Dalam setahun ini, dunia pendidikan Indonesia turut mengalami dampak pandemi. Pembelajaran yang biasa dilakukan secara tatap muka di sekolah, harus berubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Siswa tetap belajar walaupun dari rumah masing-masing.
Pastinya hal ini menimbulkan kegelisahan di banyak pihak pada awal terjadinya proses belajar jarak jauh. Guru harus berusaha untuk belajar lagi agar bisa menyampaikan materi secara daring.Â
Anak harus belajar secara mandiri agar tidak merepotkan orang tua. Orang tua harus memfasilitasi dan mengontrol anak selama pembelajaran jarak jauh agar pendidikan tetap berlangsung bagi anaknya. Masalah kerap terjadi pada pihak yang tidak siap mengalami perubahan.
Bagaimanapun juga, pendidikan harus tetap berlangsung demi masa depan generasi penerus bangsa. Berbagai perubahan dilakukan dalam bidang pendidikan.Â
Kemendikbud juga telah melakukan berbagai penyesuaian selama pandemi. Pembelajaran tidak hanya terfokus pada ketuntasan kurikulum, tetapi juga dalam kemampuan hidup yang sarat dengan nilai-nilai karakter.Â
Kejujuran merupakan salah satu nilai karakter yang bisa diterapkan di masa pandemi dan menjadi tolak ukur kepribadian sesorang.Â
Selama proses pembelajaran, pasti ada tes atau tugas yang diberikan dari guru untuk mengetahui kemampuan atau pemahaman anak ketika belajar. Sayangnya pola pikir tentang pendidikan masih banyak yang bertitik tumpu pada nilai semata.Â
Melansir dari Republika (14/12/2020), terdapat isu kecurangan akademik saat pembelajaran jarak jauh. Isu kecurangan ini meliputi orang tua yang turut serta mengerjakan tugas anak atau anak yang mencari jawaban dari mesin pencari saat tes berlangsung.
Baca juga: Utamakan Kejujuran, Bukan Hanya Nilai
Fenomena yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Sebelum pandemi terjadi, bukan berarti kejujuran dalam dunia pendidikan dalam kondisi baik-baik saja. Ketidakjujuran juga telah ada, tetapi berbeda rupa. Ketika pandemi merebak, ketidakjujuran makin marak.Â
Ketidakjujuran dalam dunia pendidikan selama pandemi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: