Aku bukan perempuanmu,Â
tatkala kau buka matamu di kepagian hari, mengecup keningmu penuh kemesraan, lalu siapkan kopi panas dan sarapan, berdua memulai hari dengan dedoa dan kecerahan tawa canda
Aku bukan perempuanmu,
kala rindu dapat tertuang dengan manis di setiap waktu, membelaimu di setiap saat, dan berdiri di sisimu, tuk selalu dampingi langkah-langkah tapaki kehidupan
Aku bukan perempuanmu
tatkala kau pestakan kemenangan hidupmu dalam arena suka cita yang dalam, dan aku hanya bisa menatap senyumanmu dari kejauhanÂ
Â
Aku perempuanmu
di kala malam membius sunyi, saat kau merasa sendiri di tengah keramaian kehidupan, Â
Aku perempuanmu
saat kau tak kuasa lagi menahan sebuah rindu sejati dan mendekapmu dalam birahi sesaat,Â
Aku perempuanmu
hanya sanggup pandangi punggungmu, setelah kau curahkan pedihnya kepalsuan kehidupanmu
Aku perempuanmu
terbakar, sesaat setelah menghangatkanmu dari gigil kepenatan hidup
Â
*puri, 17 1 15*
ilutrasi gambar Granito Ibrahim
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H