Mohon tunggu...
sintesais
sintesais Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Fatum Brutum Amorfati

Makhluk bersari-pati tanah yang diselundupkan oleh Sang Maha Pengedar untuk memberlangsungkan hidupnya kembali ke bumi, setelah sekelibet diperlihatkan surga-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Objek Itu Bernama Perempuan; dari Humor Seksis hingga Normalisasi Pelecehan

8 Maret 2021   16:59 Diperbarui: 8 Maret 2021   18:15 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang teman saya memberi kesaksian, bahwa kadang ia malu untuk mem-post dirinya. Katanya ia sering mendapat komentar-komentar dan pesan-pesan negatif.  Dan bahkan satunya lagi, ia suatu waktu pernah di-dm (direct massage) oleh para pelaku dan mengajak korban untuk melakukan hubungan badan.

Stop Jokes Seksis = Stop Diskriminatif

Kesalahan terbesar bagi Tuhan dalam penciptaan manusia adalah dengan menghadirkan perempuan di muka bumi. Begitulah kira-kira representasi saya pribadi, ketika banyak sekali humor-humor rendahan—dengan menempatkan perempuan sebagai objek— khususnya di lini masa. 

Entah dogma langit dari mana yang diamalkan, yang men-segmentasi martabat seorang insan ke dalam hierarki sosial 'abal-abal' itu; dengan menempatkan strata wanita di bawah laki-laki. Mengapa saya berkata seperti itu? Karena dari banyaknya lelucon tersebut, yang menjadi objek adalah perempuan. Secara tidak langsung ini menempatkan perempuan kastanya,  di bawah laki-laki, bukan?

Jika yang menjadi apologi nya adalah humor, saya rasa tidak pantas perempuan dijadikan sebagai objek humor. Dan hal ini hanya akan melanggengkan sikap misoginis dan perbuatan diskriminasi terhadap perempuan. Toh, di satu sisi memang, kamu (re: kita) memiliki hak yang sama untuk berbicara dan melakukan apapun sekehendak diri. Namun juga di sisi lain, ada kewajiban kamu sebagai seorang manusia untuk me-manusia-kan manusia lainnya, salah satunya, dengan menjaga perasaan seseorang serta memikirkan ucapan sendiri apa sudah pantas untuk diutarakan dan tidak menyakiti orang lain?

Maka dengan menarik humor sampah dari perederan publik, adalah juga menarik diri (re: masyarakat) kita agar tidak tenggelam ke dalam budaya patriarki dan lobang hitam diskriminasi perempuan, yang mana jika saja semua orang telah mengerti bahwa sesama manusia harus saling menghargai dan mengashi—salah satunya dengan tidak menggunakan jokes seksis. Tentu kita telah menciptakan sebuah harmonitas antar gender di kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun