Permasalahan utama yang dihadapi negara, mungkin menjadi kekhawatiran terbesar adalah resiko lunturnya apresiasi anak bangsa terhadap budaya sendiri. Padahal, banyak sekali talenta-talenta muda yang menghasilkan karya seni menarik dan pastinya mencerminkan identitas bangsa.Â
Namun, ada beberapa aspek budaya yang masih bisa diterima dan dipelajari karena memberikan banyak keuntungan, yaitu bahasa asing. Pemuda-pemudi yang mampu berbahasa asing pantas diapresiasi karena bermanfaat mengenalkan bangsa Indonesia ke kancah Internasional melalui jalur karir, international networking, pengembangan diri, hingga memajukan industri pariwisata. Â
Oleh karena itu, sebagai anak bangsa perlu tanggap menyeleksi dampak positif dan negatif dari budaya luar dengan tetap mengharagai dan menjaga identitas budaya sendiri.Â
Kelima, gaya hidup yang tidak terkendali karena pengaruh globalisasi. Life style anak bangsa yang tidak sejalan dengan nilai dan norma menjadi tantangan terakhir di era digital yang dibahas dalam artikel ini.Â
Menghadapi fenomena tersebut, maka peran pendidikan sangat lah penting untuk meningkatkan kesadaran menjaga nilai-nilai dan tanggung jawab sosial yang ditanamkan sejak kecil.Â
Berdasarkan survei terbaru, sekitar 33% remaja usia 18-20 tahun pernah berhubungan seksual. Data lain dari BKKBN menampilkan sebanyak 4.38% remaja usia 10-14 tahun dan 41.8% remaja usia 14-19 tahun terlibat dalam seks bebas.Â
Data diatas menjadi bukti bahwa globalisasi digital mempengaruhi pemikiran pemuda-pemudi melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan usianya. Â
Sebagai penutup, tantangan pemuda-pemudi menjaga persaturan dan kesatuan bangsa di tengah perkembangan digital yang semakin pesat bukan persoalan gampang.Â
Diperlukan kemampuan untuk cakap memanfaatkan media digital dalam menyampaikan pesan-pesan positif dan saling mendukung antara kelompok masyarakat.Â
Mengedepankan empati dan rasa menghargai di lingkup digital sangat dibutuhkan guna menghindari perpecahan yang tidak berarti. Â