Menjawab tantangan global, terutama di zaman sekarang, memang nggak mudah.
Dengan adanya perangkat-perangkat canggih, teknologi tinggi, dan informasi yang hanya dalam hitungan detik kita bisa mengakses internet, juga chattingd engan orang yang berada jauh dari kita.
Sepertinya zaman sekarang itu enak, ya. Tetapi, tampaknya setiap hal ada kelebihan dan kekurangannya, termasuk apa yang dialami orang-orang di tiap zaman berbeda. Kalau di zaman dulu itu orang-orang sulit mendapatkan informasi aktual, di zaman sekarang hal seperti itu sih cetek.Tinggal ketik kata atau topik kunci di Intenet, lalu klik search.Langsung, deh, kita mendapatkan jawabannya.
Bedan dengan zaman dulu, anak-anak diberi tugas oleh gurunya untuk mencari suatu berita, mereka harus bersusah payah untuk membuka koran, lalu menggunting berita tersebut. Ini kutahu dari cerita ayah dan mama.
Di masa kini, yang ngetrend disebut sebagai zaman now, saat mencari informasi tinggal ketik lalu search,sudah selesai tugasnya. Contoh yang lain, di zaman dulu belum ada tuh yang namanya 'belanja online', karena orang-orang hanya membeli barang langsung di tokonya. Jadi kualitas barang, tentu saja bakal terjamin. Kalau barangnya nggak bagus? Tentu saja, nggak jadi beli. Lain lagi di era kini. Pertama-tama, kita lihat katalog barang dulu di Instagram, lalu kita order,dan melakukan pembayaran cukup dengan mentrasfer uang melalui bank! Nah, yang terjadi kadang barang yang diantar tak sesuai ekspektasi kita. Aduh!
Apalagi aku adalah seorang anak dari generasi Z, generasi anak-anak yang lahir di tahun 2000-an. Anak-anak dari generasi Z ini pengetahuannya luas, open minded,dan kreatif. Kurasa Generasi Z juga dituntut untuk memajukan bangsa dengan ide-ide mereka yang kreatif.
Membahas istilah 'kids zaman now.' Pemahamanku, sebutan ini ditujukan untuk anak-anak yang berperilaku melenceng dari yang seharusnya. Nih, aku beri contoh, ya. Misalnya anak masih SD yang sudah berpacaran. Lalu ada juga anak-anak yang suka membolos sekolah, dan malah nongkrong-nongkrong untuk merokok, dan sebagainya. Ini aku lihat sendiri di sekitar jalan menuju rumahku. Miris, bukan? Kelihatannya anak-anak ini sudah melupakan kewajibannya sebagai penerus bangsa. Ada juga, anak-anak yang begitu sedih sampai bunuh diri ketika mereka putus cinta. Hal ini jugalah yang dikhawatirkan oleh banyak orang. Bagaimana mereka kelak akan mengemban tugas yang lebih besar?
Eits, tapi tunggu dulu sebentar. Nggak perilaku generasi Z itu buruk semua. Ada juga anak-anak yang tahu akan kewajibannya sebagai penerus bangsa. Kalau menurutku, sih, sebutan 'kids zaman now'itu kesannya menyudutkan banget! Seakan-akan apa yang kami -- Si Generasi Z semuanya salah.Â
Kenyataannya nggak seperti itu, kok. Memang ada anak-anak yang perbuatannya menyimpang dari yang seharusnya, tidak punya arah tujuan yang jelas, nah yang seperti itu memang harus dibimbing baik-baik, diberitahu, didampingi untuk melakukan hal yang benar. Bisa juga diarahkan untuk melakukan sesuatu yang positif. Kalau mereka dibimbing ke jalan yang benar *eaak*, aku yakin mereka akan menjadi anak-anak generasi Z yang berguna bagi bangsa. Semua anak itu kreatif, lho.Hanya saja, mereka terkadang kurang bisa menyalurkan ide-ide mereka.
Itu tadi sedikit curhatku mengenai istilah 'kids zaman now'yang sedang ngetren. Nah, demi mematahkan stereotip tentang anak-anak generasi Z, kita harus melakukan sesuatu! Tentunya itu sesuatu yang berguna. Nggak usah muluk-muluk seperti membuat rumus matematika, atau harus juara 1 di kelas. Tapi cobalah realisasikan ide-ide sederhanamu. Misalnya, yang suka menulis, menulislah dengan rajin. Bagi yang hobi menggambar, coba tekunlah menggambar. Siapa tahu, di masa depan, kita bisa jadi orang hebat. Tentunya dengan usaha yang nggak sederhana juga.
Iya, menulis itu seru banget. Biasanya kalau aku sedang sedih, marah, kesal berat, aku sering menulis. Nggak perlu marah-marah atau menangis sekencang-kencangnya, cukup tenangkan diri terlebih dahulu. Ini memang susah, tapi kalau berusaha, kita pasti bisa. Lalu, mulailah pikirkan kejadian-kejadian yang nggak mengenakkan itu. Lalu tulislah sesuka hatimu! Dari situ mungkin bakal muncul ide-ide kreatif. Lama-lama, kekesalanmu itu pasti bakalan hilang karena pikiran kita teralih untuk kegiatan mengekspresikan diri sambil memahami kejadian yang ada. Ini pengalamanku pribadi.
Biasanya aku menulis di dalam diary.Bahkan ketika aku duduk, aku tiba-tiba mendapatkan secercah ide untuk ditulis. Kalau saat ini, sih, aku sedang menatap kipas angin tempel yang sedang berputar ke kiri dan ke kanan. Eh, tiba-tiba saja aku berpikir bagaimana jadinya bila kipas angin itu dapat bicara? Atau waktu yang mendadak berhenti karena dikendalikan oleh Sang Tuan Kehidupan. Wuah apa yang akan terjadi? Semacam itulah ideku muncul, dan masih banyak lagi.
Yang biasanya kulakukan yaitu mencari inspirasi sebanyak-banyaknya. Misalnya dengan jalan-jalan di sekitar rumah, atau pergi ke tempat yang jauh (kalau pas diajak orang tua sih, haha!). Bisa juga dengan merenung sejenak, cari udara segar dengan bersepeda, dan makan sesuatu yang enak. Dijamin, ide akan datang sendirinya.
Kalau aku seringnya memilih nonton film atau serial drama Korea. Hehehe. Di dalam drama Korea, seringkali kita menemukan adanya plot twist yang terjadi. Misalnya, kita mengira bahwa salah satu pemain itulah pelakunya, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Pemain yang kita sama sekali tidak kita curigai, dialah yang melakukannya! Hal itu memicu imajinasi di otakku. Bagaimana jika aku membuat plot twist yang serupa? Tampaknya  ceritaku akan seru juga. Gue bisa, berkat KayuPutihAroma . Dengan kata lain, gue Si Anak Generasi Z memang harus kreatif. Itu sih, menurutku.
Ide menulis bisa juga dengan mendengarkan musik, atau main musik (piano). Klik videoku waktu masih SD, dalam konser di Singapuradi bawah ini:
Musik itu, bagiku sangat hidup. Kenapa? Karena musik itu dapat membangkitkan emosi tertentu. Jika lagunya sedih, kita bakalan ikut sedih, dan tentunya asal kita menghayati maksud dari lagu tersebut. Sebaliknya jika lagunya ngebiet atau gembira, kita bakalan ikut gembira dan bersemangat, sama seperti atmosfir yang diceritakan dalam lagu.
Aku paling suka KayuPutihAroma yang beraroma Lavender. Baunya benar-benar menenangkan, bikin semua terasa ringan! Biasanya, setelah menghirup wanginya Kayu Putih Aroma, aku langsung mendapat ide cemerlang. Dengan menghirup wangi Lavender dari Kayu Putih Aroma saja, aku sudah bisa membayangkan kejadian di ceritaku yang akan kutulis selanjutnya. Aroma wangi Kayu Putih Lavender tu kekinian banget! Aku menyebutnya Si Ungu.
Si Ungu ini praktis cara pakainya, ringan kemasannya, cantik warna tutup botolnya, dan bisa buat gaya. Selain buat minyak olesan di bagian badan tertentu (dada, perut, punggung, atau di leher belakang, Kadang-kadang aku mendapatkan khasiatnya dengan cara menghirup aromanya saja. Caranya, cukup 2-3 tetesannya ke dalam air hangat, maka terasalah sensasi rileks menghirup aromanya, mmmmmm.
Makanya, kalian dari generasi Z, selalu sedia Kayu Putih Aroma di tasmu, ya! Pengalamanku, aktivitas menjadi semakin lancar. Selain itu, Kayu Putih Aroma juga menjadi solusi mujarab kalau kamu sedang pusing. Cukup hirup aromanya, kamu tidak akan pusing lagi. Itu sebabnya aku jarang sakit kepala berlama-lama, ya berkat Si Ungu itu. Gue beda!
Teman-teman, setiap generasi tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tugas kita sebagai generasi Z, tentu saja untuk melanjutkan perjuangan orang yang sudah lebih dulu melakukannya sebelum kita, di zaman sekarang ini. Jadilah anak yang berprestasi, atau anak ceria dalam meraih cita-cita, dengan Kayu Putih Aroma! Gaya dong, kita.
Salam Kompasiana dari Gen Z @Sellyn
Siswa kelas 1 SMP Negeri 6 Yogyakarta
Kompasianer sejak tahun 2013.
Tulisanku yang lama, klik: Di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H