Indikator pembangunan SDM di masa depan terukur dari kemampuannya mengelola kesehatan mental. Individu yang sehat mental terbukti mampu menjalankan fungsinya dengan optimal dalam segala bidang hidupnya. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting dilakukan sejak dini.Â
Kabar baiknya, kesadaran masyarakat terhadap risiko gangguan kesehatan mental meningkat. Namun tidak dibarengi dengan upaya mengikuti treatment kesehatan mental.Â
Faktor umum yang mendasarinya antara lain minim fasilitas kesehatan mental, biaya penanganan intensif yang relatif mahal, tenaga profesional yang masih sedikit jumlahnya, dan miskonsepsi kesehatan mental yang bertengger dalam masyarakat.Â
Faktor-faktor eksternal yang telah disebutkan tentu tidak asing lagi bagi kita. Disisi lain perlu dikenali juga faktor-faktor dari dalam diri yang mendorong sekaligus menghambat individu mencari bantuan penanganan kesehatan mental.Â
Mengingat menjalani perawatan kesehatan mental membutuhkan proses yang panjang serta menguras energi fisik dan emosi, maka pemaparan berikut ini bertujuan memberikan informasi terkait persiapan, tantangan, dan konsekuensi dalam proses treatment kesehatan mental.
1. MotivasiÂ
Hal pertama yang perlu ditetapkan adalah motivasi. Untuk apa anda menjalani perawatan kesehatan mental? Apa yang ingin dicapai pada akhir prosesnya? Apakah anda ingin mencapai well-being?Â
Pertanyaan-pertanyaan mendasar sejenis ini perlu dijawab oleh diri sendiri sebagai fondasi tujuan yang kuat selama mengikuti proses treatment.
Motivasi yang jelas dan bertujuan di awal, penting membantu individu fokus selama proses perawatan. Mengikuti perawatan kesehatan mental hendaknya berasal dari kemauan diri sendiri dan bukan karena dorongan, apalagi paksaan dari orang lain.Â
Mengingat prosesnya bersifat sangat personal dan individual, sehingga krusial bagi individu mengambil keputusan sendiri terhadap dirinya sebelum menjalani sesi treatment.Â
Sangat disarankan bagi individu yang memutuskan menjalani perawatan kesehatan mental agar menjadikannya sebagai prioritas utama sebagai investasi masa depan.
2. Kesiapan MentalÂ
Individu yang memutuskan untuk mencari bantuan profesional normalnya merasa terganggu dengan masalah kesehatan mental yang dialami seperti stres, depresi, gangguan tidur, cemas berlebihan, serangan panik, gangguan interaksi sosial, dan lain sebagainya. Menyadari adanya rasa tidak nyaman dengan gejala-gejala tersebut dan memutuskan untuk menjalani treatment adalah keputusan yang sudah tepat.Â
Jadi, bagaimana bisa individu dengan gangguan kesehatan mental mempersiapkan mentalnya yang terganggu? Konsep yang rumit tetapi begitulah prosesnya.Â
Perlu diketahui bahwa seperti layaknya pengobatan fisik, treatment kesehatan mental juga memiliki efek samping seperti pusing, mual, muntah, penambahan atau pengurangan berat badan, hilang gairah, sulit tidur, dan lain sebagainya.
Apabila dijelaskan secara singkat, hal ini dikarenakan dalam proses treatment akan banyak membahas mengenai peristiwa sepanjang hidup yang tidak menyenangkan hingga menyenangkan yang menyebabkan reaksi tubuh yang berbeda melalui munculnya sakit fisik dan emosi. Reaksi yang dimaksudkan disini adalah tanpa mengonsumsi obat resep, meskipun efek sampingnya juga hampir mirip.
3. KonsistensiÂ
Seperti yang telah disampaikan di awal bahwa perawatan kesehatan mental menguras banyak energi fisik dan emosi. Tidak jarang banyak pasien yang berhenti ditengah jalan dikarenakan banyak faktor seperti kesibukan pekerjaan, manajemen waktu yang buruk dalam pengerjaan tugas harian, hingga kelelahan secara fisik dan emosi.Â
Untuk mencapai kondisi sehat mental bukanlah perjalanan yang mudah. Terdapat banyak aspek psikologis yang perlu dibenahi bersama dengan tenaga profesional. Perlu diingat bahwa tenaga profesional berperan sebagai fasilitator yang membantu pasien menemukan jalan keluar atas masalahnya. Mengapa bisa?Â
Hal ini dikarenakan tenaga profesional kesehatan mental memegang teguh prinsip objektivitas dalam proses konseling/terapi, sehingga sangat dilarang bersikap subjektif dan wajib menghargai pengambilan keputusan pasien dengan tetap memperhatikan batasan sejauh mana kewenangannya memberikan saran dan bantuan yang diperlukan.
Bersikap konsisten selama proses treatment berlangsung menjadi kunci esensial untuk membantu pasien mengenal dirinya sendiri dengan lebih mendalam, memahami masalah psikis yang dialami, dan mampu fokus dalam mengambil keputusan yang menentukan arah treatment ke depan.
4. KeterbukaanÂ
Faktor selanjutnya yaitu keterbukaan antara pasien dan tenaga profesionalnya yang berlandaskan asas kepercayaan. Juga mencakup terjaminnya kerahasiaan data dan informasi selama proses treatment berlangsung.Â
Keterbukaan diperlukan supaya memudahkan profesional menilai sejauh mana perkembangan treatment berjalan, serta menyusun langkah treatment selanjutnya.Â
Informasi-informasi dasar terkait gejala sakit mental yang dirasakan, kapan mulai dialami, berapa lama terjadi, dan seberapa besar dampak destruktifnya dalam kehidupan merupakan contoh hal-hal penting yang perlu disampaikan saat sesi awal.Â
Tentu bukan hal yang mudah karena membutuhkan keberanian serta kesediaan dari dalam diri. Oleh karenanya, tidak jarang dalam beberapa kasus, pasien membutuhkan penyesuaian waktu di beberapa sesi awal hingga terbentuk rasa percaya pada profesional.Â
Kesulitan ini lebih mungkin dialami oleh anak-anak dan remaja yang masih memerlukan pendampingan penuh dari orangtua dan orang dewasa lainnya yang dipercaya.
Kesimpulan
Mencari bantuan tenaga profesional sebagai upaya penanganan kesehatan mental bukanlah suatu keanehan. Melainkan perlu diapresiasi karena merupakan bentuk perilaku yang menghargai dan menjaga kewarasan diri di tengah jaman yang serba cepat.Â
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Tidak harus menunggu hingga mengalami gangguan kesehatan mental parah seperti ADHD, PTSD, anxiety disorder, panic attack, psikosis, adiksi, dan lain sebagainya untuk berobat ke profesional.Â
Bantuan profesional diberikan kepada setiap orang yang mengalami gejala-gejala ringan seperti sering merasa sedih berkepanjangan, perubahan mood yang sering (moodswings),merasa cemas berlebihan, sulit fokus belajar atau bekerja, kesulitan bersosialisasi, dan lain-lain.Â
Selanjutnya, jika merasa bantuan profesional kurang terjangkau dapat pula mengakses informasi mengenai kesehatan mental dan strategi meningkatkan kesehatan mental yang bertebaran di kanal online. Apabila terdapat individu dengan gangguan kesehatan mental di lingkungan sekitar, hendaknya sigap memberikan dukungan dan pendampingan sebisa anda. Bahkan jika diperlukan dapat mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional.Â
Terakhir, mencapai good well-being menjadi salah satu indikator tujuan pembangunan berkelanjutan suatu negara yang terkandung dalam program berskala global, Sustainable Developmental Goals (SDG).Â
Oleh karenanya, kesadaran untuk menjaga kesehatan mental dan fisik secara beriringan pada semua lini masyarakat menjadi hal penting untuk dilakukan dan memerlukan usaha kita bersama. Dan untuk mencapainya diawali dari tindakan nyata dari diri sendiri dengan tidak malu memeriksakan kesehatan mental sejak dini.Â
There is no health without mental health; mental health is too important to be left to the professionals alone, and mental health is everyone's business - Vikram PatelÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H