remaja sering kali disebut sebagai periode peralihan yang penuh dengan tantangan, di mana banyak pengalaman baru terjadi dan berbagai pelajaran hidup mulai dipahami. Pada tahap ini, proses pembentukan konsep diri menjadi hal yang sangat penting. Dalam kajian psikologi, konsep diri merujuk pada cara seseorang mengenali, menilai, dan mendeskripsikan dirinya sendiri. Hal ini meliputi berbagai dimensi, seperti bagaimana seseorang melihat kondisi fisiknya, memahami emosinya, hingga membangun relasi sosial dengan orang lain.
Masa
Pembentukan konsep diri tidak terjadi secara instan. Proses ini dipengaruhi oleh beragam faktor, termasuk pengalaman pribadi, lingkungan keluarga, pergaulan, serta media sosial yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan remaja. Cara seorang remaja memandang dirinya dapat memengaruhi perilaku, keputusan, hingga rencana masa depannya. Dengan demikian, memahami pentingnya konsep diri selama masa remaja menjadi kunci untuk membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan memiliki pandangan hidup yang positif.
Peran Keluarga dalam Membentuk Konsep Diri
Keluarga adalah lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan konsep diri seorang remaja. Menurut teori Hurlock, keluarga berperan sebagai fondasi melalui pola asuh, dukungan emosional, dan nilai-nilai yang menjadi landasan cara pandang remaja terhadap dirinya sendiri.
Sebagai bagian dari penelitian, saya mewawancarai seorang siswa SMA bernama Kania Sulistywaty, siswi kelas 11 di SMAN 7 Jakarta. Ia membagikan pandangannya tentang bagaimana konsep diri positif dan negatif terbentuk dalam kesehariannya. Wawancara ini memberikan wawasan berharga mengenai upaya seorang remaja untuk memahami dan mengelola dirinya sendiri.
Pengaruh Konsep Diri Positif
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Kania cenderung memiliki konsep diri positif yang dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya, terutama keluarganya. Sebagaimana, yang diucapkan oleh Kania ketika menjawab pertanyaan;
"Aku merasa sangat dihargai, baik di sekolah oleh teman-teman maupun di rumah oleh orang tua dan saudaraku. Teman-temanku sering membantu saat aku mengalami kesulitan, dan keluargaku selalu memberikan dukungan."
lanjut ucapnya...
"Aku pernah diberi bucket dan cemilan oleh teman-temanku di sekolah sebagai apresiasi karena mendapat nilai bagus. Orang tuaku juga sering memberikan hadiah, misalnya bertanya apa yang aku inginkan sebagai bentuk penghargaan atas pencapaianku."
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penghargaan dan dukungan dari keluarga serta lingkungan sosial memiliki kontribusi besar dalam membentuk konsep diri positif pada Kania. Ia merasa dihargai, didukung, dan diakui, sehingga mampu mengembangkan rasa percaya diri.