Mohon tunggu...
Selvia Indrayani
Selvia Indrayani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Pengajar yang rindu belajar. Hanya gemar memasak suka-suka serta membukukan karya dalam berbagai antologi. Sesekali memberi edukasi perawatan diri terutama bagi wanita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pengalaman Menggunakan BPJS Saat Keguguran

27 Juni 2021   22:05 Diperbarui: 29 Juni 2021   09:15 4291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi BPJS Kesehatan | kompas.com

Tidak pernah terpikirkan oleh saya jika suatu saat menggunakan BPJS untuk pengobatan. Hal ini karena adanya cerita-cerita negatif dari teman tentang pelayanan yang pernah didapat berkaitan dengan BPJS. Sebagian besar dari mereka mengeluhkan waktu yang lama dalam pelayanan BPJS.

Selain cerita negatif, ada pula cerita positif tentang pemanfaatan dan penggunaan BPJS dalam kesehatan. Pelayanan yang didapat tetap baik. Paling-paling jika ada obat atau kebutuhan yang tidak ditanggung, barulah bayar sendiri. 

Ternyata pada tahun 2019 saya diizinkan untuk menikmati pelayanan BPJS. Bingung juga karena selama ini menganggap BPJS itu hanya sekadar setor iuran saja. 

Kehamilan saya yang sudah berusia tiga bulan tidak dapat dipertahankan. Ada rasa sedih dan bingung harus berbuat apa. Biaya rumah sakit untuk kuretase juga terbilang lumayan. Masih mending jika biaya mahal dan bawa pulang bayi. Lha ini... biaya mahal, bayi pun tak didapatkan. 

Saat itu, BPJS menjadi saran dan pilihan. Saya mencoba bertanya-tanya ke petugas di rumah sakit dan teman tentang cara penggunaan BPJS kesehatan. Beberapa tahap yang saya lalui saat menggunakan BPJS:

1. Menyiapkan kartu BPJS

Untuk mendapatkan pelayanan BPJS, perlu disiapkan kartunya terlebih dahulu agar tidak kerepotan saat pengurusan. Di kartu tersebut tertera saya mendapatkan faskes tingkat I dan alamat yang klinik yang harus saya datangi. Kartu BPJS ini sebagai bukti bahwa kita layak mendapat layanan BPJS dan mendapatkan penanganan sesuai faskes.

2. Mengunjungi faskes yang tertera pada kartu

Sore hari saya menuju klinik yang terdapat pada faskes. Di sana dilakukan pengecekan seperti wajarnya jika berobat. Ada pengukuran tekanan darah dan berat badan. Saat bertemu dengan dokter dan melakukan konsultasi, saya merasakan keramahan dari dokter tersebut. Cerita tentang pelayanan yang tidak ramah langsung gugur saat itu pula.

Dokter memberikan saran di luar dugaan saya. Saya dicarikan rumah sakit yang lebih dekat dengan tempat tinggal agar mendapat kemudahan. 

3. Melakukan pendaftaran pada rumah sakit rujukan 

Selesai mendapat penjelasan dari dokter, saya menuju rumah sakit rujukan. Ternyata malam hari tidak menerima pendaftaran pasien BPJS. Saya dianjurkan untuk melakukan pendaftaran pagi hari.

Keesokan pagi, saya melakukan pendaftaran. Wah, ternyata pasien BPJS banyak sekali. Baru pertama kali melihat kondisi itu agak kaget. Antrean luar biasa dan memang harus bersabar. 

Selesai pendaftaran, saya diarahkan konsultasi ke dokter spesialis kandungan. Di sana saya mendapat pengecekan dan jadwal untuk kuretase. Berarti saya harus menunggu lagi agar bisa melakukan kuretase di rumah sakit rujukan ini. 

4. Melakukan kuretase di rumah sakit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun