Indonesia telah bergerak menuju era society 5.0 yang berarti semua kegiatan masyarakat akan teralihkan menjadi berbasis digital. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing mengakses platform media digital. Bahkan aktivitas bekerja dan sumber mata pencaharian utama dilakoni secara digital. Hal ini menunjukkan akses digital pada masyarakat kita berjalan dengan lancar. Namun, bukan berarti tidak ada masalah dalam perjalanannya.Â
Manfaat dan kerugian dari pemanfaatan media digital tergantung dari bagaimana kita menggunakannya. Menghadapi transformasi era tersebut dibutuhkan keterampilan problem solving berupa berpikir strategis dan taktikal. Problem solving yang krusial dilatih saat ini berkaitan dengan budaya digital. Sikap dan perilaku masyarakat kita dalam budaya digital masih perlu ditingkatkan kesadarannya, sehingga tercipta lingkungan digital yang aman dan nyaman.Â
Faktor pilihan media dan situasi menentukan seberapa kredibel pertukaran informasi yang terjadi. Media sosial yang dapat diakses secara bebas menjadi salah satu ancaman tingginya kasus kriminalitas dalam budaya digital. Penipuan, bullying, dan pelecehan seksual adalah beberapa contoh kasusnya. Fenomena-fenomena ini lah yang mendasari pentingnya keterampilan problem solving di dunia digital.Â
Ancaman terjadinya situasi-situasi tersebut dikarenakan kita tidak bisa menilai secara langsung lawan bicara. Tidak dipungkiri bahwa sering terjadi kesalahpahaman, khususnya komunikasi tidak langsung (via chat). Sulit bagi kita untuk menilai validitas informasi. Perbedaan nada dan intonasi berbicara melalui telepon bisa pun bisa memberikan arti yang berbeda. Ditambah masalah lain seperti signal buruk yang menghambat penyampaian informasi. Kalau kompasianer tim chat, telepon, atau video-call?
Banyaknya faktor resiko yang tidak bisa kontrol, menimbulkan potensi terjadinya banyak masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bersikap dan berperilaku dalam budaya digital:Â
Selektif memilih informasi yang ingin dibagikan. Sederhananya adalah menjaga privasi diri sendiri dan orang terdekat agar tetap aman terlindungi. Perlindungan data diri dari orang yang tidak dikenal atau tidak dipercaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan identitas. Â
Melatih kecakapan komunikasi asertif. Bagaimana menyatakan pendapat dengan tetap mempertimbangkan perasaan orang lain yang menerimanya.Â
Bijak mendengarkan dan menghargai sesama. Demokrasi berpendapat semakin tersalurkan seiring dengan semakin banyaknya jumlah pengguna sosial media. Perbedaan dan perdebatan sering terjadi bahkan tak jarang menimbulkan keributan yang tidak berarti.
Tidak semua hal perlu disampaikan di jaringan digital. Sosial media menjadi tempat sebagian besar orang berkeluh kesah dan melampiaskan emosinya di dunia nyata. Namun, perlu dibatasi hal-hal yang  disampaikan. Karena opini perasaan dan pikiran yang kita sampaikan, akan sangat dengan mudah menjadi konsumsi dan bebas dikritik oleh siapapun yang melihatnya. Dampak jangkauan narasi kalimat yang diunggah dalam hitungan detik dapat dibaca, disimpan, dan dimaknai beragam. Seperti ada kalimat yang mengatakan "mulutmu adalah harimaumu". Jika diadaptasikan dalam situasi digital berarti "jempolmu adalah harimaumu".
Mempelajari modus-modus berbahaya. Sudah banyak modus kejahatan yang merajalela di sosial media dan situs internet lainnya. Disarankan untuk tidak mudah mempercayai siapapun yang anda kenal secara digital. Boleh mencari teman melalui sosial media. Lebih jauh, kalian bisa mengatur pertemuan tatap muka untuk lebih mengenal satu dengan yang lain. Update berita-berita harian yang dapat diakses melalui koran elektronik agar dapat meningkatkan awareness berperilaku budaya digital.Â
Bergabung dalam komunitas digital. Gunakan aplikasi yang memudahkan anda mendapatkan komunitas digital yang sehat dan up to date, seperti aplikasi discord dan telegram. Â Komunitas tersebut membantu anda berada dalam lingkungan digital yang aman dan sehat. Anda bisa berbagi informasi, berdiskusi, dan memperluas networking. Kompasiana adalah salah satu contoh media online blogging yang mempertemukan para penulis saling mengirimkan komentar dan apresiasi terhadpa ide karya tulisnya.Â
Screen time. Tidak hanya pada anak-anak, screen time juga berlaku pada orang dewasa. Mengikuti tren budaya digital, hendaknya tidak membuat kita jauh dari orang-orang yang ada di dunia nyata sekitar kita. Terlalu asyik mengikuti kegiatan digital ternyata berdampak besar pada keterampilan sosial di dunia nyata. Jangan sampai kehilangan koneksi dengan dunia sekitar yang lebih kita butuhkan keberadaannya dalam hidup sehari-hari.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI