Mohon tunggu...
Selvi Anggrainy
Selvi Anggrainy Mohon Tunggu... Produser -

#IAMUNITED | a Writer who loves to Read and Watch | journalist as in passion| in love with Photography and Travelling | Chocoholic | Coffee and Tea Addict | Food Lover | great Thinker :) http://selvianggrainy.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melangkah di Kelas Inspirasi; Memetik Inspirasi

16 November 2016   20:31 Diperbarui: 16 November 2016   20:37 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melangkah di Kelas Inspirasi

“Kadang bukan dunia yang sempit, sehingga kita dipertemukan, namun itu terjadi karena kebaikan yang luas”, kutipan manis secara bebas dari seorang rekan relawan KI Jakarta 5. Tiba-tiba saya teringat hal itu, di Kelas Inspirasi berikutnya yang saya ikuti, yakni Kelas Inspirasi Malang 4.

~

Seperti beberapa tahun sebelumnya kegiatan baru atau rutinitas baru saya, seperti yang saya tahu dengan pasti adalah mencari pengalaman baru di hari ulang tahun. Tahun ini, jelang akhir tahun, dengan tidak pernah diambilnya cuti selama periode tahun cuti berjalan, akhirnya saya memutuskan untuk kembali tidak berada di ibukota. Lalu pertanyaan berikutnya yang timbul adalah “kemana?” saya akan melangkahkan kaki-kaki yang akhir-akhir ini sering kehilangan keseimbangannya? 

Hura-hura meski tidak bisa dibilang sering, ya pernah, jalan-jalan meski tidak dibilang rutin, ya cukup seringlah. Ide cemerlang, dari pikiran nan cemerlang lalu muncul, ya udah karena berencana menghabiskan cuti serta ditambah beberapa hari weekend dan bolos, sekalian aja pergi yang lama dan jauh. Jalan-jalan ke Malang dan Blitar jadi pilihan, lantaran belum pernah mengunjungi kedua kota tersebut, dan kedua kota itu akan menyelenggarakan hari Inspirasi. Untuk Malang sendiri, hari inspirasi diadakan hari ini (Senin, 7 November), dan Blitar Sabtu, 12 November mendatang.

Tujuan pertama Malang!! (anyway, bersyukur juga sih lolos seleksi untuk jadi pengajar di kedua kota penyelenggara KI itu). Akhirnya setelah membayangkan bakal ketemu dengan adik-adik SD, tekad bulat saya pergi ke kedua kota itu seperti tidak bisa diganggu gugat. Mempersiapkan materi mengajar di Kelas Inspirasi sudah dilakukan beberapa minggu lalu. 

Voilla, Malang menjadi tujuan awal dari rencana perjalanan panjang saya. Tiket perjalanan sudah dibeli, dan hari keberangkatan pun tiba. Menempuh perjalanan hanya sekitar 20 menit menuju bandara Halim, untuk selanjutnya bertolak (duuuh, kayaknya baru kali ini pakai istilah bertolak) ke MLG. 

Perjalanan di pesawat selalu tidak menyenangkan buat saya, karena sebenarnya saya lebih menyenangi kereta. Hhhmmm, karena mabokan juga sih kayaknya. Hahahaha. Perjalanan HLP – MLG memang penuh cobaan, turbulensinya luar biasa. Tapi ya itu bagi saya, entah penumpang lain.

ki-malang-2-582c5e34a8afbdd923e87703.jpg
ki-malang-2-582c5e34a8afbdd923e87703.jpg
Tiba di bandara Abdul Rachman Saleh, saya menunggu beberapa saat sampai salah seorang rekan panitia menjemput. Titik temu dengan seluruh panitia lainnya di jalan Trunojoyo (dekat salah satu stasiun kereta, *cmiiw), setelah menunggu beberapa saat ke-12 relawan akhirnya melanjutkan perjalanan ke SDN Balesari V yang berada di kawasan ngajum, atau sekitaran gunung Kawi (aaah, saya tahunya dari dulu Gunung Kawi itu tempat untuk semacam pesugihan, dan ternyata ada sekolah toh di sana). 

Sebagian peralatan perang rombel 6 masuk ke dalam mobil kakak Yongki, si dokter gigi. Memberdayakan motor yang digunakan oleh relawan asli Malang, sejumlah rekan juga ikut menumpang, termasuk saya bersama kakak Dimas (yang katanya mempunyai DNA untuk jadi selebgram). Melewati daerah apa entah namanya, tibalah senja pertama saya, dan jalan kiri-kanan yang hijau. Norak!! Ujar saya sama diri sendiri yang terlihat teramat kegirangan. “Gpp itu kok, kalau dari Jakarta diajak ke kampung ya begitu”, ujar kakak Dimas.

Jalan menuju lokasi penginapan di rumah warga ternyata semakin sulit medannya, berbatu, tidak rata, dan banyak sekali lubang. Dipimpin kak Eko perjalanan dilanjutkan, sampai akhirnya gelap sekali dan kami hanya mengandalkan penerangan dari lampu motor. Teringat di belokan tajam yang terlihat curam, kami sempat berhenti sejenak, dan terheran-heran. Tapi pada akhirnya perjalanan panjang itu menjadi keseruan seluruh relawan. 

Kalau diingat, dan memang pantas diingat, seluruh perjalanan melelahkan itu terbayar dengan semangat kami untuk bertemu dengan adik-adik SDN Balesari 5. Dan bukan Kelas Inspirasi namanya, apabila tidak memberikan kesan luar biasa, untuk diceritakan kembali, kembali, dan kembali. Berkumpul di penginapan, 2 relawan lainnya yang menyusul juga sudah tiba. 14  orang berkumpul, sebagian bahkan belum pernah bertemu sama-sekali, namun kami mencair dan bersemangat mempersiapkan apa yang kurang untuk pelaksanaan hari Inspirasi keesokan harinya.

20161110073025-582c5e5c4723bdf9038b45a3.jpg
20161110073025-582c5e5c4723bdf9038b45a3.jpg
Pagi tiba, dan saya terheran saat pukul 4.30 pagi di kawasan ngajum ini, matahari sudah memberikan semburat warna dan kehangatannya. Alhasil, bangun terlalu pagi ini namanya mah. Dengan 8 orang relawan wanita (termasuk di dalamnya dokumentator, pengajar, dan fasil), dan 1 kamar mandi yang juga digunakan bergantian oleh sang pemilik rumah dan keluarga, bangun pagi menjadi cukup ampuh supaya tidak mengantri terlalu lama untuk membersihkan diri. Yeeaayyyy!!! Dengan bekal perut kosong, lantaran sarapan tidak bisa disiapkan terlalu pagi, kami semua berangkat ke sekolah dengan riang. Bahkan sebagian terkena demam panggung, dan sakit peruuuut. Hahahahaha. Kalau saya demam panggung, paling diem-diem terus mual dan ogah diajak ngomong.

Upacara!! Saya senang mengikuti upacara, tetapi bukan saat SD dan menjadi peserta. Melainkan saat-saat seperti ini, di mana terlihat beberapa tipe anak yang selalu ada. Beberapa diantaranya, adanya mereka yang belepotan bedak, rambut basah dan dikuncir, serta mereka-mereka yang tidak bisa diam saat upacara. Tengok kiri-kanan, depan-belakang, atas-bawah, dan mungkin bertanya-tanya ini sekelompok “bapak dan ibu guru” yang super duper ketje ini sebenarnya mau ngapain siiiiih. 

Lalu sebelum kelas dimulai lagi-lagi saya dibuat senyam-senyum oleh murid-murid sehari saya ini. salah satu murid yang sedang saya ajak ngobrol memberanikan diri memegang tangan saya dan membaliknya. Lalu tersenyum dan bilang, “ibu putih”. Tanpa mengecilkan diri sendiri sang anak lalu melihat tangannya sendiri dan tersenyum geli. Hahaha. Mungkin setelah hari inspirasi usai mereka yang tidak bisa mengingat nama dan profesi saya, pada akhirnya akan mengingat saya sebagai “Ibu guru putih”.

ki-malang-4-jpg-582c5ea0947e6130078b4593.jpg
ki-malang-4-jpg-582c5ea0947e6130078b4593.jpg
Menariknya Kelas Inspirasi Malang ini, adalah mereka tidak membuat saya “terlalu” kewalahan seperti saat saya menghadapi adik-adik di KI Jakarta. Tidak ada mereka yang “hobby” berteriak di kelas, dan berkata kasar. Adik-adik SD di Malang ini cenderung lebih kalem dibanding mereka yang berada di ibukota Negara kita tercintaaaaaah, yakni Jakarta. 

Mengawali kelas bersama mereka yang berada di kelas 2, dan kelas 1, saya yang belajar dari pengalaman sebelumnya dan hasil sharing bersama teman-teman KI, memutuskan untuk mengajak mereka “bermain”. Bermain yang melatih bagaimana mereka berkomunikasi satu dengan yang lainnya. “Komunikata”, permainan itu disebut. 

Adik-adik satu kelas dibagi dalam beberapa kelompok dalam jumlah yang sama, dan orang pertama akan menerima kartu dengan keterangan warna dan angka, mereka harus mengingat warna dan angka itu, untuk selanjutnya dibisikkan kepada teman di belakang mereka. Yaaaaa, berjalan dengan cukup baiklah kegiatan komunikata pagi itu. Namanya juga anak-anak ya, dari depan warna kuning, sampai orang paling belakang bisa berubah warna entah berapa kali.

Materi yang berbeda saya siapkan untuk mereka di kelas yang lebih besar, yakni kelas 3, 4, 5, dan 6. Iyaaa banget, kalau ada yang nanya kok ngajarnya di semua kelas kak. Well, karena pertimbangan jumlah murid yang akan terlalu sedikit dan jam belajar, kelas 3 dan 4, serta 5 dan 6, diputuskan untuk digabung menjadi 2 kelas saja. 

Untuk kelas yang lebih besar ini, saya menggelar “simulasi” proses pemberitaan. Ada yang berpura-pura menjadi pembawa acara, moderator, wartawan, cameramen, serta videographer. Semua lengkap dengan mic, kamera foto, dan kamera video (yang tentu saja dibuat sendiri dengan jari-jemari handal ini). 

Dari sini bisa dilihat mana mereka yang mempunyai inisiatif mengambil tindakan, banyak berbicara, aktif bertanya, memperhatikan, dan juga mereka yang hanya sekedar menunjuk temannya saat ada pendelegasian tugas. Saya senang, saya merasa bahagia. Diawali dengan upacara, mengajar 4 kelas, lalu closing ceremony yang juga cukup menguras energy, tidak menyurutkan semangat panitia untuk sedikit “bersenang-senang”.

20161109211336-582c5ef1f49673f009e061bb.jpg
20161109211336-582c5ef1f49673f009e061bb.jpg
Di setiap kelas, saya juga mewajibkan mereka untuk menulis cita-cita mereka di selembar daun (stiker daun) tentu saja, dan ditempelkan di pohon cita-cita. Tentu saja pohon cita-cita ini, untuk membuat mereka percaya dan yakin bahwa mereka bisa meraih cita-cita apapun yang mereka inginkan. Ooh iya, beberapa perbedaan lagi adik-adik di Malang dengan adik-adik yang di Jakarta adalah mereka mempunyai cita-cita lebih sederhana. 

Lebih sederhana dalam artian, cita-cita mereka masih monoton seperti cita-cita “massal” pada umumnya yakni dokter maupun guru. Ada beberapa sih yang menginginkan menjadi model dan penyanyi. Tapi saya tidak menemukan mereka yang bercita-cita menjadi astronot, security, atau bahkan pilot (seingat saya sih tidak ada).

Sesederhana cita-cita mereka untuk menjadi apapun yang mereka inginkan, lagi-lagi menunjukkan bahwa sesederhana itu pula kita patut bersyukur atas apapun yang pernah terjadi dalam hidup ini. Mereka sebuah bukti nyata dalam hidup, bahwa hal yang paling sederhana pun bisa membuat kita menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, menjadi manusia yang paling bahagia dalam hidup. 

Pada akhirnya semua perjalanan hidup yang kita alami, merupakan sebuah proses pembentukan. Malang dan Kelas Inspirasi Malang, menjadi bagian awal dari langkah perjalanan saya di solo traveling kali ini, semoga dari setiap langkah-langkah kaki yang terkadang mengeluh lelah, saya bisa tetap mengucapkan syukur atas segala nikmati yang Tuhan berikan.

ki-malang-6-582c5f14de22bdf71621ac22.jpg
ki-malang-6-582c5f14de22bdf71621ac22.jpg
Perjalanan saya tidak akan berhenti sampai di sini, masih banyak hari-hari ke berikutnya menanti. Begitu juga Kelas Inspirasi, dan ini tidak akan menjadi yang terakhir kalinya. Salam piknik, biar ga sirik.


*tulisan sudah pernah diposting sebelumnya di blog pribadi http://selvianggrainy.tumblr.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun