***
Tiga hari aku berdiam dalam ruangan putih dan sunyi ini. Ingin rasanya terbebas dari belenggu. Ketakutan menghantui diriku. Bimbang dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Di saat dalam keraguan itulah kurasakan kuasa Ilahi. Lantunan ayat suci terdengar hingga ke sanubari. Entah dari mana datangnya suara yang menyejukkan hati.
Seketika dada terasa lapang dan mudah untuk bernapas.
Ada kekuatan apa di balik lantunan ayat suci? Adakah doa yang dipanjatkan untukku di saat aku sendiri pasrah pada takdirku? Ya Allah, ampuni aku atas segala dosaku. Aku berharap ada kesempatan kedua untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama.
Rasa nyaman dan damai menuntunku mengambil air wudhu.
"Hore... Aku bisa", pekikku dalam hati.
Hatiku terdorong kuat untuk melakukan Salat. Aku merasakan ada kekuatan hebat yang keluar dari tubuhku. Tanpa kesulitan dan dengan mudahnya kulakukan Salat. Apakah ini yang dinamakan mujizat? Saat orang merasa tak mampu, tetapi kuasa Ilahi hadir dan memampukan.
Khusyuk kupanjatkan doa bagi negeriku. Doa pemulihan negeri agar terbebas dari pandemi. Suatu harapan terpancar dari hati penduduk negeri agar bumi pertiwi tersenyum kembali.
Dalam diam aku bersimpuh dan memohon. Sekujur tubuhku tidak merasakan sakit lagi. Aku terbebas dari belenggu yang menghimpitku. Bahagia dan tanpa beban lagi.
Saat itulah kulihat dua orang dengan pakaian tertutup rapat mengguncang tubuhku yang sedang bersimpuh. Diangkat dan dibaringkannya aku di tempat tidur yang setia menemani selama di ruangan ini. Mereka mengatupkan kedua mataku sambil berkata," innalillahiwainnailaihirojiun.
Sang Khalik telah memanggil dengan caraNya. Dibalutnya deritaku dan berganti dengan suka. Dimudahkannya aku menuju keabadian yang Suci