Sebait puisi, berderet prestasi,
Selembar ijazah, sesobek sertifikat tanah.
Apalagi yang bisa membuat bahagia.
Rumah tangga yang sakinah,
Kekasih yang aduhai moleknya,
Sudah hancur berkeping,
Sudah mengkerut dahinya,
Apa tetap berbahagia.
Sarapan bistik,
Ditambah roti dengan selai,
Hey hey,
Mau kemana orang kaya.
Si miskin sedang main catur,
Patihnya sudah dimakan,
Masuk ke dalam magicom,
Karna anaknya,
Sudah tak tahan,
Pikirnya, ia sudah skakmat.
Ibunda sedang pergi,
Ke tempat para pemuas birahi,
Berjudi dengan mimpi,
Melacurkan diri,
Menjajakan vagina dan sederet goyangan erotis.
Hey ituu salahh?!?!
Ucap para SJW.
Tapi tuan yang terhormat,
Aku mau makan,
Kami mau ayam.
Lauk kemarin hari, sudah habis
Ladang telah digusur,
Hutang belum diangsur.
Sembako murah hanya bual,
BPJS turun 100 tahun sekali,
Apalagi yang harus kami lakukan,
Selain jualan ereksi, bajingan!!!
Orang-orang hebat,
Aihh maaf, bejat
Sedang membetulkan dasi,
Sambil duduk di kursi,
Sambil mengurus, mahasiswi.
Hahay.
Sarapan pagi ini mau apa,
Menggoreng propaganda lagi kah,
Atau menanak isu dicampur saus teriyaki.
Aduh, aduh.
Maaf julid semuanyaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H