Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Guru dalam Serba Serbi Merdeka Belajar: Bebas Leluasa Mengajar?

30 Mei 2023   22:35 Diperbarui: 30 Mei 2023   22:36 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alfin Auzikri: pexels.com

Semarak Merdeka Belajar. 

Sejak pandemi lalu, Menteri Pendidikan Indonesia, Bapak Nadiem Karim mengusung gerakan belajar baru melalui peresmian kurikulum merdeka. Sebuah reformasi pendidikan yang patut diapresiasi dan disyukuri oleh semua pihak penggerak roda pendidikan. Kehadiran kurikulum merdeka belajar mendapatkan tanggapan positif dari para pendidik yang merasa sangat terbantu. 

Mengingat kembali pengalaman belajar daring yang terjadi tiba-tiba dikarenakan kondisi pandemi cukup membuat kaget pendidik dan murid dengan proses belajar yang sangat berbeda. Selama kurang lebih 2 tahun sekolah daring, pendidik dan para murid beradaptasi kembali dengan pembelajan luring.  

Pada masa transisi ini tanpa disadari semua pihak mengalami masa-masa sulit karena tuntutan mengikuti teknik, metode, dan suasana belajar yang berubah-ubah. 

Pengajar mengalami kesulitan memonitori perkembangan murid. Sebaliknya, murid mengalami stres dan kendala belajar seperti sulit konsentrasi, pemahaman materi yang kurang mendalam, disiplin belajar rendah, motivasi belajar rendah, kebosanan dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, kehadiran kurikulum merdeka belajar telah memberikan kesempatan besar kepada guru dan murid untuk menentukan sendiri bagaimana proses belajar terjadi. Meskipun begitu, kebebasan tidak berarti baik bagi semua pihak. 

Kunci dari kurikulum merdeka belajar adalah kepercayaan seutuhnya bagi guru untuk berinovasi dalam implementasi program pembelajaran yang bebas dan bertanggungjawab. Kebebasan untuk berinovasi juga terkadang membuat guru merasa kewalahan dan bingung bagaimana seharusnya menjalankan kelasnya. 

Perubahan kurikulum ini secara tidak langsung menuntut guru untuk terus belajar dan memraktekan berbagai jenis metode belajar yang beragam. Rasanya seperti kembali ke masa praktek kuliah dulu ya. 

Semarak merdeka belajar digaungkan bersama dengan pengadaan kurikulum tersebut. Guru dan murid diharapkan mampu bersinergi menciptakan suasana lingkungan belajar yang positif dan saling mendukung satu dengan yang lain. Manfaat dari kurikulum merdeka belajar sangat dirasakan efeknya pada terbangunnya hubungan antar guru dan murid. 

Berikut beberapa manfaat sekaligus tantangan dari implementasi kurikulum merdeka belajar: 

  1. Meningkatkan kreatifitas guru mengekspresikan belajar mengajar

  2. Inovasi gaya belajar mengajar berbeda sesuai perkembangan anak 

  3. Mengembangkan kurikulum pendidikannya sendiri

  4. Guru lebih tenang dan tidak terburu-buru memenuhi tuntutan pembelajaran karena mengikuti kecepatan belajar murid

Semarak merdeka belajar. 

Semboyan baru dalam pendidikan Indonesia ini mengandung pesan akan harapan tinggi terhadap keberhasilan dan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. 

Institusi pendidikan di Indonesia yang beragam dimulai dari Institusi Formal, Vokasional, dan Inklusi semuanya bertujuan yang sama yaitu memberikan layanan pendidikan yang merata bagi seluruh anak bangsa. Keberagaman kondisi dan kebutuhan belajar anak yang berbeda satu dengan yang lain sesuai level usia dan jenjang pendidikannya menuntut guru untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan murid-muridnya. 

Kiat-kiat mengatasi dilema guru dalam penyesuaian dan kesuksesan program merdeka belajar: 

  1. Tentukan tujuan belajar 

Pada akhirnya pencapaian kesuksesan belajar tidak hanya tentang mendapatkan skor nilai tinggi di rapor. Hal ini ditunjukkan oleh 3 komponen utama penilaian kesuksesan belajar yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Menentukan presentase perbandingan 3 komponen tersebut menjadi kunci penting didasarkan pada penilaian guru terhadap perilaku belajar murid dan suasana kelas. 

Misalnya kognitif (30%), afektif (40%), perilaku (30%) atau kognitif (40%), afektif (30%), perilaku (20%) dan seterusnya. Perilaku murid yang terlihat capek dan lelah saat memelajari materi pelajaran merupakan tanda bagi guru untuk meningkatkan komponen afeksi untuk mempertahankan keterlibatan murid di dalam kelas. Sebaliknya, apabila perilaku murid menunjukkan kesiapan menerima pelajaran maka presentase kognitif bisa lebih tinggi dibandingkan komponen lain. 

  1. Persiapan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Sebelum hari mengajar tiba, guru wajib mempersiapkan materi dan bagaimana ia akan memberikan materi yang tertuang dalam RPP. Keuntungan yang diperoleh guru saat membuat RPP adalah tidak perlu berpatokan seutuhnya pada kurikulum utama. Guru dapat berinovasi merancang alur diskusi lebih luas dengan menggabungkan dengan cabang ilmu lain. Pada tahap inilah guru diberikan pangung menunjukkan keluasan wawasan pengetahuan dari berbagai cabang ilmu. Penggabungan konsep materi yang dipelajari dengan cabang ilmu lain lebih seru dan menyenangkan serta merangsang rasa ingin tahu murid lebih tinggi. 

  1. Memilah bahan ajar penting 

Banyak teman seangkatan saya yang bertanya-tanya apa pentingnya belajar algoritma saat sekolah toh tidak diperlukan dalam dunia kerja. Melihat fenomena tersebut, kiat ketiga ini berkaitan dengan pemilihan materi prioritas yang diajarkan pada murid. Skala prioritas berdasarkan urgensi dalam praktek hidup keseharian sehingga diperlukan dan persiapan untuk ujian sekolah serta tugas-tugas lainnya. Beban mengajar guru bisa berkurang sesuai dengan jumlah materi yang diprioritaskan. 

  1. Berteman dengan murid 

Kalimat yang terdengar klise namun sarat makna. Keberadaan merdeka belajar memberikan lebih banyak ruang kepada guru sebagai penggerak pendidikan yang bertanggungjawab menciptakan lingkungan suasana belajar yang seru, menyenangkan, dan bersahabat dalam pelayanan pendidikannya. Semarak merdeka belajar akan tercapai dengan sendirinya setelah terbina kedekatan emosional dengan murid. 

Kegiatan sederhana  melalui berbagi cerita tentang masa muda meliputi romansa, pengalaman pendidikan, pertemanan dll dengan murid tanpa disadari berdampak langsung pada motivasi belajarnya. Murid cenderung mengembangkan emosi yang positif dalam kelas dan selama proses belajar. Dengan demikian, suasana belajar yang positif dan saling mendukung akan terbina dengan sendirinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun