Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mulai Lakukan 7 Kebiasaan Baik Berbudaya Digital

27 September 2023   01:10 Diperbarui: 27 September 2023   01:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Magnus Mueller: https://www.pexels.com/

Indonesia telah bergerak menuju era society 5.0 yang berarti semua kegiatan masyarakat akan teralihkan menjadi berbasis digital. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing mengakses platform media digital. Bahkan aktivitas bekerja dan sumber mata pencaharian utama dilakoni secara digital. Hal ini menunjukkan akses digital pada masyarakat kita berjalan dengan lancar. Namun, bukan berarti tidak ada masalah dalam perjalanannya. 

Manfaat dan kerugian dari pemanfaatan media digital tergantung dari bagaimana kita menggunakannya. Menghadapi transformasi era tersebut dibutuhkan keterampilan problem solving berupa berpikir strategis dan taktikal. Problem solving yang krusial dilatih saat ini berkaitan dengan budaya digital. Sikap dan perilaku masyarakat kita dalam budaya digital masih perlu ditingkatkan kesadarannya, sehingga tercipta lingkungan digital yang aman dan nyaman. 

Faktor pilihan media dan situasi menentukan seberapa kredibel pertukaran informasi yang terjadi. Media sosial yang dapat diakses secara bebas menjadi salah satu ancaman tingginya kasus kriminalitas dalam budaya digital. Penipuan, bullying, dan pelecehan seksual adalah beberapa contoh kasusnya. Fenomena-fenomena ini lah yang mendasari pentingnya keterampilan problem solving di dunia digital. 

Ancaman terjadinya situasi-situasi tersebut dikarenakan kita tidak bisa menilai secara langsung lawan bicara. Tidak dipungkiri bahwa sering terjadi kesalahpahaman, khususnya komunikasi tidak langsung (via chat). Sulit bagi kita untuk menilai validitas informasi. Perbedaan nada dan intonasi berbicara melalui telepon bisa pun bisa memberikan arti yang berbeda. Ditambah masalah lain seperti signal buruk yang menghambat penyampaian informasi. Kalau kompasianer tim chat, telepon, atau video-call?

Photo by Magnus Mueller: https://www.pexels.com/
Photo by Magnus Mueller: https://www.pexels.com/

Banyaknya faktor resiko yang tidak bisa kontrol, menimbulkan potensi terjadinya banyak masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bersikap dan berperilaku dalam budaya digital: 

Selektif memilih informasi yang ingin dibagikan. Sederhananya adalah menjaga privasi diri sendiri dan orang terdekat agar tetap aman terlindungi. Perlindungan data diri dari orang yang tidak dikenal atau tidak dipercaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan identitas.  

Melatih kecakapan komunikasi asertif. Bagaimana menyatakan pendapat dengan tetap mempertimbangkan perasaan orang lain yang menerimanya. 

Bijak mendengarkan dan menghargai sesama. Demokrasi berpendapat semakin tersalurkan seiring dengan semakin banyaknya jumlah pengguna sosial media. Perbedaan dan perdebatan sering terjadi bahkan tak jarang menimbulkan keributan yang tidak berarti.

Tidak semua hal perlu disampaikan di jaringan digital. Sosial media menjadi tempat sebagian besar orang berkeluh kesah dan melampiaskan emosinya di dunia nyata. Namun, perlu dibatasi hal-hal yang  disampaikan. Karena opini perasaan dan pikiran yang kita sampaikan, akan sangat dengan mudah menjadi konsumsi dan bebas dikritik oleh siapapun yang melihatnya. Dampak jangkauan narasi kalimat yang diunggah dalam hitungan detik dapat dibaca, disimpan, dan dimaknai beragam. Seperti ada kalimat yang mengatakan "mulutmu adalah harimaumu". Jika diadaptasikan dalam situasi digital berarti "jempolmu adalah harimaumu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun