Masa transisi pendidikan di Indonesia masih terus berlanjut, khususnya transisi perubahan kurikulum Merdeka Belajar. Esensi dari Kurikulum ini adalah Student Centre Learning atau pembelajaran yang terpusat pada anak.Â
Artinya, pusat dari proses pendidikan adalah untuk mengembangkan dan mengarahkan anak sesuai dengan potensi minat dan bakatnya. Oleh karena itu, kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah hendaknya tidak memberatkan murid dan guru.Â
Kebijakan ini ditujukan agar murid bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya, tetapi tanpa patokan atau panduan jelas seperti kategori keilmuan yang dihubungkan dengan pemilihan prodi di tingkat pendidikan lanjut maka murid akan mengalami kebingungan.Â
Selanjutnya, resiko terjadinya kesenjangan jumlah murid pada setiap mata pelajaran sangat mungkin terjadi, sehingga berpotensi pula terjadinya kesenjangan jumlah tenaga pengajar yang dibutuhkan.Â
Bayangkan saja apabila murid lebih banyak memilih mata pelajaran Bahasa daripada Matematika. Guru Matematika lebih sedikit waktu kerjanya daripada guru bahasa, sehingga berdampak pada insentif yang diterima. Jujur saja, hal ini adalah sebagian dari kekhawatiran penulis terhadap kebijakan baru ini.Â
Disisi lain, yang masih menjadi pertanyaan penulis adalah sejauh mana kesiapan murid memetakan mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di tingkat lanjut.Â
Jika dikembalikan ke peran sekolah, maka guru Bimbingan dan Konseling memiliki andil besar dalam mengatasi masalah ini. Diperlukan sesi konsultasi khusus antar guru kelas, murid, dan guru BK secara pribadi untuk diskusi mendalam mengenai career path yang dimulai dari pemilihan mata pelajaran di tingkat SMA.Â
Akhir kata, perubahan kebijakan dalam sistem pendidikan Indonesia menjadi bukti bahwa Pemerintah masih meraba-raba kurikulum yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak bangsa.Â
Oleh karena itu, diperlukan kajian akademik dan ilmiah lebih lanjut guna mendapatkan informasi rampung terkait perkembangan murid di Indonesia. Hal ini bertujuan agar kebijakan yang dikeluarkan tidak menjadi bumerang bagi guru dan murid. Sekian. Â
ReferensiÂ
Peniadaan Jurusan IPA-IPS di SMA, Anggota Dewan Pendidikan Jatim: Masalahnya Ada di Guru - Tekno Tempo.coÂ