Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Penghuni Peron Stasiun Emerald

19 April 2024   12:12 Diperbarui: 25 April 2024   19:16 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stasiun kereta. (Freepik/Wirestock)

Keesokan harinya....

Dira kembali ke stasiun. Pikirannya masih terusik dengan cerita supir taksi. Untuk menjawab rasa penasarannya, Dira memberanikan diri bertanya pada dua orang petugas stasiun di dekat pintu masuk. Mereka membenarkan bahwa di kamera pengawas sering tampak sosok anak kecil di ujung peron setiap malam saat kereta terakhir berangkat. Anehnya, sosok tersebut tidak pernah ditemui karena tiba-tiba menghilang begitu saja saat petugas datang.

"Hmm... kalau itu adalah makhluk halus, lantas tidak mungkin wujudnya tertangkap jelas di kamera," pikirannya pun mengawang membayangkan segala kemungkinan. Hingga ia tiba pada satu kesimpulan, "aku akan membuktikannya sendiri malam ini." Hingga waktunya tiba, Dira berdiam diri di dalam toilet yang dekat dengan tempat di mana ia melihat sosok itu duduk. 

Waktu menunjukkan pukul 9.40 malam. Lima menit lagi kereta terakhir akan berangkat. Pada saat itulah Dira bersiap melakukan penyergapan. Jantungnya berdebar kencang, napasnya mulai terasa sesak, dan tangannya berkeringat banyak. 

Sebenarnya Dira sangat ketakutan, tetapi rasa penasarannya lebih kuat dari rasa takutnya. Bunyi desis kereta terdengar dan perlahan menghilang sunyi di kejauhan. 

"Kereta sudah berangkat. Sebentar lagi pasti sosok itu muncul." ucap Dira berbisik. Di balik pintu toilet yang sengaja dibuka sedikit celah, Dira berdiri sambil mengintai dengan hati-hati. Lampu peron tiba-tiba mati dan hanya tersisa di bagian ujung yang menyala. Dira menarik napas panjang, matanya terbelalak, dan suaranya tertahan seperti susah untuk berbicara ketika dilihatnya dengan jelas sosok itu melangkah ke dalam cahaya lampu. Wujudnya yang samar-samar kini mulai tergambar jelas.

Sosok mungil anak kecil kira-kira usia sekolah dasar, memakai sendal jepit dan pakaian rumahan kusut. Rambutnya bagian depan cukup panjang hingga menutupi pelipis mata, sehingga tidak terlihat jelas wajahnya. Sambil duduk ia mengayunkan kaki kecilnya dan bersenandung ceria layaknya anak-anak pada umumnya.

Perasaan Dira menjadi tak karuan. Selain fakta menyeramkan ada sosok anak kecil sendirian di stasiun larut malam, tampaknya tidak ada yang aneh dari anak itu. Kakinya menapak tanah, bukan makhluk tembus pandang, dan dia tampak nyata. Belum selesai Dira memproses apa yang dilihat. Kemudian muncul seorang Bapak muda menghampiri si anak. Mereka berbincang singkat kemudian Bapak tersebut berlalu. 

Dira pun memutuskan untuk menghampiri anak kecil tersebut. Ia berjalan keluar toilet dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Sedikit jinjit, langkah kaki lebarnya perlahan mendekat, dengan tenang ia beranikan diri menyentuh halus pundak si anak. 

"Aaaaaa....", teriak si anak kaget. Gerak tangan Dira refleks membengkap mulut si anak. "Tenang aku tidak ada maksud jahat. Aku hanya ingin mengobrol. Hentikan teriakanmu," kata Dira berusaha menenangkan. Diraihnya dari dalam tas minuman coklat dan memberikannya pada anak itu. Keduanya duduk berdampingan sambil mencuri tatapan singkat. Suasana hening yang aneh. Dira mendapati kesadarannya penuh kembali.

"Aku bukan orang jahat. Aku hanya penasaran dengan kebenaran cerita terkenal di luar sana bahwa ada sosok anak kecil penghuni peron stasiun emerald. Ternyata itu kamu ya?" ucapnya mengawali percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun