Saya percayakan kepada kaki yang melangkah.Â
Entah kemanapun arahnya, saya akan mengikuti.Â
Tempat antah berantah bukan lagi suatu kejutan.Â
Datang, menetap, dan berlalu seperti angin.Â
Itulah Sang Pengembara.
Ketakutan terbesar yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akhirnya terjadi. Tujuh tahun lalu di Gregoria. Rasa sakit pertama dialami saat kehilangan orangtua dan seorang adik laki-laki. Terbilang usianya masih sangat muda saat itu. Namun, hidup harus terus berlanjut. Kepahitan yang ia alami membuatnya menjadi lebih kuat dan berani menghadapi apapun.Â
Hal terburuk telah mampu diewati. Apalagi yang bisa lebih buruk dari kehilangan orang yang dikasihi?Â
Wabah penyakit dan kelaparan melanda kota Gregoria tujuh tahun lalu. Tidak ada yang tersisa selain bangunan perumahan penduduk dan tumpukan mayat. "Saya tidak akan berakhir disini", kalimat pendek yang terus ia ucapkan setiap detik. Â Â Â
Ia pun berlalu meninggalkan kota tempat ia tumbuh setelah selesai menguburkan keluarganya. Kisah pengembara pun dimulai. Menempuh perjalanan berhari-hari ditengah gurun tanpa arah tujuan. Persediaan makanan sudah menipis dan tidak ada tanda-tanda pertolongan.Â
"Saya tidak akan berakhir disini"