Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Dear Diary] Terbelenggu Masa Lalu

14 April 2016   05:19 Diperbarui: 14 April 2016   07:33 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di,

Andai Elsa bahagia dengan kehidupannya, aku pasti akan melepaskan pergi bersama kenangan cinta kami yang ternyata masih sangat rapi ia simpan di benaknya. Namun pertemuan yang berlanjut makan siang di sebuah rumah makan siang tadi, membuat hatiku pedih.

Elsa memilih menikah dengan lelaki lain karena desakan orang tuanya, dan pada kenyataannya kehidupan Elsa dengan suaminya tidak bahagia. Ketidak-bahagiaanya bukan terpancar dari keadaan penampilannya yang "sederhana" saja namun juga di sorot matanya yang sendu sudah cukup membuatku yakin dia tidak bahagia, 

Di,

Pertemuan tadi membuatku sangat bahagia, namun di antara kebahagiaanku, terselip kepedihan akan ketidak bahagiaannya. Lalu khayalanku menjadi liar. Andai Elsa istriku, pasti akan aku puja dan aku bahagiaakan hidupnya. Tak kan kubiarkan Elsa berpeluh menyusuri jalanan demi menjajakan dagangan kuenya. Tak kan kubiarkan wajah cantik Elsa menjadi layu, kusam dan berkeriput sebelum waktunya .

Ah... Elsa yang sangat aku cintai telah berubah Di, bukan kebaikan hatinya yang berubah, tapi keadaan fisiknya. Dia terlihat lebih tua dari usianya. Dan yang kutangkap dari obrolan siang tadi, sebenarnya Elsa pun masih mencintaiku. Hanya saja seorang wanita cukup pintar menyembunyikan letupan-letupan hatinya. Tapi aku yakin dari tatapan matanya, Elsa masih memendam cintanya padaku.

Ingin aku memeluknya, membawanya ke rumah mungil yang dulu aku persiapkan padanya. Mengentaskan kehidupan pedihnya lalu persembahkan kebahagiaan sejati untuknya. Namun aku tak sanggup Di...

Ada wanita lain yang kini menjadi ratu di rumahku, ada anak-anak yang bukan lahir dari rahimnya yang kini mewarnai kehidupanku.

Di,

Kenyataan ini tak berpihak pada Elsaku, wanita yang kisahnya tak pernah bisa aku enyahkan dari hidupku.
Kami berpisah (lagi), namun dia berpesan agar aku jangan sekali-kali menemuinya. Karena baginya pertemuan denganku akan menambah luka yang selama ini belum juga sanggup dia obati.
"Bang, kalau kau sayang padaku, jangan kau temui aku lagi, sudah cukup kepedihan akan sesal masa lalu itu mengakrabiku, jangan lagi kau tambah dengan kepedihan harapan-harapan yang tentunya tak bisa kita wujudkan bersama lagi. Kamu telah bahagia bersama wanita lain, aku pun punya kehidupan sendiri. Kenang saja keindahan kisah kita agar kau selalu merasakan kehadiranku dan cintaku padamu" pesannya saat aku menanyakan alamat tempat tinggalnya.

Di,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun