Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masalah dan Cara Mengatasi Kebiasaan "People Pleaser"

10 Mei 2023   14:20 Diperbarui: 13 Mei 2023   02:47 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan. (sumber: Freepik_jcomp via kompas.com) 

Saat tumbuh sebagai pribadi dewasa, kita mulai mengembangkan minat dan preferensi sendiri. Pada tahap ini lah terjadi masalah, dimana tuntutan lingkungan ditetapkan lebih tinggi dari yang dapat kita bayangkan. Fase yang rumit namun serius  mulai membuat kita merasa terancam dan merasa tidak aman (insecure).

Harapan lingkungan seperti "kamu harus segera menikah... kamu harus bekerja di perusahaan besar bla bla bla" seolah-olah mereka memiliki kekuatan kendali atas diri kita sendiri. 

Kejadian-kejadian tersebut secara tidak sadar membentuk diri kita sebagai pribadi people pleaser. Masalah utama people pleaser adalah ketidakmampuan mengekspresikan perasaan dan ketergantungan pada perasaan orang lain. Seperti dikekang, people pleaser merasa tidak diperbolehkan untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. 

Mengahadapi masalah tersebut, perlu ditetapkan batasan yang jelas dalam hubungan apapun seperti keluarga, pertemanan, pasangan, rekan kerja dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa ulasan tentang manfaat personal boundaries terhadap kesehatan mental:

1. Mengutamakan dirimu sendiri

Photo by Monica Turlui: https://www.pexels.com
Photo by Monica Turlui: https://www.pexels.com
Bukan hal yang egois mengutamakan perasaanmu lebih dulu dibandingkan orang lain. Kamu mungkin pernah mengalami dilema antara memikirkan perasaan orang lain atau dirimu sendiri. 

Hal tersebut wajar dan normal, mungkin itulah pengaruh dari pola asuh yang diberikan selama ini. Namun, tahukah kamu terlalu sering merasa bertanggungjawab atas perasaan orang lain adalah tanda luka batin? 

Setiap orang berhak merasakan berbagai macam emosi. Kamu tidak bertanggungjawab atas emosi yang dirasakannya. Kamu boleh membantunya mengatasi masalah emosionalnya namun pikirkan dirimu juga. 

Tidak ada salahnya memberikan kesempatan dan kepercayaan bahwa dia mampu mengurus dirinya sendiri. Apa yang bisa kamu lakukan adalah menerima dan validasi perasaannya sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih baik. 

2.  Membuat mereka menghargaimu 

Photo by Mateus Souza: https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-man-lifting-woman-near-body-of-water-2808658/ 
Photo by Mateus Souza: https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-man-lifting-woman-near-body-of-water-2808658/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun