Pernahkah membaca atau mengikuti acara televisi yang menampilkan para selebritis dengan koleksi barang mewahnya? Selalu saja ada pro dan kontra tentang hal tersebut. Berikut ini contoh beberapa komentar dari postingan Yuni Shara dengan tas Hermes yang tampil di laman Wolipop.
Inilah realita kehidupan. Koleksi seringkali diartikan sebagai sesuatu yang berlebihan. Padahal, tanpa disadari, usia kanak-kanak pun sudah sering melakukan koleksi. Misalnya saja boneka atau mobil-mobilan. Apakah koleksi tersebut termasuk barang mewah?
Koleksi sendiri memiliki arti sebagai suatu kegiatan mengumpulkan. Ada berbagai jenis koleksi yang ada, antara lain tas, sepatu, kendaraan antik, uang lama, perangko, tutup botol, buku, parfum, gantungan kunci, dan masih banyak lagi.
Setiap koleksi memiliki nilai berbeda. Bisa saja karena keunikannya, fungsi, Â atau memiliki sejarah tertentu. Tak heran jika ada perkumpulan yang beranggotakan orang-orang yang memiliki hobi mengoleksi barang yang sama.
Menilik dari hobi mengoleksi barang, pastinya dibutuhkan upaya dan dana agar mendapatkan barang yang disuka. Sayangnya, tidak semua orang sebenarnya memiliki hobi mengoleksi. Ada juga yang tergabung dalam perkumpulan karena rasa gengsi.
Memang, ada rasa berbeda dan ekslusif ketika berada dalam satu komunitas yang memiliki hobi yang sama. Akan tetapi, jangan sampai hal ini hanya mengikuti trend belaka agar tidak dikatakan ketinggalan zaman.
Menanggapi komentar netizen ketika membaca atau melihat tayangan artis dengan koleksinya, rasanya kembali menilik diri sendiri. Kemampuan setiap orang berbeda-beda. Ada yang sudah bahagia bisa membeli tas di pasar atau online shop. Akan tetapi, ada pula yang baru bahagia jika bisa berburu tas ke luar negeri. Antara hobi dan gengsi kadangkala tersamar melalui barang-barang yang dikoleksi.
1. Menyikapi Koleksi sebagai Hobi
Hobi seringkali diartikan sebagai suatu kegemaran. Mengoleksi barang hanyalah salah satu contoh hobi. Hobi juga dapat tersalur melalui beberapa kegiatan seni, misalnya menari atau melukis. Kegiatan yang dilakukan di kala senggang dan menimbulkan rasa senang.
Mengoleksi barang memang menimbulkan rasa senang. Seorang anak yang memiliki berbagai koleksi mainan, bisa puas bereksplorasi dengan koleksinya. Seperti itulah kira-kira perasaan koleksi barang sebagai hobi.
Sebuah hobi pastinya tidak memaksakan diri. Hobi erat kaitannya dengan kepribadian. Seorang yang memiliki hobi mengoleksi barang biasanya berkepribadian yang rapi dan memiliki daya ingat tinggi. Barang-barang yang dikoleksi akan dipajang dengan baik. Bahkan ada pula yang hafal posisi barang seandainya bergeser sedikit saja.
2. Menyikapi Koleksi sebagai GengsiÂ
Tak dapat dipungkiri bahwa status sosial memiliki peranan penting di mata sebagian orang. Demi mendapatkan status sosial, penampilan disulap sedemikian rupa dengan adanya perhiasan, pakaian, tas, sepatu, dan berbagai hal yang menunjangnya. Mirisnya, terdapat perbedaan antara kenyataan dan yang tampil di sosial media.
Demi mendapatkan status sosial yang menyangkut harga diri, tak segan orang akan merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan barang-barang koleksi. Terlebih lagi bagi yang tergabung dalam suatu komunitas. Jangan sampai dianggap tertinggal di komunitas tersebut.
Ada pula orang yang rela melakukan hal yang kadang tidak masuk akal demi mendapatkan koleksi yang diinginkan. Jika koleksi hanyalah sebagai gengsi, hutang pun tak segan dilakukan demi harga diri. Jika dibiarkan berlarut-larut, kira-kira apa yang terjadi?
Koleksi sebagai hobi atau harga diri menjadi sebuah perenungan. Selama orang masih memiliki kemampuan untuk membeli barang yang akan dikoleksi tanpa merugikan, rasanya sah-sah saja. Mengumpulkan barang kesukaan sebagai koleksi, bisa menjadi sebuah pencapaian.Â
Lain halnya jika koleksi hanyalah sebuah gengsi. Tanpa disadari bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebelum terlambat memaknai kegiatan mengoleksi, ada baiknya bertanya kepada hati nurani. Apakah koleksi ini sebuah  hobi atau hanya mengikuti gengsi semata?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H