berbagai pelajaran hidup mulai dipahami. Pada tahap ini, proses pembentukan konsep diri menjadi hal yang sangat penting. Dalam kajian psikologi, konsep diri merujuk pada cara seseorang mengenali, menilai, dan mendeskripsikan dirinya sendiri. Hal ini meliputi berbagai dimensi, seperti bagaimana seseorang melihat kondisi fisiknya, memahami emosinya, hingga membangun relasi sosial dengan orang lain.


Pembentukan konsep diri tidak terjadi secara instan. Proses ini dipengaruhi oleh beragam faktor, termasuk pengalaman pribadi, lingkungan keluarga, pergaulan, serta media sosial yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan remaja. Cara seorang remaja memandang dirinya dapat memengaruhi perilaku, keputusan, hingga rencana masa depannya. Dengan demikian, memahami pentingnya konsep diri selama masa remaja menjadi kunci untuk membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan memiliki pandangan hidup yang positif.


Peran Keluarga dalam Membentuk Konsep Diri


Keluarga adalah lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan konsep diri seorang remaja. Menurut teori Hurlock, keluarga berperan sebagai fondasi melalui pola asuh, dukungan emosional, dan nilai-nilai yang menjadi landasan cara pandang remaja terhadap dirinya sendiri.


Sebagai bagian dari penelitian, saya mewawancarai seorang siswa SMA bernama Kania Sulistywaty, siswi kelas 11 di SMAN 7 Jakarta. Ia membagikan pandangannya tentang bagaimana konsep diri positif dan negatif terbentuk dalam kesehariannya. Wawancara ini memberikan wawasan berharga mengenai upaya seorang remaja untuk memahami dan mengelola dirinya sendiri.


Pengaruh Konsep Diri Positif


Hasil wawancara menunjukkan bahwa Kania cenderung memiliki konsep diri positif yang dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya, terutama keluarganya. Sebagaimana, yang diucapkan oleh Kania ketika menjawab pertanyaan;


"Aku merasa sangat dihargai, baik di sekolah oleh teman-teman maupun di rumah oleh orang tua dan saudaraku. Teman-temanku sering membantu saat aku mengalami kesulitan, dan keluargaku selalu memberikan dukungan."

lanjut ucapnya...

"Aku pernah diberi bucket dan cemilan oleh teman-temanku di sekolah sebagai apresiasi karena mendapat nilai bagus. Orang tuaku juga sering memberikan hadiah, misalnya bertanya apa yang aku inginkan sebagai bentuk penghargaan atas pencapaianku."


Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penghargaan dan dukungan dari keluarga serta lingkungan sosial memiliki kontribusi besar dalam membentuk konsep diri positif pada Kania. Ia merasa dihargai, didukung, dan diakui, sehingga mampu mengembangkan rasa percaya diri.


Pengaruh Konsep Diri Negatif


Namun, Kania juga mengakui adanya tantangan dalam membangun konsep diri yang lebih baik, terutama dalam hal public speaking. Aspek ini menjadi salah satu penyebab munculnya konsep diri negatif. Sebagaimana, yang diucapkan oleh Kania ketika menjawab pertanyaan;


"Aku merasa kurang percaya diri saat harus presentasi di depan banyak orang. Public speaking-ku masih belum cukup baik, jadi aku sering merasa gugup."

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa tekanan dari lingkungan sekolah, seperti ekspektasi sosial dan kemampuan interpersonal, turut memengaruhi sisi negatif dari konsep dirinya. Ketidakmampuan memenuhi standar tertentu dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri.


Kesimpulan


Dapat disimpulkan bahwa pembentukan konsep diri remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan terdekat, terutama keluarga dan lingkungan sosial. Dukungan emosional dari keluarga serta apresiasi dari teman-teman dapat mendorong perkembangan konsep diri yang positif. Namun, tantangan dari lingkungan, seperti tekanan sosial di sekolah, juga dapat memengaruhi aspek negatif dari konsep diri. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya konsep diri pada remaja dapat membantu orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan remaja. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri, optimis, dan siap menghadapi masa depan dengan pandangan yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun