Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masalah dan Cara Mengatasi Kebiasaan "People Pleaser"

10 Mei 2023   14:20 Diperbarui: 13 Mei 2023   02:47 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan. (sumber: Freepik_jcomp via kompas.com) 

Suatu waktu saya bertemu dengan seorang mahasiswa yang mengeluh sering merasakan sakit fisik di bagian kepala dan sistem pencernaannya setelah ia mulai kuliah. 

Uniknya, setelah melakukan pemeriksaan hasilnya normal. Kemudian saya bertanya bagaimana perbedaan yang dialami setelah kuliah. Ia kemudian menceritakan bahwa tuntutan dan beban belajar jauh lebih berat saat kuliah. 

Ia merasa tidak mampu meskipun sudah berusaha, tertekan, takut, cemas, khawatir, dan perasaan mencekam lainnya. Ditambah dengan harapan keluarga yang mengharuskan dirinya lulus kurang dari 4 tahun. 

Disatu sisi ia ingin membahagian orangtua dan sisi lainnya ia enggan menceritakan kesulitannya karena tidak ingin membuat orangtuanya khawatir. Ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan mental. 

Peran kesehatan mental telah menjadi viral seiring berkembangnya sosial media. Banyak yang menyuarakan pentingnya kesehatan mental mulai dari figur terkenal sampai dengan orang biasa. 

Lalu apa itu kesehatan mental? Kesehatan mental adalah kestabilan kondisi pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Berbeda dengan sakit fisik, tidak ada obat khusus yang bisa menyembuhkan sakit mental. Sebaliknya diri kita yang bertanggungjawab menjaga kesehatan mental itu sendiri. 

Menjaga diri berada dalam lingkungan yang sehat dan memberikan dampak positif adalah cara jitu menjaga mental health. Tidak heran seiring bertambahnya usia banyak yang berpendapat "I'd rather be with 1 or 2 than hundred of friends". 

Mungkin ini lah cara mereka untuk merasa damai dan bahagia dengan dirinya sendiri. Mengatur batasan pribadi tentang siapa yang boleh dan tidak boleh berhubungan lebih dalam atau siapa orang yang bisa dipercaya berbagi rasa dan pikiran. 

Bahkan sejauh mana terjalinnya hubungan kedekatan dengan masing-masing orang di keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat main, komunitas, dan lain sebagainya. 

Mengapa batasan pribadi tersebut diperlukan? Sejak kecil tanpa disadari kita telah didoktrin menyenangkan orang lain. Etika dan sopan santun seperti mengutamakan kepentingan orang lain adalah contohnya. 

Saat tumbuh sebagai pribadi dewasa, kita mulai mengembangkan minat dan preferensi sendiri. Pada tahap ini lah terjadi masalah, dimana tuntutan lingkungan ditetapkan lebih tinggi dari yang dapat kita bayangkan. Fase yang rumit namun serius  mulai membuat kita merasa terancam dan merasa tidak aman (insecure).

Harapan lingkungan seperti "kamu harus segera menikah... kamu harus bekerja di perusahaan besar bla bla bla" seolah-olah mereka memiliki kekuatan kendali atas diri kita sendiri. 

Kejadian-kejadian tersebut secara tidak sadar membentuk diri kita sebagai pribadi people pleaser. Masalah utama people pleaser adalah ketidakmampuan mengekspresikan perasaan dan ketergantungan pada perasaan orang lain. Seperti dikekang, people pleaser merasa tidak diperbolehkan untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. 

Mengahadapi masalah tersebut, perlu ditetapkan batasan yang jelas dalam hubungan apapun seperti keluarga, pertemanan, pasangan, rekan kerja dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa ulasan tentang manfaat personal boundaries terhadap kesehatan mental:

1. Mengutamakan dirimu sendiri

Photo by Monica Turlui: https://www.pexels.com
Photo by Monica Turlui: https://www.pexels.com
Bukan hal yang egois mengutamakan perasaanmu lebih dulu dibandingkan orang lain. Kamu mungkin pernah mengalami dilema antara memikirkan perasaan orang lain atau dirimu sendiri. 

Hal tersebut wajar dan normal, mungkin itulah pengaruh dari pola asuh yang diberikan selama ini. Namun, tahukah kamu terlalu sering merasa bertanggungjawab atas perasaan orang lain adalah tanda luka batin? 

Setiap orang berhak merasakan berbagai macam emosi. Kamu tidak bertanggungjawab atas emosi yang dirasakannya. Kamu boleh membantunya mengatasi masalah emosionalnya namun pikirkan dirimu juga. 

Tidak ada salahnya memberikan kesempatan dan kepercayaan bahwa dia mampu mengurus dirinya sendiri. Apa yang bisa kamu lakukan adalah menerima dan validasi perasaannya sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih baik. 

2.  Membuat mereka menghargaimu 

Photo by Mateus Souza: https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-man-lifting-woman-near-body-of-water-2808658/ 
Photo by Mateus Souza: https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-man-lifting-woman-near-body-of-water-2808658/ 

Batasan yang jelas menjelaskan bagaimana kamu ingin diperlakukan dan memperlakukan orang lain. Membantu mereka memahami apa yang menjadi prioritas dan tujuanmu dalam berhubungan baiknya dilakukan diawal. 

Batasan yang bisa kamu terapkan beragam mencakup nilai sosial, emosional, seksual, dan fisikal.  Perlu diingat saling mengomunikasikan boundaries masing-masing adalah kunci saling memahami satu dengan yang lain. Jika kamu ingin dihargai, maka mulailah menghargai batasan orang lain. 

3. Meningkatkan kepuasan diri

Photo by Pavel Danilyuk: https://www.pexels.com/photo/sitting-reflection-face-joy-6417911/ 
Photo by Pavel Danilyuk: https://www.pexels.com/photo/sitting-reflection-face-joy-6417911/ 

Batasan yang jelas meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan perasaan puas pada dirimu sendiri. Ibarat berada di tengah laut yang berombak, tidak ada pegangan atau pelampung sebagai penyelamat. 

Tubuh kita hanya akan terombang-ambing hingga tenggelam. Jika kamu bertemu dengan orang yang tepat, mereka akan sanggup menerima dirimu sendiri apa adanya. 

Kamu tidak perlu berpura-pura menjadi pribadi yang bukan dirimu sendiri. Kejelasan bagaimana kamu akan berinteraksi dengan orang lain meningkatka rasa bahagia, bersyukur, dan rasa puas dalam hubungan itu sendiri. 

4. Merasa aman 

Photo by Rachel Claire: https://www.pexels.com/photo/smiling-woman-in-short-hair-with-a-beautiful-smile-4992382/ 
Photo by Rachel Claire: https://www.pexels.com/photo/smiling-woman-in-short-hair-with-a-beautiful-smile-4992382/ 

Batasan pribadi juga berlaku dalam hubungan dengan dirimu sendiri. Ingatlah bahwa hanya dirimu yang sanggup membuatmu merasa aman dan nyaman. Kamu juga bisa mendapatkannya dari orang lain, namun mereka tidak akan selalu tinggal disampingmu. 

Pada akhirnya kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri. Kamu adalah orang yang paling mengenal kemampuan diri sendiri. Luangkanlah waktu secukupnya dengan dirimu sendiri merefleksi pencapaian yang sudah dicapai hari ini dan bersyukurlah lebih sering. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun