Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dewan Perseteruan (atas nama) Rakyat

29 Oktober 2014   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:18 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mereka kembali beraksi

di jajaran kursi mahal seharga diri mereka

mereka kembali berpentas

di gedung yang kini tak lagi sakral

adalah badutbadut negeri

pentaskan teater kocak nan haru biru

celotehceloteh berhamburan tanpa batas

aksi jungkirbalik meja dan kursi kau pertontonkan

tak ada skenario

tak ada scrip naskah

mengalir

sesuaikan watak sebenarnya

watak begu yang terlihat dari auranya

rakyat melongo

rakyat merenung

rakyat terluka

rakyat merana

selembar uang duapuluh ribuan

telah menghantar badutbadut itu pada singgasana memuakkan

sudah !

sudah cukup pentas kau tampilkan

sudah cukup rakyat tempat salah saat kini yang dipilih beraksi tolol

bukan untuk membangun negeri

apalagi untuk kesejahteraan negeri

duhai badutbadut negeri

pentasmu terlalu vulgar

rakyat tertawa di antara pilu

****

puri kencana, 29 10 70

sumber gambar : produsenkostumbadut.com

silahkan baca pula : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/11/08/badut-di-negeri-badut-608706.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun