Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menua Bersamamu

6 Agustus 2016   09:39 Diperbarui: 6 Agustus 2016   09:52 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayang, ada denganmu? jangan sedih dong, kita sudah bersama kini" tanya Ulli saat menyadari wajah Kanya berubah menjadi kelu.

"Ulli, maafkan aku, kalau aku gak bisa bahagiakan kamu di sisa hidup kita ini" terbata Kanya mengatakan kesedihannya.

"Dengar Nya, aku sangat bahagia kini, bisa bersamamu, menjadi suamimu, jangan kau pikirkan yang lain, kita nikmati kebersamaan ini" Ulli memeluk istrinya.

"Tapi .."

"Tidak pakai tapi sayang..., apapun adamu, itu bahagiaku"

Kanya mengeratkan pelukannya, Dia bahagia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bersatu kembali dengan laki-laki yang sangat dia cintai seumur hidupnya. "Tuhan terima kasih atas nikmat ini, semoga aku bisa bertahan lama membahagiaan Ulli" gumamnya dalam hati. Dia berharap tumor payudaranya yang telah bertahun-tahun diidapnya tak memperpendek waktu kebersamaannya dengan Ulli.

***

Suasana duka amat terasa, para pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman itu. Mata Kanya membasah, menatap gundukan tanah yang telah memberikan jarak bagi raginya dengan Ulli.

Serangan jantung yang mendadak, membuat Kanya harus merelakan kekasih hatinya itu menghadap terlebih dahulu pada Tuhan. Sebelumnya Ulli tak pernah mengeluh sakitnya, justru dia sangat mengkhawatirkan kesehatan Kanya.

"Kamu harus banyak istirahat cinta" begitu kata Ulli kalau melihat Kanya sedang melakukan pekerjaan rumah. Tak segan Ulli segera menggantikan pekerjaan yang sedang dilakukan Kanya.

"Ulli, kamu korbankan hidupmu untuk kebahagiaanku, kamu mengabaikan kesehatanmu sendiri, kamu nakal Ulli, kamu lupakan janjimu bahwa kau akan menua bersamaku" gumam Kanya sambil mengusap nisan bertuliskan nama suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun