"Siapa kamu? Apa yang kamu mau dari saya", teriak pengembara. Tidak ada balasan sedikitpun, tetapi kata hatinya memaksa mengikuti suara tersebut.Â
Tiba-tiba ia seperti kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri. Kakinya pun memaksa berdiri dan melangkah ke arah yang entah kemana tujuannya.Â
"Saya lelah. Mau dibawa kemana saya? Jangan sampai saya mati sia-sia disini", teriaknya lagi kepada entah siapa yang mendengar.Â
Dari kejauhan terlihat sebuah kereta kuda yang mengarah kepadanya.Â
"Tetaplah disini. Dia akan menolongmu", suara itu kembali berbisik.Â
Semakin dekat jaraknya nampak lima orang pasukan kerajaan yang bertampang garang. Sesungguhnya pengembara ingin lari menyelamatkan diri, tetapi apa daya tubuhnya tidak bisa digerakkan.Â
"Siapa namamu Nona?", tanya seorang prajurit. Ia dan kudanya di posisi paling depan. Sepertinya, ia adalah ketua pasukan.Â
Saat mulut pengembara akan berucap, tiba-tiba muncul bisikan "Rahasiakan jati dirimu". Seketika bibirnya terkatup dan tidak menjawab sedikitpun.Â
"Kamu bukanlah bangsawan. Itu terlihat jelas. Bawa dia", perintah ketua pasukan.
Pengembara dimasukan kedalam peti besar bagian belakang kereta. Matanya ditutup dan tangannya dirantai.Â
"Mengapa saya diperlakukan layaknya pemberontak seperti ini?", pintanya bingung dalam pikiran.Â