Keahlian penting yang perlu dimiliki sepanjang hidup adalah komunikasi. Cara seseorang mengkomunikasikan sesuatu hal menunjukkan kualitas dan kedewasaan diri. Misalnya, sifat individu seperti reaktif emosional atau tenang sambil menganalisa situasi nampak dari komunikasi verbal dan non-verbal yang ditampilkan. Â
Komunikasi adalah unsur penting dalam kehidupan manusia sebagai sarana ekspresi diri. Menyampaikan kebutuhan, keinginan, bertukar informasi, hingga menghibur. Semua itu tersalurkan melalui komunikasi.Â
Seiring berjalannya waktu, cara komunikasi mengalami pergeseran didasari oleh beberapa hal seperti penggunaan struktur bahasa yang sengaja disingkat dan perkembangan komunikasi digital yang semakin digemari. Faktor sosiokultural tersebut kemudian memengaruhi gaya komunikasi yang dikembangkan setiap orang.Â
Apakah gaya komunikasi paling ideal yang efektif digunakan?Â
Jawabannya adalah komunikasi asertif dimana individu mampu mengkomunikasikan pendapatnya secara terang-terangan dengan tetap menghargai keberadaan lawan bicara. Individu yang mampu menerapkan teknik komunikasi asertif berarti tergolong dewasa secara sosial dan emosional. Artinya, mereka mampu menetapkan batasan yang jelas, mengelola emosi, dan pandai menempatkan diri dalam situasi sosial yang berbeda. Membiasakan diri dengan gaya komunikasi asertif membantu komunikator menyesuaikan diri dengan siapapun lawan bicaranya. Â Â
Bagaimana respon yang mungkin diberikan saat lawan bicara berbeda pendapat dalam diskusi?
Biasanya seseorang akan menjadi emosional dan atau solutif menanggapi masalah. Emosional dibutuhkan untuk berempati terhadap lawan bicara. Solutif diperlukan untuk membantu lawan bicara menemukan jalan keluar atas masalah yang tengah dihadapi. Keduanya tidak salah, tergantung bagaimana cara mengekspresikannya. Hal inilah yang ditekankan dalam komunikasi asertif. Anda berhak secara bebas menyampaikan isi hati dan pikiran dengan tetap menghargai lawan bicara.Â
Apakah saya perlu mengatakan ini?
Bukankah ini adalah pertanyaan yang sering muncul dalam diri kala sedang berdikusi? Tubuh memiliki sistemnya sendiri mulai dari otak secara otomatis akan tanggap terhadap informasi yang diterima dengan langsung menghasilkan respon dalam bentuk gesture, raut wajah, dll.  Cues tersebut menandakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang diterima. Dilanjutkan dengan proses menyusun kalimat yang terjadi dalam sekejap kilat. Sebelum perkataan disampaikan hendaknya disaring terlebih dahulu.  Apa saja yang perlu dipertimbangkan?
1. Tujuan mencapai kesepakatan bersama sebagai hasilÂ
2. Tuntutan kebutuhan yang perlu terpenuhiÂ
Aspek penting dalam komunikasi asertif adalah mengetahui apa yang dibutuhkan oleh lawan bicara dan diri sendiri sebagai komunikator. Dengan demikian akan membantu proses komunikasi lebih terarah kepada tujuan dan kesepakatan pun lebih mungkin tercapai. Selain itu, fokus pembicaraan akan mengalir dengan sendirinya. Â
Bagaimana menghadapi argumen?Â
Argumen harus terjadi sebagai proses dari komunikasi untuk mencapai kesepakatan. Komunikasi yang sehat menggiring kepada argumen yang sehat pula. Dengan kata lain, bertengkar sehat sah saja terjadi jika dilengkapi degan gaya komunikasi asertif.
Dalam hubungan antar keluarga, pasangan, pertemanan, dan pekerjaan tidak menampik akan terjadinya argumen. Memilih menghindari argumen hanya akan membatasi kebebasan anda mengekspresikan ide pikiran dan perasaan. Sebaliknya, menghadapi argumen akan sangat melelahkan jika lawan bicara tidak menerapkan teknik komunikasi asertif. Misalnya, pengguna komunikasi pasif agresif yang cenderung silent treatment dan menyalahkan orang lain.Â
Bagaimana cara anda menghadapinya? Â (cek artikel selanjutnya) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H