Mohon tunggu...
Sellyn Nayotama
Sellyn Nayotama Mohon Tunggu... -

Siswa SMP kelas 2 (thn 2018), suka membaca dan menulis. Novel pertama "Queen Kendzie" (terbitan Kompas Gramedia); cerpen "Jam Weker Shabby" dalam antologi (Penerbit Mizan). Baca juga di akun: www.kompasiana.com/sellynnayotama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elden dan Eglantine

6 November 2018   13:37 Diperbarui: 6 November 2018   15:21 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elden langsung membela diri dengan berkata, "Jadi begini bu. Ini sebenarnya kan menjadi jatah saya untuk beristirahat di rumah, jadi tidak ke sekolah pun tidak apa-apa, bukan?"

Semua penghuni panti tahu, Elden pendebat yang baik. Bu Tian hanya terdiam sambil tersenyum kecut, mengacak-acak rambut anak itu.

Ketika mereka sedang berkumpul di sana, pintu panti diketuk. Alangkah kagetnya Elden begitu melihat tamunya ternyata adalah nenek yang dulu ia bantu, bersama seorang pria dan wanita berumur sekitar 30-an.

"Nak Elden, ini nenek. Masih ingat, kan?" nenek itu mengulurkan tangan padanya, lalu mereka berjabat tangan. "Perkenalkan, saya Romeo," kata pria itu dengan sopan kepada Bu Tian. "Dan ini istri saya, Julietta. Kemarin, saat ibu saya menyeberang jalan, ada seorang remaja pemberani yang berbaik hati membantu beliau menyeberang, dan sebagai akibatnya, remaja itu dilarikan ke rumah sakit."

"... dan tujuan kami datang ke sini, adalah untuk mengangkat remaja itu menjadi anak," terangnya langsung. Elden hanya bisa melongo. "Saya tak bisa membayangkan bila ibu saya yang menjadi korban, namun anak inilah yang berjasa baginya, bu."

"L..lalu, bagaimana dengan adikku, Eglantine?" tanya Elden.

"Kami tahu, nak. Dia tentu akan ikut serta denganmu, tapi itu jika kau mau untuk tinggal bersama kami," kata Om Romeo. "Terimakasih, Pak," kata Elden terharu.

*
Seminggu kemudian, Elden pindah ke rumah Om Romeo dan Tante Jules. Mereka sangat ramah, dan Elden sangat bersyukur. Anak Om Romeo bernama Sarah, ia kelas 6 SD, dan cepat akrab dengan Eglantine.

Sore itu, saat keluarga papa baru Elden, serta Elden sedang berkumpul santai sambil minum teh, papanya berkata, "Kapan ulang tahun adikmu? Yang papa baru tahu hanya tanggal ulangtahunmu, Elden."

Begitu Elden menjawab seminggu lagi adalah ulangtahun adiknya, papanya langsung berinisiatif mengadakaan pesta ulang tahun Eglantine. Awalnya Elden menolak karena merasa tidak enak, namun papanya menepuk pundaknya. "Kamu boleh bilang begitu kalau wajah papa serupa monster yang menakutkan," ia tertawa.
Eglantine tidak tahu menahu mengenai pesta itu. Elden sudah diwanti-wanti untuk menutup mulutnya. Dan saat hari-H, Eglantine pulang dari rumah temannya untuk belajar kelompok bersama. Dan saat di rumah, betapa kagetnya ia melihat namanya ada di sana, di spanduk unik di depan rumah.

"Kak Elden! Apa yang --?"
"Happy birthday, Eglantine!" Kak Sarah memeluknya dari belakang. Eglantine terharu. "Kak Elden, aku ngak meminta balon-balon besar ini, hanya kue dan es krim," ujarnya.
Kak Elden mengacak rambut adiknya itu. "Jadi, tidak mau? Oke, batalkan saja acara ini," candanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun