Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Dear Diary] Terbelenggu Masa Lalu

14 April 2016   05:19 Diperbarui: 14 April 2016   07:33 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="FC"][/caption]Selsa, 18

Dear Diary

Di,

Malam perlahan merangkak, sunyi mulai menyusupi ruang ini. Namun aku belum bisa pejamkan mata. Gundah ini merajai jiwaku, dan membuatku seakan lumpuh raga. Satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya meraihmu lalu menuliskan kembali peristiwa yang aku alami seharian ini, peristiwa yang sukses membuat tubuhku serasa tak punya tenaga, membuat jiwaku melayang-layang pada langit entah, dan tersesat pada sebuah kenangan.

Di,

Tadi siang aku bertemu dengannya, wanita yang aku cintai seumur hidupku sekaligus yang pernah menorehkan luka mendalam dalam jiwaku,Elsa. Wanita inilah yang sanggup membuatku tak bisa berpaling tuk mencintai orang lain, meski bermusim telah berlalu sejak pengkhianatannya atas cintaku.

Dulu, kami adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Berjuta asa pernah aku sematkan pada cinta ini. Aku ingin menikah dengan Elsa, aku ingin di rumah mungilku, Elsa menjadi ratu, dan juga ibu dari anak-anakku. Namun sayang, dia memilih menikah dengan laki-laki lain dan meninggalkan aku dalam kecewa yang sangat mendalam. 

Di,

Meski kisah cintaku dengan Elsa berakhir tragis bermusim yang lalu, namun aku tak pernah bisa melupakannya. Entah apa karena aku sangat mencintainya atau...? Aku tak tahu jawaban pastinya. Aku sendiri kadang merasa heran, mengapa aku tak bisa mengenyahkan wajahnya dari pikiranku. Mengapa aku tak bisa berhenti tuk selalu ingin tahu kabarnya yang hilang ditelan kejamnya sebuah takdir.

Yah...sekian tahun aku selalu mencari kabar wanita yang telah berhasil memasung jiwaku. Namun meski aku telah berusaha dengan sekuat hati, namun kabarnya tak pernah aku dengar, dia dan kisahnya hilang dari hadapanku, terbawa angin yang entah berhembus kemana.

Dan tiba-tiba aku dipertemukan lagi dengannya siang tadi. Kau pasti akan menertawakanku kalau aku ceritakan bagaimana aku tak bisa mengatasi deburan jantung yang demikian kencang. Aku tak bisa menahan titik-titik air yang begitu saja menetes dari mataku. Ternyata aku masih sangat mencintainya Di...

Di,

Andai Elsa bahagia dengan kehidupannya, aku pasti akan melepaskan pergi bersama kenangan cinta kami yang ternyata masih sangat rapi ia simpan di benaknya. Namun pertemuan yang berlanjut makan siang di sebuah rumah makan siang tadi, membuat hatiku pedih.

Elsa memilih menikah dengan lelaki lain karena desakan orang tuanya, dan pada kenyataannya kehidupan Elsa dengan suaminya tidak bahagia. Ketidak-bahagiaanya bukan terpancar dari keadaan penampilannya yang "sederhana" saja namun juga di sorot matanya yang sendu sudah cukup membuatku yakin dia tidak bahagia, 

Di,

Pertemuan tadi membuatku sangat bahagia, namun di antara kebahagiaanku, terselip kepedihan akan ketidak bahagiaannya. Lalu khayalanku menjadi liar. Andai Elsa istriku, pasti akan aku puja dan aku bahagiaakan hidupnya. Tak kan kubiarkan Elsa berpeluh menyusuri jalanan demi menjajakan dagangan kuenya. Tak kan kubiarkan wajah cantik Elsa menjadi layu, kusam dan berkeriput sebelum waktunya .

Ah... Elsa yang sangat aku cintai telah berubah Di, bukan kebaikan hatinya yang berubah, tapi keadaan fisiknya. Dia terlihat lebih tua dari usianya. Dan yang kutangkap dari obrolan siang tadi, sebenarnya Elsa pun masih mencintaiku. Hanya saja seorang wanita cukup pintar menyembunyikan letupan-letupan hatinya. Tapi aku yakin dari tatapan matanya, Elsa masih memendam cintanya padaku.

Ingin aku memeluknya, membawanya ke rumah mungil yang dulu aku persiapkan padanya. Mengentaskan kehidupan pedihnya lalu persembahkan kebahagiaan sejati untuknya. Namun aku tak sanggup Di...

Ada wanita lain yang kini menjadi ratu di rumahku, ada anak-anak yang bukan lahir dari rahimnya yang kini mewarnai kehidupanku.

Di,

Kenyataan ini tak berpihak pada Elsaku, wanita yang kisahnya tak pernah bisa aku enyahkan dari hidupku.
Kami berpisah (lagi), namun dia berpesan agar aku jangan sekali-kali menemuinya. Karena baginya pertemuan denganku akan menambah luka yang selama ini belum juga sanggup dia obati.
"Bang, kalau kau sayang padaku, jangan kau temui aku lagi, sudah cukup kepedihan akan sesal masa lalu itu mengakrabiku, jangan lagi kau tambah dengan kepedihan harapan-harapan yang tentunya tak bisa kita wujudkan bersama lagi. Kamu telah bahagia bersama wanita lain, aku pun punya kehidupan sendiri. Kenang saja keindahan kisah kita agar kau selalu merasakan kehadiranku dan cintaku padamu" pesannya saat aku menanyakan alamat tempat tinggalnya.

Di,

Luluh lantak hati ini saat dia berlalu, tinggalkan aku yang hanya bisa mamatung tanpa sanggup berbuat apa-apa. Bahkan sekedar menyalami tangannya yang dulu  sering mendekapku. Jujur aku ingin memeluknya, ingin mencium keningnya seperti dulu pabila aku akan pulang ke rumah setelah mengunjunginya.

Elsaku...

Elsaku pergi lagi, membawa sejuta kenangan cinta yang tak ingin aku lupakan, sebab hanya pada Elsa, cinta ini tertambat.

Di,...

Mungkinkah lembaran-lembaran halamanmu ini akan kembali tertulis nama Elsa, Elsaku yang kini entah telah tertidur atau tengah melamunkan aku sama seperti dulu saat kami masih bersama?. Di, aku yakin dia tahu kalau saat ini aku pun tak bisa terlelap sebab wajah dan penderitaannya kini merusuh dalam benakku. 

Andai aku bisa menghapus kedukaan dari wajah dan hatinya... 

*****

PK, 14 4 16

Untuk membaca karya Peserta lainnya sila menuju link: Inilah Perhelatan My Diary FC di Kompasiana.

Selengkapnya di sini

Silahkan bergabung dan berfiksi bersama: Fiksiana Community.

Selengkapnya : di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun