Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menua Bersamamu

6 Agustus 2016   09:39 Diperbarui: 6 Agustus 2016   09:52 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu bahagia sayang?" tanya Ulli membuyarkan lamunan Kanya.

"Kenapa kau tanyakan itu sayang?, tentu aku sangat bahagia" jawab Kanya dengan senyum lembutnya. Tangannya meraih tangan Ulli, lalu digenggamnya erat-erat.

"Cuma pengen nanya aja kok, soalnya dari tadi kamu melamun aja, membiarkan aku sendiri" canda Ulli sambil memasang wajah cemberut untuk menggoda Kanya, perempuan yang baru sehari ini resmi jadi istrinya.

"Maafkan aku abai padamu, tadi lintasan kisah masa lalu kita tiba-tiba menyelinap dalam pikiranku sayang" Kanya mencoba menjelaskan mengapa dia terhanyut dalam lamunan.

"Hmmm sudahlah, masa itu telah berlalu Kanya, kini kita bisa bersama tanpa ada tirai yang menghalangi" Ulli mengecup mesra kening Kanya.

***

Ulli sangat mencintai Kanya sejak belasan tahun yang lalu, saat mereka masih sama-sama sekolah di salah satu SMA.Namun sayang, takdir tak berpihak pada tautan cinta mereka, setelah lulus SMA, orang tua Kanya menjodohkan anaknya dengan laki-laki lain.

Dengan hati hancur, Ulli pergi merantau ke luar pulau. Dia berharap bisa melupakan Kanya dan kisah pilunya. Dan sejak itu mereka tak pernah berjumpa lagi.

Kehidupan berlalu, Kanya telah mempunyai 2 orang anak. Perjalanan rumah tangganya biasa saja, tak ada gejolak yang berarti. Dia menjalani peran istri dan ibu dengan baik dan penuh pengabdian pada suaminya. Tapi tak pernah ada yang tahu bahwa hatinya kadang meratapi cintanya pada Ulli yang harus kandas oleh perjodohan. Sementara Ulli pun sudah berumah tangga dengan wanita yang dicintainya, dan hidup bahagia bersama 3 buah hati mereka.

Sekian waktu berlalu, melesat bak kilat, hingga pada satu kesempatan Kanya dipertemukan dengan Ulli.Mereka berdua tak sengaja bersua di salah satu pusat perbelanjaan. Ulli ternyata telah pulang ke kota itu sejak lima tahun yang lalu.  Perjumpaan yang tak mereka duga itu kemudian membangunkan rasa yang mengendap lama di hati masing-masing. Tak bisa mereka pungkiri, cinta yang dahsyat antara mereka masihlah hidup. Lima belas tahun ternyata tak mampu mematikan bara cinta antara mereka.

Namun mereka menyadari, saat ini bukanlah waktu yang berpihak pada cinta mereka. Dan kembali rasa cinta itu haruslah mereka endapkan lagi meski dengan susah payah.Dan waktu berjalan seperti adanya. Meski Kanya harus meredam rindu dendam pada lelaki yang masih sangat dicintainya, namun dia menyadari bahwa dunia mereka telah berbeda. Apalagi predikat yang kini melekat pada diri Kanya, mengharuskan hati-hati dalam melangkah. Kanya telah menjanda sejak beberapa tahun setelah suaminya menceraikannya, dan menikah dengan perempuan lain, meninggalkan Kanya dan dua buah hatinya.

***

Tuhan punya rencana yang sudah ditulisNya dalam rangkuman takdir, dan manusia hanya bisa menjalani.Setahun setelah itu, mereka dipertemukan lagi dalam satu acara resepsi kerabat jauh Kanya yang menikah dengan anak teman kerja Ulli.

"Kamu datang dengan siapa Nya?" tanya Ulli sesaat setelah mereka ber-say hello.

"Dengan beberapa kerabatku"

"Pulangnya aku antar ya?" pinta Ulli.

"Gak usah Ulli, biar aku pulang sama ponakan saja"

"Sekali ini, boleh kan?" Ulli marajuk."Aku ingin berkenalan dengan dua malaikatmu juga Nya". lanjut Ulli.

Karena tidak ada alasan untuk menolak , maka Kanya mengiyakan tawaran Ulli untuk mengantarnya pulang.

**

"Sayang, apa yang kamu lamunkan?" pertanyaan Ulli membuat Kanya sadar bahwa dia telah terlalu lama melamun. Kisah cinta mereka yang penuh dengan kenangan itu memang mampu menyihir pikiran Kanya. Bagaimana tidak? Sejak bertemu di resepsi kerabat itu, mereka seperti didekatkan kembali oleh Tuhan. Kematian istri Ulli membuat mereka kembali dekat dan akhirnya atas restu anak-anak, mereka menikah lagi.

Tiba-tiba raut wajah Kanya berubah.

"Sayang, ada denganmu? jangan sedih dong, kita sudah bersama kini" tanya Ulli saat menyadari wajah Kanya berubah menjadi kelu.

"Ulli, maafkan aku, kalau aku gak bisa bahagiakan kamu di sisa hidup kita ini" terbata Kanya mengatakan kesedihannya.

"Dengar Nya, aku sangat bahagia kini, bisa bersamamu, menjadi suamimu, jangan kau pikirkan yang lain, kita nikmati kebersamaan ini" Ulli memeluk istrinya.

"Tapi .."

"Tidak pakai tapi sayang..., apapun adamu, itu bahagiaku"

Kanya mengeratkan pelukannya, Dia bahagia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bersatu kembali dengan laki-laki yang sangat dia cintai seumur hidupnya. "Tuhan terima kasih atas nikmat ini, semoga aku bisa bertahan lama membahagiaan Ulli" gumamnya dalam hati. Dia berharap tumor payudaranya yang telah bertahun-tahun diidapnya tak memperpendek waktu kebersamaannya dengan Ulli.

***

Suasana duka amat terasa, para pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman itu. Mata Kanya membasah, menatap gundukan tanah yang telah memberikan jarak bagi raginya dengan Ulli.

Serangan jantung yang mendadak, membuat Kanya harus merelakan kekasih hatinya itu menghadap terlebih dahulu pada Tuhan. Sebelumnya Ulli tak pernah mengeluh sakitnya, justru dia sangat mengkhawatirkan kesehatan Kanya.

"Kamu harus banyak istirahat cinta" begitu kata Ulli kalau melihat Kanya sedang melakukan pekerjaan rumah. Tak segan Ulli segera menggantikan pekerjaan yang sedang dilakukan Kanya.

"Ulli, kamu korbankan hidupmu untuk kebahagiaanku, kamu mengabaikan kesehatanmu sendiri, kamu nakal Ulli, kamu lupakan janjimu bahwa kau akan menua bersamaku" gumam Kanya sambil mengusap nisan bertuliskan nama suaminya.

Hatinya merapuh, dia tak tahu apa yang harus kini lakukan, Kekasih jiwanya telah benar-benar pergi. Dua tahun bersama dalam bahtera rumah tangga, membuat Kanya merasa berat hati melepaskan kepergian Ulli.Laki-laki itu telah membawa seluruh cintanya, meninggalkan limbung jiwanya.

"Tante..." panggil Luisa anak gadis Ulli sambil menyodorkan sepucuk surat pada Kanya."Ini dari papa, tiga hari yang lalu papa menitipkan ini, agar suatu saat diberikan pada tante" Ketiga anak Ulli memang memanggilnya tante sesuai keinginan Kanya, agar mereka tetap menghargai ibu mereka yang telah tiada, dan posisi ibu memang tak bisa tergantikan oleh siapapun, begitu kilah Kanya pada mereka sesaat setelah Kanya dan Ulli mengucap janji setia di altar pernikahan.

Perlahan kanya membuka surat dari suaminya itu, mungkin Ulli sudah berfirasat akan pergi selama-lamanya, maka dia menuliskan surat untuk Kanya.

untuk belahan jiwaku

Saat Nya membaca surat ini, mungkin aku sudah dalam perjalanan menuju Tuhan, tapi aku percaya bahwa jiwaku masih tetap ada di sampingmu.Entah mengapa, malam ini aku ingin sekali menulis untukmu... ah abaikan saja alasannya ya? yang jelas aku hanya ingin katakan sekali lagi bahwa aku sangat mencintaimu. Aku bahagia ada disampingmu, ingat itu sayangku.
Tuhan itu sangat baik pada kita, di sisa usia kita ini, kita dipertemukan kembali tuk nikmati kebersamaan yang indah ini. Maka, andai aku pergi, ataupun dirimu terlebih dulu, kita punya kenangan manis yang akan menemani sampai akhir hidup kita.Tuhan bisa mengambil nyawa kita, namun jiwa kita tetap bersama selamanya.

Sayangku, jika kelak aku benar-benar pergi, aku titip anak-anak ya? aku percaya kamu akan menyayangi mereka seperti kamu sayangi aku. Bagiku kamu wanita terhebat yang aku punya.Jangan terpaku pada kesedihan, aku tak ingin kamu sedih Nya. Kita tidak berpisah, karena aku selalu hidup di jiwamu. Jika suatu saat kamu merinduiku, doakan saja aku, agar aku pun merasakan hadirmu di setiap lafal doa-doa itu.
Bertahanlah untukku, berbahagialah untukku, agar aku tenang jika kelak Tuhan ambil nyawaku.

Ok sayang...pandang langit, lalu tersenyum untukku ya

***

Kanya melipat kertas berisi pesan terakhir suaminya. Wajahnya menengadah ke langit dan dia tersenyum "Ulli, kamu indah di jiwaku, berjalanlah pada Tuhanmu, tunggu aku di surga" gumam Kanya.

Perlahan dia tinggalkan makam suaminya, kekasih jiwanya dengan perasaan yang entah.

***

Cinta sejati itu ada, dan akan selalu mendiami jiwa, hingga maut tak kuasa memisahkan antaranya

*PK 6 Agustus 2016*

sumber gambar di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun