Karakteristik lainnya yang mumpuni dari gen-z adalah terkait dengan soft skill seperti keterampilan public speaking, open minded, dan toleran terhadap perbedaan.Â
Gen-z membutuhan lebih banyak ruang dan kesempatan untuknya mengekspresikan diri, ide, dan gagasan. Mereka tidak suka dikekang oleh banyak aturan yang mengikat. Dominansi oleh generasi sebelumnya hanya akan membelenggu.Â
Meskipun mereka dapat menunjukkan sikap toleran terhadap hal tersebut yaitu mau mendengarkan dan memahami. Namun, dilansir dari survei yang dilakukan oleh Kronos Incorporated (2019) Â keunikan gen-z adalah tidak bisa bekerja dalam keadaan terpaksa. Â
Kepekaan gen-z terhadap isu sosial dan lingkungan lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini dikarenakan sejak belia, mereka telah terbiasa mengakses informasi secara global melalui gadget.Â
Gen-z mahir memanfaatkan keuntungan tersebut yang dipadukan dengan perkembangan trend untuk menghasilkan sebuah karya yang mempersuasi publik.Â
Inilah keunggulan gen-z yang patut diapresiasi sebagai keterampilan pekerja. Ditengah kemelutan generasi pendahulu dengan tantangan teknologi, gen-z hadir memberikan solusi dan edukasi digital.Â
Transformasi zaman tentu melibatkan sisi positif dan negatif. Dibalik kelebihan gen-z dalam hal keterampilan digital, terdapat sisi lain yang rawan yaitu kesehatan mental.
Gen-z cenderung dipandang cepat mengeluh dan kurang mampu bekerja dibawah tekanan. Tidak heran karena mereka tumbuh pada era serba instan dan praktisnya fasilitas yang mempermudah pemenuhan kebutuhan.Â
Kecenderungan sakit mental ini dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap dunia kerja yang tidak sesuai dengan harapan. Disinilah peran generasi pendahulu dibutuhkan untuk merangkul dan mengayomi mereka dalam masa-masa sulit.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
