Mohon tunggu...
Selvi Anggrainy
Selvi Anggrainy Mohon Tunggu... Produser -

#IAMUNITED | a Writer who loves to Read and Watch | journalist as in passion| in love with Photography and Travelling | Chocoholic | Coffee and Tea Addict | Food Lover | great Thinker :) http://selvianggrainy.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada Apa dengan Kamu, Wahai Facebook, Google, Twitter dan Whatsapp?

13 April 2016   00:12 Diperbarui: 13 April 2016   00:34 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, nah, yang lebih keren lagi Daniel Tumiwa juga setidaknya senada optimisnya. “Dorongan ekonomis ini menjadi trigger untuk harus menutup, ini peluang besar untuk start-up indonesia untuk mengambil kesempatan ini”, saat ditanya bagaimana nantinya apabila ada penutupan. Duuuh, SDM kita itu siap bangetttt, banyak kok bakat-bakat hebat, entepreuners dalam negeri itu gak kalah hebat. Yang penting cuma faktor pendukung, seperti pendanaan, pengguna yang konsisten dan banyak.

Aaahhhh tapi kita-kita generasi jejaring sosial ini gak perlu ragu dan khawatir (imso; in my sotoy opinion), pemerintah kayaknya belum cukup berani deh mengambil langkah extreme. So, update status lagi jalan-jalan, posting dan pamer foto makanan, show-off abis belanja, atau sekedar hang-out demi eksis di tempat kekinian masih bisa dilakukan. Tahapan masih panjang untuk sampai ke tahap pemblokiran. Diplomasi, diskusi, eksekusi, dan si – si yang lainnya yang siap berjejer. Selain faktor banyak juga yang sudah memanfaatkan jasa mereka-mereka ini, untuk berbagai kepentingan oleh berbagai pihak di Indonesia ya.

Narasumber terakhir saya terkait topik ini adalah Donny Budi Utoyo (bisa ngintip atau follow twitter @donnybu ,dan saya wawancara by phone pada 28 maret lalu), yang mengungkapkan kalau penutupan itu memang menjadi opsi terakhir (meski memang dimungkinkan). Ya kalau kaitannya lagi-lagi terkait pajak dan perlindungan data konsumen, masih on the track kok. Semua perusahaan penyedia jasa aplikasi itu kan berjalan di infrastruktur yang sudah ada, dan lantaran berbisnis mereka mempunyai penghasilan. 

To be short, mereka berbisnis, mendapat penghasilan, tapi ‘kewajiban’ lebih sedikit dari pemain asli Indonesia. “Perlu ada upaya  supaya pemain Indonesia ini memiliki kesempatan dan kesetaraan dengan pemain global”, dijelaskan lebih lanjut oleh Donny Budi Utoyo tentang perlu apa tidaknya perusahaan asing ini mendirikan badan usaha tetap.

Namun mungkin gak gampang memenuhi sejumlah aturan guna mendirikan badan usaha tetap di Indonesia, lantaran apabila pemerintah Indonesia sudah berhasil “memaksa” mereka demikian, tidak menutup kemungkinan negara lain akan mengikuti langkah serupa pemerintah Indonesia. Duuuhhhh, ribet, rumit, dan kusut rasanya kalau saya mau menelaah lebih lanjut. To be simple, kalau ada pajak berarti penghasilan perusahaan itu berkurang, beban pajaknya ditanggung sama konsumen seperti pajak-pajak lainnya yang mulai diterapkan pemerintah Indonesia ke warga negara remah-rempeyek seperti saya. Huhuhu, udah urusan hati rumit, seharusnya warga negara kayak aku, kamu, dia, dan kalian ini jangan dipersulit lagi masalah pajak, serta ke-eksis-an di jejaring sosial ya.

Hasil rangkuman wawancara dengan Donny Budi Utoyo, terlampir dengan link dari blog probadi saya. Monggo didengarkan untuk informasi lain serupa seperti di tulisan ini. Hasil ngobrol dan nodong waktu narasumber ini, pokoknya membuka wawasan saya. *kedip mata genit*. Ada apa dengan kamu.

Ps : Hasil wawancara saya by phone terkait topik ini ada sejumlah narasumber, setelah cap cip cup, dan berdasarkan suara saya yang paling bagus (renyah kayak kerupuk di dalam kaleng), saya lampirkan hasil dengan Donny Budi Utoyo. Simple, padat, jelas, untuk mau sekedar tahu “Ada Apa Dengan Kamu, wahai Facebook, Google, Twitter, dan Whatsapp”. Sebenarnya wawancara dengan Daniel Tumiwa juga bagus sih, tapi belum sempat take VO ulang sayanya. Hihihi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun