semisal pekat tak berdamai pada pilunya bilurbilur rasa
biarlah sunyi melarung sebuah rindu yang tak kan pernah mati
sebab namamu abadi besemayam dalan sanubari
Â
Bermusim telah berlalu sejak kepergian dirimu, dan aku masih selalu saja merindumu. Entah bernama apa...candu asmara yang pernah kau taburkan di jiwaku ini demikian kuat hingga aku tak kuasa melepaskan meski sekejab. Bahkan kerinduan atas namamu selalu saja bergaung indah di lorong-lorong benakku.
Â
Seribu hari telah kulalui tanpa kau di sisiku, masih saja berat kurasa. Kamu dan sejuta kisahmu selalu saja menyembilu di ruangruang benakku. Sanggup membuatku bak kehilangan akal waras tatkala rindu demikian perih sentakkan dada.
Mengapa kita tak pernah bisa mengurai kembali, sebuah janji yang pernah kita sumpahkan di langit?. Sedang sejatinya hati kita meluka atas perpisahan ini.
Mengapa kita tak berusaha menyudahi pertengkaran demi pertengkaran yang sejatinya menyimpan rindu yang bergumpal di setiap serapahnya?.
Titah langit selalu benar adanya, aku mencintaimu dengan jiwa, lalu salahkah sebuah takdir yang memisahkan kita? Tuhan sedang menguji  seberapa besar kekuatan cinta kita, yang kerap kita egokan "besarannya"  dari diri kita.
Dan kini, rindu mencabik-cabik rasaku. Menyembilu, melahirkan tetesan air mata yang membanjiri wajahku, Rindu ini pula tenggelamkanku pada lautan resah dan hanya dirimu yang mampu entaskan aku dari kedalamannya.
Kekasih...