Cari tahu apa yang ingin diketahui. Tetapi harus siap untuk menerima kenyataan yang pahit sekalipun.Â
Semakin sedikit yang diketahui semakin baik. Tujuannya, melindungi diri dari rasa sakit yang tidak perlu. Apakah ini yang namanya menyangkal?
Tidak tahu sama sekali dinilai tak peduli dengan sekitar. Dianggap hidup berpura-pura, naif, dan takut akan rasa sakit. Ini juga kurang baik.Â
Fase yang rumit. Pilihan yang rumit. Tapi jika kebenaran terbuka di awal akan mencegah melakukan kesalahan lebih dalam.Â
Masalahnya, terlalu banyak tahu juga ada positif dan negatif. Antara merasa lega atau dihantui perasaan menyesal seumur hidup. Mungkin inilah penentu manusia butuh Healing.Â
Kalau kata para pakar psych dan filsuf, penerimaan adalah kunci dari kesembuhan jiwa. Namun, untuk mencapai pada titik itu tentu jalannya tidak mudah.
Butuh proses dan pembelajaran yang panjang. Seperti membuat pedang, perlu ditempa berulang kali sampai mendapatkan kualitas terbaik.Â
Saat dihadapkan pada berbagai situasi keadaan. Manusia dapat memilih merubah atau menerima kondisi tersebut.Â
Terkadang manusia berusaha merubah sesuatu yang ingin diubah. Sulit menerima sesuatu yang tidak bisa diubah. Namun, mengalami dilema karena tidak bisa membedakan keduanya.Â
Situasi inilah dimana manusia berperang dengan egonya sendiri. Pada akhirnya, ketenangan batin dan pikirannya terganggu.Â
Menggambarkan situasi dilema manusia tersebut diatas. Seorang teolog Amerika bernama Reinhold Niebhur, menuliskan sebuah puisi seperti sebaris doa.Â
Ia mengharapkan ketenangan, keberanian, dan kebijaksanaan saat sedang mengalami situasi yang membuatnya terpuruk.Â
Pada tahun 1951, terciptalah Serenity Prayer atau jika diterjemahkan, artinya adalah Doa Keteduhan. Isi dari puisi doa ini adalah sebagai berikut:Â
Apabila diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia, bunyinya adalah sebagai berikut:Â
Tuhan, berikan saya kedamaian untuk menerima apa yang tidak bisa diubah.Â
Keberanian untuk merubah apa yang bisa diubah.Â
Dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.Â
3 baris kalimat ini hanyalah awal sekaligus highlight dari karya yang dibuatnya. Singkat, padat, dan jelas.Â
Menggambarkan realita perjalanan manusia yang kembali lagi pada kemampuan menerima dan merubah keadaan hidupnya yang "abu-abu".Â
Akhir kata, apapun kondisi dan peran yang sedang dijalani sekarang. Semoga kita semua diberikan ketenangan dan kedamaian. Amin.Â
Selly Mauren
19 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H