Mohon tunggu...
Selvi Anggrainy
Selvi Anggrainy Mohon Tunggu... Produser -

#IAMUNITED | a Writer who loves to Read and Watch | journalist as in passion| in love with Photography and Travelling | Chocoholic | Coffee and Tea Addict | Food Lover | great Thinker :) http://selvianggrainy.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Solo Trip in Jogja, Day 2. Saya Ndak Takut!

11 April 2016   22:34 Diperbarui: 11 April 2016   22:48 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat di sayangkan, setiap pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar atau merekam, selama pengunjung mendapatkan edukasi saat berkeliling museum. Menurut keterangan pengelola, hal itu terkait dengan persoalan hak cipta. Alasan lainnya adalah agar selama tur yang berlangsung selama sekitar 50 menit, pengunjung bisa berkonsentrasi mendengarkan paparan dari pemandu. Pengunjung bisa mengambil foto hanya sebelum tur dimulai dan tur selesai. Ada sudut menarik saat tur selesai, yakni relief candi miring. Relief ini sengaja di miringkan guna menunjukkan keprihatinan mengingat generasi muda sekarang sudah melupakan sejarah.

[caption caption="salah satu sudut Museum Ullen Sentalu"]

[/caption]Menempuh perjalanan kembali ke pusat kota Jogja, tak pernah tampak mudah. Terbayang 25 kilometer jarak yang perlu di lalui. Aaaarrrrgggghhhhh, yang paling menyebalkan adalah smartphone yang digunakan sudah kehabisan daya dan energi alias low battery. Jreng jreng jreng jreng, dengan kekuatan dewa-dewi langit, berharap tidak nyasar sepeda motor kembali melaju. Laju tak mungkin cepat lantaran kawasan kaliurang yang dingin menjadi semakin dingin karena hujan mulai turun, meski dengan intensitas yang tidak tinggi. Setiap perjalanan akan membawa cerita, begitu juga dengan perjalanan kali ini. 

Pada awalnya meski tak ada teman saya di Jogja yang mengetahui kedatangan saya saat itu, akhirnya rahasia perjalanan kecil saya terbongkar. Sesampainya saya di hotel, seorang kawan baik sang penghuni Jogja menawarkan dirinya untuk menemani saya makan malam dan mengajak saya berkeliling pada malam hari. Apalagi yang bisa membuat dirimu merasa bahagia? Aaaahhhh, saya pun mendapat layanan antar jemput dari kawan saya itu, sungguh luar biasa mempunyai kawan yang begitu baik. 

Melalui perbincangan akhirnya kami memutuskan untuk menikmati makan malam sajian khas kota itu, yakni Sate Klathak. Pilihan saat itu jatuh di Sate Klathak Pak Bari – Pasar Wonokromo, Pleret – Bantul. Cukup jauh memang, tapi tak mengapalah lantaran sepanjang perjalanan saya hanya perlu duduk manis sebagai penumpang dan kami berdua menikmati  perjalanan dengan memperbincangkan banyak hal.

[caption caption="angkringan"]

[/caption]Malam belum berakhir, waktu masih berputar, dan kehidupan malam maupun riuh kota Jogja masih berlangsung. Lantaran kunjungan saya yang diperpendek menjadi hanya 3 hari 2 malam (*awalnya 4 hari 3 malam), malam kedua alias malam terakhir hanyalah sia-sia kalau dihabiskan di penginapan saja. Tak perlu jauh, cukup dengan 10 menit berjalan kaki, saya menuju kawasan Stasiun Tugu. 

Malam hari dan angkringan, terlihat sempurna bukan? Sempurna menurut gambaran saya, belum tentu sempurna menurut orang lain. Malam yang terlalu malam, terlalu sayang dilewatkan begitu saja. Duduk manis di salah satu angkringan kawasan Stasiun Tugu dengan menu sederhana, saya menikmati hembusan angin malam kota Jogja, serta yang pasti adanya alunan musik jalanan dari musisi jalanan kota Jogja.

Pada akhirnya, saya ingin kembali berterima kasih kepada semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun