Kamu bisa coba jajanan pasar/ roti/ kue-kue, serta makanan berat seperti pasta, dst. Banyaaak sekali pilihan pokoknya, jadi buat yang jalan-jalan beramai-ramai tetapi mempunyai selera yang berbeda, bisa tetap datang ke kedai ini. Ooh iya, asiknya soo travelling itu saya gak perlu kompromi jam berapa mau bangun atau berangkat ke tempat tujuan selanjutnya, atau meributkan mau makan apa dan dimana hari ini. Seperti pagi itu, bangun tidur dalam keadaan tetap cantik walaupun belum mandi, saya memutuskan untuk langsung pergi. Sebagai pengunjung pertama hari itu, dan sendirian saya merasaaaaaaa sepi seperti, aahh sudahlah, nanti fokusnya lain.
Anyway, bingung mau pesan apa, saya cuma minta direkomendasikan es krim apa yang sebaiknya saya pesan. Ooh iya, seingat saya tidak ada harga yang ditampilkan dalam menu,jadi buat kalian yang merasa ragu mau pesan apa boleh kok tanya dulu harga setiap makanan atau minuman yang disediakan. “hhmmm, mba pesan ini aja; Oen Special (damaged cost around 55k) - sambil sang pelayan menunjuk sebuah gambar di buku menu”, ujar sang pelayan pagi itu.
Tidak lupa saya menambahkan air putih dalam pesanan. Finally, the server served my ice cream on the table. Oen Special, sajian dengan 3 scoop ice cream dengan rasa berbeda, sedikit whipped cream, cacahan kecil buah ceri, wafer, dan snack. Enaaaaakkkk!!! Toko Oen yang terkenal dengan home made ice creamnya ini, memang terbukti menggoyang lidah (duuuh kok pake istilah itu sik sel). Sekali mampir di lidah, hommy tasty dari es krimnya benar terasa. Mau lagi? iyyaaaak, tapi karena hari masih panjang. Saya memilih menyimpan perut saya untuk hidangan lain.
Naaah yang bikin unik makan di “Warung Mbok Judes” ini adalah nasi, lalapan, serta sambalnya kamu bisa ambil sesuka hati. Sebagai tambahan saya juga memesan gorengan tempe-tahu dan ceker. Memang konsepnya pas dengan mahasiswa kan ya, yang suka memperbanyak karbohidrat aja jelang tanggal tua. Siapa yang gak senang coba, kalau di tanggal tua, makan di sini bisa mulai dari 10k saja, tergantung protein apa yang kamu pilih. Iiih, kalau system makannya gitu, enak gak sih makanannya? Tenang, rasa dijamin gak bakal mengecewakan. Pilihan sambal banyak, serta lalapan juga segar. Balik lagi? why nut, kenapa kacang.
Lanjut yuk ke tujuan kuliner berikutnya. Nah di malam terakhir di Malang ini 2 orang bidadari cantik yang sungguh luar biasa- Umik Sasha dan Dince, bersedia diajak nongkrong. Hihihi. Kali ini hengot di kedai kopi mungil tapi nyaman, Java Dancer Coffee. Java Dancer Coffee ini cukup terkenal dan biasanya menjadi salah satu tujuan turis atau wisatawan asing loh. Consider aja saya turis tiongkok (udah sering dianggap turis asing, kalau lagi jalan ke tempat wisata *smug*), hahahaha.
Pilihan tempatnya luar biasa ketje, dengan penerangan yang sedikit redup, menambah suasana romantis kota Malang yang saat itu hujan berkepanjangan. “Mba aku pesan kopi yang direkomendasikan aja”, ujar saya setelah sang pelayan menanyakan ingin menikmati apa saya malam itu. Setelah melalui pertimbangan, mengukur bobot, bebet, dan bibit, akhirnya pilihan jatuh pada “Single Origin Sumatra Mandheling Arabica coffee” by Java Dancer. Masih kepikiran deh, kenapa ya namanya Java Dancer. Well, nuansa jawa, ukiran kayu khas memang ditampilkan di kedai kopi ini. Besok kalau balik lagi harus nanya pokoknya, kenapa, dan kenapa.
Malam terakhir saya di kota Malang istimewa sekali, berbincang panjang lebar dengan wanita-wanita hebat. Tapi pertemuan akhirnya pun harus diakhiri, setelah membayar semua pesanan kami yang sekitar 200k, waktunya pulang. Sudah jelang tengah malam pula. Terima kasih kalian telah mewarnai malam ini dengan demikian cantik. Hihihi. Mulai terharu lagi, karena ternyata kebaikan itu gak akan pernah habis kalau kita memang mencarinya, atau bahkan kebaikan itu bisa datang dengan sendirinya. Yup, itu salah satu hasil dari perbincangan kami malam itu.
Kalau sudah malam terakhir, berarti pagi berikutnya juga menjadi hari terakhir saya di kota Malang. Tapi masih gak kehabisan ide donk, untuk menikmati kuliner apa di hari ini. Di luar nasi pecel atau makanan rumahan lainnya yang saya makan di sekitar penginapan. Selama berada di kota Malang, saya ternyata juga menikmati berkeliling untuk sekedar melangkahkan kaki lebih jauh, hanya untuk mencari apa lagi yang bisa membuat perut saya bahagia.
Di hari terakhir saya memilih menggunakan jasa ojek online, yang akhirnya saya sewa untuk beberapa bepergian di pagi hari. Sarapan pagi ini dipersembahkan oleh Depot Hoklay, yang menyajikan hidangan khas semarang, dan tak jarang menjadi tujuan wisata kuliner oleh turis. Pilihan makanan saya jatu pada cwi-mie malang dengan pangsit goreng, serta fosco yang juga menjadi icon Depot Hoklay. Berkat si bapak Gojek saya gak perlu repot nyari alamat, tinggal duduk santai sebagai penumpang. Santai!!!
Penasaran juga rasanya kayak apa. Yang bikin unik, fosco ini dikemas di dalam botol kaca minuman bersoda tersohor di dunia. Enak? Hhhmmm, lets say its not my favourite drink in Malang. Dengan ingredients sederhana yakni susu cokelat dan soda, yang dishake jadi satu, dimasukkan botol, dan disajikan kepada mereka yang memesan. Oh iya, after a long time, ini soda pertama yang saya minum. Masih banyak menu makanan lain yang mereka sajikan, namun prinsip save tummy for later, masih saya terapkan. Hihihi. Sarapan saya kali ini berkisar di 35k saja. Lalu langsung #elusperutketjil ,dan senyam-senyum karena lagi-lagi makan.
At the end, saya harus mengucapkan sampai jumpa kembali kota Malang. Terima kasih atas segala keramahan yang ditawarkan. Kunjungan pertama yang cukup berkesan ini, membuat saya dengan pasti akan mengadakan kunjungan untuk kali kedua, ketiga, keempat, dst.