Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

International Youth Day: Arti di Balik Ungkapan "Aku Mau Bebas"

12 Agustus 2023   16:12 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tanggal 12 Agustus diperingati sebagai Hari Remaja Internasional. Oleh sebab itu, tulisan kali ini dikhususkan untuk mengenang masa remaja yang penuh dengan banyak drama. Masa remaja adalah masa yang hanya terjadi sekali seumur hidup. 

Menjalani hidup dengan semangat mencoba berbagai macam hal baru adalah masa-masa indah sebelum memasuki usia dewasa. Menjadi  remaja diartikan sebagai masa peralihan dari usia anak-anak. 

Bisa dikatakan seorang remaja mengganggap dirinya bukan lagi anak-anak yang bisa diatur seenaknya oleh orangtua. Pada masa ini, mereka mulai menampilkan perilaku menentang, berkemauan keras, rasa ingin tahu tinggi, opini tajam, dan muncul kesadaran memiliki hak menolak sesuatu yang tidak diinginkan. Perubahan-perubahan inilah yang memungkinkan terjadinya perdebatan dan argumen panjang dengan orangtua. 

Menghadapi anak remaja memerlukan usaha ekstra untuk membuat mereka merasa dimengerti dan diterima keberadaannya. Stereotipe remaja yang umum berkembang dan melekat di masyarakat dengan anggapan nakal, membuat keributan, dan tidak teratur sekiranya perlu di evaluasi ulang. 

Karena semakin remaja dikekang dan dimarahi, maka mereka akan semakin menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan. Perlu dipahami bahwa setiap perilaku remaja memiliki maksud tersendiri. 

Dari sudut pandang biologis, masa remaja ditandai dengan pubertas yang memengaruhi perubahan fisik dan mental. Perubahan yang dirasakan secara fisik seperti bentuk tubuh, nada suara, tinggi badan, gangguan kesehatan kulit, dan lain sebagainya. 

Di sisi lain, mental mereka pun terkena dampaknya sebagai akibat dari perubahan kadar hormon yang berubah-ubah. Proses mental yang paling besar terdampak yaitu kondisi emosi remaja yang labil dan sering mengalami perubahan suasana hati. 

Semua perubahan tersebut menyebabkan kebingungan yang terjadi dalam diri remaja. Sudut pandang mereka berkembang lebih luas. Mereka mulai mampu mengembangkan pemahamannya sendiri tentang dunianya yang ingin dikomunikasikan dengan orangtua. Waktu penting ini lah yang menjadi momentum bagi orangtua untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman hidupnya selama ini. 

Sayangnya, masalah utama yang dihadapi adalah sulitnya komunikasi karena baik remaja dan orangtua mengalami kebingungan menemukan pola komunikasi yang ideal. Akibatnya, komunikasi berjalan tidak lancar, saling mendiamkan, berdebat tanpa solusi, lebih sering marah-marah, dan lain sebagainya. 

Mengingat masa remaja dulu, saya juga pernah ada dalam posisi yang tidak menyenangkan dengan orangtua. Sering merasa bahwa orangtua masih memperlakukan saya seperti anak kecil, diatur-atur, banyak larangan, dan sangat melindungi. Meskipun saya tahu bahwa apa yang mereka lakukan punya tujuan yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun